Tobatabo
 
Posted 26-07-2018 12:21  » Team Tobatabo

VIDEO: Ikan Raksasa Arapaima Jadi Tontonan Warga, Maju Sinaga Percaya Ikan Ini Jelmaan Sampan Leluhur

 
Foto Caption: Warga mengerubungi bangkai ikan arapaima di Pekanbaru, Riau.

Foto dan video yang menampilkan seekor ikan raksasa diangkut dengan sepeda motor telah viral di media sosial.

Ikan raksasa itu adalah ikan Arapaima Gigas, jenis ikan yang beberapa waktu lalu menjadi perhatian masyarakat di sekitar sungai di Mojokerto dan Sidoarjo, Jawa Timur.

Informasi yang dihimpun Redaksi menyebutkan bahwa ikan arapaima yang berukuran sekitar 1,5 meter itu berasal dari sebuah kolam di daerah Palas, Pekanbaru, Riau.

“Ikan mati... ludes dia puluhan juta,” tulis Helthi Epy Sipayung yang dalam akun Facebooknya membagikan beberapa foto ikan bersisik kemerahan itu.

Tidak diketahui bagaimana ikan asli Sungai Amazon itu bisa mati.

Saat dimasukkan ke dalam keranjang besi kecil yang ada di sebuah sepeda motor, ikan itu menjadi perhatian warga.

“Baru hari ini melihat ikan sebesar in. Ya, ampun kaget,” tulis Suani Hia.

Beberapa warga yang mengunggah foto dan video ikan ini ada yang salah dengan menyebut ikan itu adalah ikan arwana.

Dalam sebuah video terlihat beberapa orang mencabuti sisik ikan mati itu.

Seseorang mengatakan, dirinya mengambil sisik itu untuk jimat.

Belum diketahui hendak dikemanakan bangkai ikan itu.

Seorang warga berpesan pada pria yang pembawa motor agar nantinya tidak memakan bangkai ikan itu.

“Jangan dimakan ya, Pak!” katanya.

Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan.

Ikan ini dapat tumbuh maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram dan merupakan ikan predator.

Andreas Agus Kristanto Nugroho, Education Program Ecoton mengimbau agar masyarakat yang memelihara ikan jenis ini tidak melepas ke sungai karena termasuk ikan predator yang membahayakan ekosistem Sungai Brantas.

"Ikan ini termasuk ikan predator yang bisa menghabiskan ikan lokal di Sungai Brantas dan bisa juga menyebarkan penyakit yang mungkin tidak dikenal di perikanan Indonesia," lanjut Andreas.

Karenanya, Ecoton terus berkoordinasi dengan perangkat desa setempat dan Dinas Perikanan Jawa Timur terkait persoalan ini.

Bangkai ikan arapaima yang diletakkan di ranjang. (Tribun Medan/Liston Damanik)

Bangkai Arapaima Dianggap Titisan Leluhur

Sebelum membuat heboh di Sidoarjo, ikan jenis ini pernah juga membuat heboh di Sumatera Utara, tepatnya di Kota Pematangsiantar tahun 2011 silam. 

Pada waktu itu, bangkai ikan raksasa yang ditemukan terdampar di DAS Sungai Sibulangbulang, Siantar Martoba, Sabtu (11/6/2011), membuat warga bertanya-tanya karena baru sekali itu melihatnya.

Ikan yang memiliki panjang sekitar satu setengah meter dan bobot 50 Kg ini punya ciri khas ikan prasejarah yang ekornya pendek dan berisi daging padat.

Dengan kepala sebesar kepala orang dewasa, sisik hitam, perut putih, dan bagian bawah bersemburat merah yang membuat ikan ini mirip arwana, makhluk air ini dianggap aneh oleh warga. Untuk menarik perhatian, seorang laki-laki berteriak-teriak bahwa ini adalah ikan keturunan buaya.

“Sungai sekecil itu kok bisa ada ikan sebesar ini?” kata Pansur Sinaga warga Tanjung Pinggir yang kamar mandi di belakang rumahnya dipakai untuk memajang ikan itu.

