Tobatabo
 
Posted 06-02-2019 11:14  » Team Tobatabo

Libur Imlek, Wisatawan ke Berastagi Meningkat 200 Persen

 
Foto Caption: Suasana Taman Lumbini, Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, yang dipadati wisatawan mengisi libur Tahun Baru Imlek 2019, Selasa (5/2/2019). (Tribun Medan/Muhammad Nasrul)

MEDAN - Ribuan umat Buddha merayakan Tahun Baru Imlek, Selasa (5/2). Imlek tahun ini dalam astrologi China, termasuk Tahun Babi Tanah. Sementara tahun ini merupakan Tahun Baru Imlek 2570.

Pada Tahun Babi Tanah 2019 ini, masyarakat Tionghoa berharap semua keinginan tercapai dengan lancar.

"Kita percaya pada Tahun Babi ini, kalau ada keinginan dan harapan, lebih mudah tercapai. Rezeki juga lebih lancar," ujar Ketua Panitia Perayaan Tahun Baru Imlek 2019 Vihara Borobudur, Juliana Wono, Selasa.

Untuk mendapatkan itu, ia menambahkan, tentunya berusaha keras, berbisnis yang benar dan berbuat baik. Juliana menambahkan, sejak pagi, ribuan warga yang berasal dari berbagai daerah telah meramaikan Vihara Borobudur untuk sembahyang saat Imlek.

Di Vihara Borobudur juga ada pemasangan pelita pada awal Imlek hingga hari ke-15. Rangkaian acara pemasangan pelita 15 hari mulai Che It hingga Cap Go, 5-19 Februari.

"Tadi malam juga ada kebaktian. Kegiatan selama 15 hari itu nanti diisi kegiatan macam-macam, tapi enggak setiap hari. Cuma di hari-hari tertentu saja," katanya.

Ketua Yayasan Vihara Borobudur Lindawaty Roesli mengatakan, rangkaian acara tersebut bertujuan untuk mengajak umat Buddha agar senantiasa mawas diri dan berada di jalan yang benar.

"Agar semua umat Buddha senantiasa mawas diri dan berada di jalan yang benar dengan Dharma sebagai pelita dan sumber penerang jalan. Dengan demikian, niscaya segala berkah kebaikan, kedamaian dan kebahagiaan akan menyertai kita," katanya.

Barongsai Bagi-bagi Jeruk

Ribuan pengunjung terlihat antusias saat menonton pertunjukan Barongsai di Atrium Centre Point Medan, Selasa. Mereka sangat antusias, ketika Barongsai membagi-bagikan jeruk.

"Diharapkan kepada pengunjung agar jangan berebut. Barongsai akan membagikan buah jeruk kepada semua sisi. Sekali lagi kami imbau, jangan berebut dan menjaga jarak dari area Barongsai," ujar MC.

Pengunjung sempat terlihat saling berebut, ketika Barongsai melemparkan jeruk dari mulutnya. Penonton yang duduk bahkan sampai meninggalkan tempat duduk dan mencoba meraih dan merebut jeruk yang sudah diambil pengunjung lain.

"Pak, jangan berebut, pak. Jangan berebut," ucap satpam menegur salah seorang pengunjung.

Meski sempat berebut, pertunjukan Barongsai berjalan lancar. Penonton terlihat sangat terhibur dan memberikan angpao kepada Barongsai.

Pengunjung bernama Vina mengatakan, pertunjukan Barongsai menjadi hiburan saat Imlek. Apalagi ia datang bersama keluarganya. Meski tidak dapat jeruk, Vina mengaku, senang bisa melihat pertunjukan tersebut.

"Cukup terhibur. Memang enggak sampai jeruknya dilempar ke sini," katanya. Sebelum pertunjukan Barongsai, pengunjung Centre Point terlebih dahulu disuguhi pertunjukan olahraga Wushu. Atlet-atlet Wushu Kota Medan unjuk kebolehan dan mendapat sambutan yang sangat meriah.

Bagi Angpao

Pada saat Imlek, banyak acara yang diselenggarakan etnis Tionghoa. Sebut saja berkumpul di rumah orang yang paling tua dan bagi-bagi angpao.

"Biasanya kami pergi ke tempat orang yang paling tua. Kami akan berkumpul di rumah kakek atau nenek satu keluarga," ujar Ketua Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia Kota Medan, Nikko, kemarin.

Anak-anak yang lebih muda biasanya akan diberi angpao oleh orang yang sudah menikah. Angpao biasanya berwarna merah dan berisi uang. Biasanya Imlek sebagai momen berbagi rezeki. Tetapi, bagi-bagi angpao punya makna yang lebih besar.

