Keajaiban Alam Danau Toba part 2
Uniknya Tradisi Batak
Samosir telah lama menjadi ‘rumah’ nyaman masyarakat Batak. Tak heran bila di sini masih dijumpai ragam tradisi Batak yang masih orisinil. Selain rumah Batak yang khas, ragam tradisi dan budaya Batak dalam bentuk lainnya masih bisa ditemukan dengan mudah di pulau ini.
Huta Bolon Simanindo, 13 kilometer dari Tuktuk, adalah salah satu lokasi yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengenal kebudayaan Batak lebih dekat. Tempat ini merupakan representasi akan pemukiman tradisonal Batak tempo dulu yang masih terjaga. Di sini terdapat beberapa rumah panggung yang terlindung pepohonan bambu. Dalam tradisi Batak, pepohonan ini juga dimaksudkan sebagai penghalang musuh yang akan masuk.
Bangunan yang ada di Huta Bolon Simanindo adalah rumah bolon(Rumah Raja) dan sopo (lumbung padi) yang berdiri beberapa puluh meter di depan bolon. Diantara kedua bangunan tersebut terdapat halaman yang di tengahnya terdapat borotan (tiang suci). Borotan digunakan untuk mengikat dan tempat penyembelihan kerbau dalam setiap penyelenggaraan ritual yang bersifat sakral.
Tak hanya menyaksikan suasana perkampungan Batak tempo dulu, wisatawan juga dapat menyaksikan tarian khas Batak di Huta Bolon Simanindo. Atraksi kesenian yang ditampilkan adalah tradisi mangalahat horbo (tradisi memotong kerbau dan memukul gondang). Aktraksi ini terdiri atas 11 tarian, mulai dari Gondang Lae-lae, Gondang Mula-mula, Gondang Shata Mangaliat, Gondang Siboru, Gondang Pangurason hingga Godang Sigale-gale. Tak hanya menonton, para wisatawan pun akan diajak untuk ikut menari bersama.
Godang Sigale-gale, yang ditampilkan pada bagian akhir, adalah kesenian unik dan memiliki kisah mengenai besarnya cinta seorang ayah kepada putranya. Tarian yang menggunakan boneka kayu yang dibuat seperti manusia ini lahir dari kisah dimana raja Batak masa lalu yang ditinggalkan putra yang sangat dicintainya.
Untuk menenangkan hati sang raja sekaligus pengobat rindu kepada putra kesayangannya yang telah tiada itu, sang raja pun memerintahkan rakyatnya untuk membuat patung yang sangat mirip dengan anaknya dan membuat Pesta Tarian Sigale-gale. Sejak itulah, tarian ini mulai populer sampai sekarang.
Selain boneka kayu yang digerak-gerakan oleh seorang dalang, tarian Sigale-gale juga menampilkan seorang penari wanita. Penari ini merupakan gambaran dari saudara perempuan sang putra raja tersebut yang ikut menari untuk menghibur ayahnya.
Di Huta Bolon Simanindo juga terdapat kompleks makam raja dan keluarganya dan museum yang mengoleksi benda-benda yang digunakan dalam kehidupan budaya Batak, seperti kain ulos, alat memasak, Tunggal Panaluan (tongkat khas Batak), senjata tajam dan perahu.
Arena Persidangan Tempo Dulu
Pada masa lalu, Desa Ambarita adalah sebuah lokasi yang penting. Selain terdapat sebuah kerajaan besar di Tanah Batak, tempat yang berada sekitar 2 kilometer dari Tuktuk ini juga merupakan tempat persidangan bagi para musuh kerajaan dan masyarakat Batak masa itu. Tempat ini pula yang kemudian mebuat orang batak dikenal sebagai suku kanibal.
Hal itu ditandai dengan adanya kursi dan meja batu yang dahulu menjadi arena sidang bagi musuh kerajaan. Arena itu terlindung oleh sebuah pohon berukuran raksasa. Pohon ini bukan sembarang pohon, melainkan pohon suci yang dapat menangkal ilmu hitam yang dimiliki para musuh kerajaan yang akan disidang. Tak jauh dari arena tersebut, terdapat kursi batu memanjang yang dahulu ditujukan bagi orang tua atau kerabat musuh.
Beberapa puluh meter dari arena persidangan, ada lagi sebuah area dimana terdapat beberapa batu besar. Sedikit berbeda dengan arena siding, batu yang yang ada di sini berbentuk kotak dan mendatar. Inilah lokasi eksekusi hukuman bagi musuh yang telah terbukti bersalah.
Mereka yang terbukti bersalah kemudian dieksekusi dengan cara yang sadis. Setelah tubuh mereka disayat-sayat sambil dikucuri jeruk nipis, kepalanya dipenggal di sebuah batu oleh eksekutor. Selanjutnya, jantung musuh diambil dan disantap oleh seluruh warga.
Sadis? Sudah pasti. Namun tradisi tersebut tinggallah cerita. Tradisi itu pun menghilang setelah agama Kristen, yang disebarkan oleh pendeta Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, masuk ke Tanah Batak pada tahun 1862.
Makam Raja Sidabutar
Di Tomok, sekitar 4 kilometer dari Tuktuk, dahulu ada sebuah kerajaan dengan seorang rajanya yang terkenal. Kini, makam sang raja pun menjadi destinasi wajib pada setiap program tur di Samosir.
Makam Raja Sidabutar adalah makam kuno yang unik dimana menggunakan sarkofagus (kubur batu). Pada tutup makam terdapat ukiran berupa wajah manusia yang konon adalah wajah sang raja. Di area makam juga terdapat sejumlah patung batu berukuran kecil dengan formasi huruf ‘U’.
