Kisah Perjuangan dan Kesaksian Suka Duka 5 Korban Selamat Kapal Karam di Perairan Danau Toba
Misteri kehidupan dan kematian sepenuhnya diempunyai Sang Maha Kuasa, Tuhan.
Inilah yang diyakini sepenuhnya oleh para korban selamat dari tragedi kapal tenggelam di perairan Danau Toba.
Mengapungkan syukur tiada tara sebab masih beroleh kesempatan hidup dengan penuh perjuangan.
Tuhan, diyakini ada di balik keselamatan yang dialami.
Di sisi lain, nestapa menggelayut di kedalaman kalbu seraya berharap Tuhan masih menyelamatkan sanak saudara, teman, handai taulan yang turut serta diboyong Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang karam.
Seandainya pun meninggal dunia, kiranya jasad ditemukan.
22 korban kapal karam ditemukan. 19 di antaranya selamat, termasuk nakhoda KM Sinar Bangun. Tiga lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Napak tilas kejadian, jarum jam menunjukkan pukul 15:00 Wib pada Senin (18/6/2018) tatkala KM Sinar Bangun bertolak dari pelabuhan Simanindo, Samosir menuju pelabuhan Tiga Ras, Simalungun.
Kapal memboyong penumpang dan sepeda motor yang melebihi muatan kapal (over capacity).
30 menit melaju dari pelabuhan Simanindo, KM Sinar Bangun oleng diterpa angin kencang dan ombak yang tinggi. Kapal oleng tiga sebelum karam.
Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Kabupaten Samosir atau sekitar Danau Toba.
Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 meter (m). Cuaca ekstrem inilah yang menghantam KM Sinar Bangun yang kadung kelebihan muatan.
Lantas bagaimana kesaksian para korban kapal karam yang selamat. Tribun-medan.com merangkum pengakuan penumpang yang luput dari tragedi nahas itu.
1. Dino Aritonang Sempat Selamatkan Lima Penumpang
Dino Simson Aritonang masih bolak-balik ke Puskesmas Simarmata, Kabupaten Samosir. Pria 34 tahun ini merupakan satu di antara penumpang yang selamat.
Ia mengeluh sakit kepala, dada sesak serta badan dingin dan panas (meriang) sejak musibah itu.
Suami dari Ita br Turnip ini mengisahkan dirinya sempat menyelamatkan lima penumpang lainnya.
Pria yang berprofesi penyelam di PT Suri Tani Pemuka (Japfa) ini menumpang hendak ke Siantar menghadiri pesta keluarga.
Dino menuturkan kala KM Sinar Bangun bertolak dari Pelabuhan Simanindo, ombak Danau Toba belum terlalu tinggi buncahannya.
KMP Sumut II saat berpapasan dengan korban tenggelam KM Sinar Bangun (Istimewa)
Ombak meninggi dan terasa kuat menghantam sisi kiri badan kapal (angin dari arah Barat) setelah agak jauh dari dermaga, 30 menit selepas melaju.
"Aku duduk di lantai depan kapal. Saat masih di dermaga, enggak begitu nampak ombaknya. Mungkin karena terhalang oleh pulau-pulau kecil yang ada di sebelah barat dermaga," kenangnya.
Menurutnya, nakhoda KM Sinar Bangun berupaya mengatasi situasi itu dengan mengemudikan kapal ke kiri. Berupaya menjauhi garis lurus rute Simanindo - Tigaras.
Setelah agak jauh kemudian banting kemudi lagi ke kanan.
Dengan strategi itu, kapal tinggal mengikuti arus ombak untuk bisa sampai ke Tigaras.
"Kan kapal jadi membelakangi ombak. Jadi, tinggal ikut-ikut aja kayak gini," ujar Dino sembari memeragakan gerakan kapal maju sambil berayun ke depan dan ke belakang menggunakan remote TV yang berada di dekatnya.
Ia tak ingat lagi entah berapa kali kapal terayun-ayun lalu terbalik ke kanan, sebab kejadian itu begitu cepat.
Saking cepatnya, sampai-sampai pria tiga anak ini tak sempat berdiri dan melompat saat ombak secara mendadak dan cepat membalikkan kapal. Ia ikut terbalik bersama kapal.
Karena mahir berenang dan menyelam, Dino akhirnya mampu meloloskan diri dari bawah kapal yang sudah dalam posisi telungkup, lalu menyelam, dan berenang menjauhi kapal untuk menghindari penumpang tenggelam lain yang mungkin bakal menariknya.
Setelah muncul ke permukaan air, ia secara jelas melihat kapal sudah telungkup.
"Sempat juga saya berenang mendekati kapal. Takut tenggelam kelelahan. Saya berpegangan di kapal ambil napas sebentar. Lalu kapal sedikit demi sedikit tenggelam. Ada beberapa menitlah durasinya itu," ujarnya.
