Cari

Prosesi Eksekusi Kanibalisme Orang Batak Wisata Kampung Siallagan Samosir

Posted 07-08-2014 00:52  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi kanibalisme kampung Siallagan Samosir

Sering terdengar cerita mengenai kebiasaan masyarakat suku Batak jaman dahulu yang bersifat kanibalisme, seperti cerita memakan tubuh lawan atau musuh untuk menunjukkan dominasi kekuatan, sampai cerita pembantaian tawanan perang untuk di ambil darahnya sebagai pewarna dingding rumah. Hal ini sering dikaitkan juga dengan tragedi Muson dan Leman yang dibunuh warga setempat di Lobu Pining karena dianggap berbeda secara ras oleh suku Batak yang mendiami daerah tempat mereka melakukan misi penyebaran agama, atau missionari.

Entah benar atau tidak, cerita ini menjadi suatu daya tarik tersendiri buat para wisatawan untuk mengunjungi desa Siallagan di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Di desa ini anda bisa menemukan berbagai macam artefak, sarkofagus dan ornamen sejarah lainnya. Yang paling menarik di Kampung Siallagan adalah Batu Parsidangan (Batu Persidangan) dimana biasanya dimanfaatkan sebagai tempat untuk memberikan hukuman dan eksekusi untuk para kriminal dan tahan perang yang dianggap bersalah.

Disana juga dapat di temui, hau habonaron (pohon kebenaran) yang berguna sebagai simbol keadilan, kejujuran dan kebenaran sebagi tempat untuk memutuskan sebuah perkara sosial dalam masyarakat batak. Selain untuk menikmati wisata sejarah di desa Siallagan anda juga bisa membeli souvenir sebagai cinderamata saat anda kembali ke kota asal anda.

Dibawah ini merupakan salah satu cuplikan narasi dan peragaan seperti apa pelaksaan eksekusi untuk para terpidana. Apakah mereka benar dimakan (kanibalisme) setelah dieksekusi di batu parsidangan?

Penulis Ondo A S

 
 
 
 
 
Batak | 11 tahun yang lalu
Batak | 11 tahun yang lalu
Batak | 11 tahun yang lalu