Mengingat tempat ini tergolong sakral, maka setiap wisatawan sangat disarankan untuk mengenakan busana yang sopan kala berkunjung ke sini.
Batu Hobon
Bagi peminta sejarah budaya, Batu Hobon juga bisa menjadi lokasi yang tepat untuk dikunjungi. Sebab, tempat ini ternyata menyimpan sebuah kisah unik mengenai asal-muasal orang Batak di Sumatera.
Menurut legenda, lokasi yang berada di wilayah Kecamatan Sianjur Mula-mula, sekitar 15 kilometer dari kota Pangururan ini adalah tempat pertama muncul leluhur Batak. Di kawasan ini terdapat gunung Pusuk Buhit, tempat diturunkannya Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon, Raja Batak pertama yang diutus oleh Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) di bumi.
Sedangkan Batu Hobon sendiri adalah sebuah batu yang dibuat Raja Uti, salah satu anak dari Guru Tatea Bulan. Batu ini dipercaya sebagai tempat menyimpan harta kekayaan orang Batak – benda-benda pusaka dan alat-alat musik, lak-lak (kitab kuno) yang berisi segala ajaran dari para leluhur.
Kini, di kawasan ini terdapat Sopo Guru Tatea Bulan, sebuah bagunan yang mereperesentasikan kisah awal mula orang Batak. Terletak di Bukit Sulatti, di lereng Gunung Pusuk Buhit, di dalam bangunan ini terdapat sejumlah patung keturunan Raja Batak berikut sejumlah pengawalnya dan “kendaraan” sang Raja yang berupa naga, gajah, singa, harimau dan kuda.
Tak hanya memendam kisah unik, Bentangan persawahan yang dilindungi perbukitan hijau yang berlatar belakang Danau Toba, membuat suasananya sangat memukau.
Tele
Tele, 22 kilometer dari kota Pangururan, telah laman menjadi persinggahan favorit para wisatawan yang ingin menuju Danau Toba melalui rute Berastagi atau sebaliknya. Tempat ini memiliki sebuah menara pandang 3 lantai, dimana para wisatawan dapat menyaksiakan bentangan alam yang spektakuler yang berlatar Pulau Samosir dan Danau Toba. Meski lokasinya tak terlalu luas, di sini tersedia area parkir kendaraan dan beberapa kedai untuk kenyamanan setiap turis.
Mutiara Danau Toba – Taman Simalem Resort
Untuk menikmati kemegahan alam Danau Toba sesungguhnya tidak hanya bisa dilakukan di Parapat atau Samosir. Masih ada sejumlah lokasi lain yang bisa menjadi pilihan. Salah satu spot yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah sebuah resort unik dan cantik yang tepatnya berada di kawasan Merek, Kabanjahe, Taman Simalem Resort (Jl. Raya Merek – Sidikalang kilometer9, Tanah Karo; www.taman Simalem.com, www.pearloflakeToba.com).
Taman Simalem Resort memang bisa dibilang destinasi wisata yang tergolong baru. Terletak di wilayah Barat Laut Danau Toba, resor ini dapat dicapai dari Medan melalui Berastagi dan Kabanjahe dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dari Medan atau 45 menit dari Berastagi.
Taman Simalem Resort menawarkan suasana liburan tersendiri. Dengan penataan kawasannya yang sangat apik, tempat ini laksana mutiara baru yang dijumpai di Toba yang sangat pas untuk dikunjungi oleh penggemar agrowisata maupun keluarga.
Namun demikian Taman Simalem Resort mengusung konsep yang berbeda dengan resor umumnya. Resor yang berdiri di area seluas 206 hektar ini tidak mengutamakan unsur leisure semata, melainkan lebih mengedepankan education dan agrowisata.
“Kami mengutamakan sisi edukasi sehingga selain menikmati suasana, wisatawan yang berkunjung ke sini akan mendapatkan pengetahuan mengenai alam sekitar dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan,” ungkap Manajer Operasional Taman Simalem Resort Bernard Tay.
Hal itu nampak dengan adanya perkebunan sayur maupun buah-buahan yang seluas 26 hektar, seperti jeruk, markisa, biwa, terong Belanda, teh, kopi dan alpukat, serta Pangambatan Valley (pusat pembibitan bunga). Tak lupa, resor ini turut dilengkapi dengan, kafe, pasar buah, photo plaza dengan latar belakang panorama alam danau yang indah dan aktivitas di alam terbuka, mulai dari trekking dan camping, berkuda, hingga berlatih golf dan paragliding.
Bila sehari masih terasa kurang untuk menikmati ataupun mengeksplorasi resort yang berdiri sejak tahun 2002 ini, pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas akomodasi yang tersedia – Tongging Lodge atau Waterfall Lodge. Semuanya telah dilengkapi fitur-fitur modern maupun konvensi untuk kenyamanan setiap tamunya.
Ada satu hal unik lain yang ada resor, dimana terdapat sebuah jenis pohon unik, yaitu Taxus Sumatrana alias cemara Sumatera. Tidak seperti pohon pada umumnya, pohon ini menghasilkan zat O2 (oksigen) selama 24 jam sehingga dapat membuat tubuh terasa segar dan bugar secara alamiah.
Saat ini, Taman Simalem Resort memang masih dalam perkembangan dan fase soft opening. Artinya belum semua fasilitas maupun layanan yang direncanakan telah tersedia. Kedepannya, fasilitas lain yang akan muncul meliputi vihara berasitektur kuno, golf courses, zoo park, dan cable car yang menghubungkan penginapan dengan Danau Toba secara langsung.