Tak lama, kapal feri KMP Sumut melintas, disusul KM Cinta Damai.
Awak kapal feri melemparkan pelampung-pelampung yang sudah terikat tali ke danau.
Dino kemudian memungut dua pelampung, melepaskan ikatannya, dan memakainya.
Sisanya ia bagi kepada seorang penumpang lain.
Dino Simson Aritonang (34) bersama istrinya Ita br Turnip saat ditemui di Desa Simanindo (Tribun MEDAN/DOHU LASE)
"Kapal feri berhenti. Awak kapal feri menarik penumpang tenggelam yang berhasil mengambil pelampung. Saya enggak tahu jumlah penumpang yang diselamatkan kapal feri. Saya fokus menolong orang naik ke atas kapal kecil. Total yang berhasil saya tolong ada lima orang," tuturnya.
Sementara penumpang selamat lainnya ditolong oleh awak kapal feri KMP Sumut dan dua kernet KM Cinta Damai.
Ia sendiri ke daratan menaiki KM Cinta Damai. Setelah sampai di daratan ia langsung pulang menemui istri dan anak-anaknya. Ia baru ke puskesmas pada keesokan harinya.
Km Sinar Bangun sebelum tenggelam
Soal ongkos untuk naik KM Sinar Bangun, ia menyebut memang penumpang tak ada membeli tiket.
"Ongkos Rp 7 ribu per orang. Sepeda motor Rp 8 ribu. Kalau kapal kayu enggak ada didata-data. Ditarik ongkos saat udah jalan kapalnya," sebutnya.
2. Selamat lantaran Memeluk Helm
Air mata mengucur deras tanpa henti di pipi Juwita Sumbayak kala tim medis memberikan obat dan makanan untuknya.
Juwita merupakan satu di antara korban selamat kapal karam.
Juwita menangis sembari memanggil-manggil anaknya dan menyebutkan 18 anggota keluarganya yang hilang akibat peristiwa ini.
Juwita Sumbayak, korban selamat KM Sinar Bangun yang dirawat di RSUD Hadrianus Sinaga, Pangururan. (facebook)
Dalam balutan selimut, Juwita Sumbayak masih legawa mengisahkan pengalamannya.
Menurutnya, kapal yang ditumpanginya tenggelam karena kelebihan muatan.
Juwita memperkirakan ada 200 penumpang yang diangkut KM Sinar Bangun.
Ketakutan mendera, saat angin kencang menghempas badan kapal, walhasil kapal oleng ke sebelah kanan.
Ombak selanjutnya yang cukup tinggi menggoyangkan kapal hingga terbalik.
Juwita tak sempat mencerna situasi yang begitu cepat terjadi.
Ia meraih dan memeluk helm setelah tercebur ke air. Sekelebat pikiran muncul bahwa helm itu dapat membantunya untuk mengapung.
"Ngeri loh, ngeri. Aku sebenarnya sudah pasrah. Aku selamat karena kupegang helm. Aku pun udah gak mau lagi selamat. Udah pasrah mau mati saja," ujarnya terbata-bata.
Juwita sempat melihat seluruh penumpang berhamburan ke air danau.
Saat terapung dengan helm, Juwita melihat tubuh penumpang yang terombang-ambing.
"Ketika saya terombang-ambing ada kapal feri yang datang. Mereka memberikan tali untuk saya. Makanya aku selamat," ujarnya.
Isak tangis Juwita mendadak terdengar lagi.
"Anakku, sama suamiku masih di sana. Mereka gak bisa berenang," katanya.
3. Riko Sahputra Satu Jam Terapung
Riko Sahputra terlihat sudah segar di atas tempat tidur di Puskesmas Simarmata di Jalan Raya Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Riko merupakan korban selamat lainnya selepas insiden tenggelamnya kapal penumpang KM Sinar Bangun
Riko bilang sempat terombang-ambing di perairan sebelum akhirnya diselamatkan kapal yang lewat.
Dia lalu menuturkan detik-detik tenggelamnya kapal yang disebut berkapasitas 80 orang itu.
Riko Saputra, penumpang KM Sinar Bangun yang selamat (Tribun Medan)
Menurut Riko, saat berangkat, kapal memang terlihat penuh, terutama oleh sepeda motor. Dia tak yakin angka pastinya, namun antara 50 hingga 100 unit.
Penumpang juga ramai dan beragam dari segala jenis usia, anak-anak hingga orang tua.
"Dari mulai berangkat kapal masih tenang aja," tutur Riko. "Waktu udah mau sampai sekitaran 1 km lagi, mulai angin dan ombak kencang. Kapal banyak miring ke kanan, tiga kali miring ke kanan. Mungkin karena banyak kereta (motor) di situ, jadi terguling," lanjutnya kemudian.