“Ada yang bilang ikan gabus. Tapi, kalau gabus kan punya gigi,” tambah Pansur.

Ikan ini pertama kali ditemukan Lela Siregar, murid SMUN 2 Pematangsiantar dan ketiga temannya sekitar pukul 11 siang. Melihat ikan besar berwarna dominan hitam dan semburat merah di bagian ekor itu, Lela langsung mengadu kepada orang dewasa yang ia kenal.

Menurut Pansur, saat ditemukan pertama kali, makhluk itu masih menggelepar di sekitar tangkahan batu tersebut. Namun, ketika dia dan rekan-rekan lain akan mengangkat, ikan sudah sekarat. Setelah diangkut dengan becak ke rumah Pansur, ikan itu pun mati.

Sampai dengan tulisan ini dibuat warga masih berdatangan ke tempat ikan dipamerkan. Padahal rencananya, Pansur dan kawan-kawan akan menguburkan ikan sekitar pukul 6 sore.

“Yah, mau bagaimanalah. Takutnya banyak yang kecewa,” katanya.

Setiap warga yang ingin melihat dipungut biaya Rp 1.000. “Seribu saja. Untuk biaya kebersihan,” kata seorang pria yang berdiri di pintu masuk.

Warga berkerumun di depan rumah Maju Sinaga untuk melihat ikan arapaima yang dianggap leluhur mereka. (Tribun Medan/Liston Damanik)

Ketika ditanya apakah pihaknya akan melaporkan ikan temuannya ini ke Dinas Pertanian dan Peternakan Pematangsiantar untuk diidentifikasi dan diinventarisasi, Pansur mengaku mereka belum membahasnya.

“Ada bagusnya juga memang seperti itu. Tapi, saya kan tidak bisa mengambil keputusan sendiri tentang mau diapakan ikan ini,” katanya.

Ikan raksasa temuan Lela Siregar, warga Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, ternyata belum habis. Sejak diangkut dari Sungai Sigulanggulang, Sabtu siang (11/6/2018) kemarin, ikan yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan berbobot hampir 40 Kg ini terus dipajang sampai dini hari.

Ikan sempat dikubur, berselang lima belas menit setelah dikubur, keluarga Sinaga datang dan meminta ikan tersebut.

“Mereka bilang ikan itu namboru (bibi, red) mereka. Kami dikasih sirih sebagai tanda permintaan,” kata Pansur. Karena merasa sedang berurusan dengan kehormatan leluhur orang lain, ia pun merelakan kuburan ikan digali. Ikan raksasa pun berpindah ke rumah Maju Sinaga.

Ikan diletakkan di sebuah ranjang yang rapi, dengan mangkok berisi beras, telur ayam, dan jeruk purut di sampingnya. Seorang perempuan tua melarang orang-orang yang ingin mengabadikan ikan tersebut.

“Tidak bisa lagi difoto. Sudah diadati,” katanya.

Maju Sinaga mengatakan, Senin dini hari (12/6)  keluarganya akan membawa ikan tersebut ke kampung mereka di Kecamatan Mogang, Samosir. Nantinya ikan ini akan dilarungkan ke Danau Toba supaya bisa kembali ke hadapan namboru mereka. Di Mogang, katanya, sudah akan ada sanak saudara yang menyambut.

Berbeda seperti penuturan warga kepada Redaksi, keluarga Sinaga rupanya percaya ikan ini adalah sampan bagi leluhur mereka itu.

“Saudara kami didatangi namboru di dalam mimpinya tiga hari sebelum ikan itu ditemukan. Namboru menyuruh kami mencari solu-nya (sampan) yang hanyut,” kata seorang perempuan muda kerabat Maju Sinaga.

Maju Sinaga mengaku tidak perduli jika orang lain menganggap aneh perlakuan mereka terhadap si ikan raksasa.

“Biarlah orang menganggap orang aneh. Ini kepercayaan kami. Memang sudah sejak dulu begini,” katanya.

Dikutip dari Tribun Medan