"Dengan pemberian angpao harapannya anak-anak dalam satu tahun ke depan aman dan tentram tanpa halangan yang berarti," ujarnya. Ia menambahkan, warna merah biasanya identik dengan Imlek dan menunjukkan kegembiraan dan semangat untuk nasib yang lebih baik.

Selain itu, biasanya dalam perayaan Imlek ada agenda santap bersama. Niko mengatakan, untuk pilihan menu makanan maupun kue-kue tergantung keluarga masing-masing.

"Kalau beribadah itu tergantung orang masing-masing juga. Karena Imlek kan dirayakan oleh etnisTionghoa, yang masing-masing punya kepercayaan sendiri. Jadi ada yang ke vihara atau tempat ibadah lain itu tergantung masing-masing," ujarnya

Nikko berharap pada Tahun Babi Tanah ini, masyarakat bisa semakin solid, apalagi bertepatan dengan tahun politik. Ia berharap tidak ada perecahan, karena perbedaan pandangan politik.

Berastagi Padat

Wisatawan memadati Berastagi, Kabupaten Karo, saat libur Imlek. Jumlah pengunjung Kota Wisata tersebut diperkirakan meningkat 200 persen dibanding hari biasa.

Hal tersebut dapat dilihat berdasar antrean kendaraan yang mengular di Tugu Perjuangan, Berastagi. Amatan Tribun Medan, kepadatan arus lalu lintas terjadi dari arah Kabanjahe menuju Berastagi. Tak hanya di kawasan Tugu Perjuangan, kepadatan juga mengular di kawasan Peceren.

Kapolsekta Berastagi Kompol Aron Siahaan mengungkapkan, pada libur Imlek kali ini, terjadi peningkatan volume kendaraan di kawasan Berastagi. Ia memperkirakan, peningkatan tersebut sekitar 200 persen.

Suasana Taman Lumbini, Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, yang dipadati wisatawan mengisi libur Tahun Baru Imlek 2019, Selasa (5/2/2019). (Tribun Medan/Muhammad Nasrul)

"Peningkatan terjadi baik karena masyarakat yang pulang ke kampung , melintasi Kabupaten Karo, maupun wisatawan yang datang ke Berastagi untuk menghabiskan libur Imlek ini," ujar Aron didampingi Kanit Lantas Polsekta Berastagi Ipda P Hutahean, Selasa.

Ia menambahkan, berdasar arahan dari Kapolres Tanah Karo AKBP Benny R Hutajulu, seluruh pasukan dikerahkan untuk mengamankan libur Imlek. Aron menyebutkan, untuk personel Polsekta Berastagi dibagi tugas mulai dari pengamanan vihara hingga pengaturan lalu lintas.

"Personel kita kerahkan semuanya untuk melakukan pengamanan di vihara maupun di pekong, supaya masyarakat kita nyaman dalam beribadah. Selain itu, kita juga tempatkan petugas di jalur-jalur yang biasanya macet," katanya.

Petugas juga melakukan buka tutup arus lalu lintas untuk mengurai kemacetan di jalan lintas Berastagi-Medan.
Objek wisata yang diburu para pengunjung ke Berastagi adalah Taman Lumbini di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat.

Objek wisata tersebut merupakan tempat ibadah umat Buddha. Namun, sejak dibuka tempat tersebut juga dibuka untuk umum, sebagai tempat wisata. Hal yang menarik wisatawan berkunjung ke Taman Lumbini adalah bangunan pagoda dengan arsitektur khas Myanmar.

Seorang wisatawan dari Kota Medan Andre mengungkapkan, berlibur ke Karo, karena ingin menikmati kesegaran udara.

"Seneng aja datang ke Berastagi ini, udaranya segar jalan-jalannya pun jadi enggak terlalu capek," ujar Andre, Selasa.

Kemudian, saat ditanya alasannya datang ke Taman Lumbini, ia mengatakan, penasaran untuk melihat langsung bangunan dengan ornamen khas Myanmar tersebut.

"Penasaran aja sama tempatnya. Kabarnya ini kan salah satu pagoda yang terbesar, jadi pengin datang ke sini. Baru sekali memang ke sini," katanya.

Wisatawan lainnya Setiawan mengatakan, sangat mengagumi bangunan Pagoda Lumbini. Karena selain kemegahan arsitekturnya, warna emas yang mendominasi bangunan tersebut semakin membuat kagum.

"Apalagi Lumbini ini kan salah satu tempat ibadah umat Buddha yang terbesar di Asia Tenggara. Jadi kagum dan bangga lah kita warga Sumut punya tempat yang terkenal gini," ucap pria asal Kota Pematangsiantar tersebut.

Dikutip dari Tribun Medan