Suasana waktu itu tiba-tiba mencekam. Semua penumpang panik. Mereka semua lalu jatuh ke air.
"Penumpang berjatuhan ke Danau Toba. Mereka terombang-ambing sekitar satu jam di tengah danau hingga datangnya pertolongan," ungkapnya.
"Kami ada satu jam di tengah danau. Aku pegang helm," kata Riko kemudian.
4. Jessica Elpri Sinaga Mahir Berenang hingga Bisa Selamat
Jesika Elpri Sinaga (20) korban yang selamat mengungkap kondisi kapal saat itu sudah sangat sesak. Bahkan sebelum melaju, dalam keadaan bersandar, kapal sudah oleng ke sebalah kanan. Jesika warga Raja Nihuta, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun mengatakan di dalam kapal ada yang bermain judi, minum tuak, berjoget-joget, dan bernyanyi-nyanyi.
"Ada yang main tuo (judi koin) di dalam kapal. Ada yang joget-joget," ungkapnya, Minggu (24/6/2018).
Jesika yang duduk di lantai dua telah merasa kapal dalam kondisi oleng. Saat itu, cuaca cukup buruk. Angin dan ombak cukup kuat menghantam kapal.
"Kapal oleng ke sebelah kanan. Lalu, terbalik dan perlahan jatuh masuk ke dalam danau. Semua manusia menumpuk di sisi kanan kapal," katanya.
Jesika Elpri Sinaga korban selamat yang merekam kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun di posko keluarga korban di Dermaga Tigaras, Minggu (24/6/2018).
Jesika menceritakan ia dapat selamat ketika melihat ada celah untuk keluar dari kapal. Jesika sempat naik ke atas bangkai kapal yang belum sepenuhnya tenggelam.
"Waktu terbalik kapal. Tersesatlah aku di dalam, kucarilah celah kupaksa keluar. Kutengok kawanku di atas semua lalu naik aku. Selang empat menit kapal tenggelam sepenuhnya," ujarnya seraya mengatakan saat akan naik ke permukaan semua korban saling tarik menarik.
Jesika pun berhasil selamat dengan berenang dan ditolong oleh Kapal Motor Cinta Damai.
Jesika pergi bersama lima temannya Jamuda sinaga, Roni Siadari, Herman Turnip, Selma Sinaga, dan Atur Sinaga. Namun, dua temannya Selma Sinaga dan Atur Sinaga masih dalam pencarian.
"Saat kami tenggelam ada kapal feri memang yang lewat. Tapi, mereka hanya sebentar. Hanya tiga orang yang diselamatkan lalu pergi," katanya.
Jesika juga mengungkapkan kekecewaan atas tindakan nakhoda kapal feri yang terkesan membiarkan mereka tenggelam.
"Ada diselamatkan tiga orang. Masih banyak yang minta tolong. Yang diselamatkan tiga orang lalu pergi. Lalu balik lagi tapi enggak ada lagi yang selamat," ujarnya.
5. Kaki Jamuda Sinaga Sempat Ditarik
Jamuda Parmonangan Sinaga, satu korban selamat menuturkan petugas di Dermaga Tigaras telah menolak rencananya untuk menaiki kapal itu. Alasannya, KM Sinar Bangun sudah dinyatakan penuh, tetapi pemilik kapal tidak menolak dia dkk naik ke atasnya.
"Penumpang sudah padat di dalam, tidak bisa bergerak sama sekali. Kondisi penumpang sesak," kata Jamuda
Pemuda 17 tahun ini menyebutkan kejadian kapal karam begitu cepat. Kapal oleng ke kiri lalu kanan, beberapa saat kemudian sudah tenggelam. Ketika kapal mau tenggelam itu dirinya memutuskan loncat ke danau.
Saat berenang untuk menyelamatkan diri, Jamuda sempat berupaya menolong kerabatnya.
Jamuda Sinaga. (BBCNewsIndonesia) (BBCNewsIndonesia)
"Teman saya menarik-narik kaki saya, karena situasi panik dan saya juga hampir tenggelam."
Tetapi, "Saya lepaskan dan saya naik ke permukaan danau. Setelah itu, tidak ada lagi saya lihat mereka dimana," ujarnya perlahan.
Hingga akhirnya dia dan sebagian korban lainnya diselamatkan oleh kapal KMP II Sumut, Jamuda mengaku tidak ingat lagi kejadian selanjutnya.
Jamuda mengaku hingga kini harus bolak balik rumah ke Posko Bencana di Dermaga Tigaras yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari rumahnya. Dia merupakan warga Kampung Sibungabunga, Desa Togudomu Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumut.
"Mau cek korban lain apakah sudah ditemukan atau belum. Karena kakak dan adik saya dan teman saya belum ditemukan juga. Saya berharap secepatnya bisa ditemukan," katanya, masih dengan nada lirih.