Tobatabo
 
Posted 04-12-2014 10:48  » Team Tobatabo

Ritual Tolak Bala Masyarakat Batak

 

Horas…horas…horas….teriakan itu nyaring terdengar dari atas kapal KM Toba yang membawa kami ke tengah danau. Sebelumnya, kami ditaburi beras putih oleh Sedihma Boru Silalahi, seorang wanita yang dikenal sebagai juru kuncinya Danau Toba. Suara terompet tradisional bersahutan diiringi pukulan gong dan tiupan seruling. Bau dupa begitu terasa. Asap kemenyan mengepul hingga ke atas lambung kapal yang terus membawa kami ke tengah Danau Toba. Tepat di tengah danau lagi-lagi taburan beras putih mengiasi awan biru.

Sejumlah masyarakat tampak bersemangat menggotong sesajian yang telah dipersiapkan dalam kotak kayu empat persegi. Proses ritual yang berlangsung hati-hati tersebut dimulai dengan prosesi menghanyutkan sejumlah macam makanan, antara lain daun sirih, kepala kambing putih, telur ayam kampung, tembakau, pisang, semangka, dan beras putih ke tengah danau. Setelah proses melarungkan sesajian usai, seluruh masyarakat berkumpul untuk melakukan upacara tari-tarian di open stage, diiringi oleh irama gondang Batak dan tarian tor-tor.

Bius silima tali kemudian menyampaikan wujud doa persembahannya. Tortor pangurason dan tor-tor si tujuh cawan membius hadirin, dan dilanjutkan dengan tor-tor tunggal panaluan, mamatik borotan, dan manogu hoda sihapas pilih hu borotan. Seluruh warga diperkenankan mengelus kuda pilihan (mangapus hoda miahan) yang diawali dengan gondang mula-mula (gendang memulai), gondang somba (gendang penghormatan), dan diiringi gondang mangaliat (gendang berkeliling). Ritual mangapus hoda miahan merupakan nafas yang dipersembahkan melalui udara, darah melalui tanah, dan daging melalui tujuh jenis masakan. Maksudnya, udara sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa harus kita hormati dan hargai sebagai pemberi nafas bagi manusia. Begitu juga tanah sebagai tempat kita tinggal dan hidup. Bentuk penghormatan dilakukan dengan membuat darah kuda ke dalam tanah yang memiliki arti penolak bala dan penyangga bumi nusantara dari kejaliman dan marah bahaya. Kemudian daging kuda putih dipersiapkan dalam tujuh jenis masakan, dan disampaikan sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, diakhiri dengan tor-tor bersama.

Itulah rangkaian acara dalam Ritual Tolak Bencana Danau Toba untuk Nusantara yang berlangsung pada hari Sabtu, 29 Juli lalu di kawasan Danau Toba, Parapat, Sumatera Utara. Upacara ritual tolak bala ini sengaja kembali dihidupkan setelah 2 abad terhenti, tepatnya sejak masuknya agama Kristen di tanah Batak. Menurut Prof. Morden Sitanggang, ahli metafisika dan supranatural sekaligus pendiri Yayasan Pusuk Buhit, bencana alam yang menimpa Indonesia merupakan akibat ulah manusia yang menyiksa alam dan tidak mengucap syukur atau berterima kasih kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Melalui ritual budaya inilah ucapan terimakasih tersebut dilakukan. Sejak jaman Sisingamangaraja ke-12, bencana yang terjadi saat ini telah diramalkan sebelumnya, karena termaktub dalam 12 pesan yang ditinggalkan raja tersebut.

Sedihma Boru Silalahi mengatakan ritual dilakukan agar penunggu Danau Toba tidak marah kepada masyarakat Batak yang ada di kawasan tersebut dan agar tidak terjadi bencana. Menurutnya, penunggu Danau Toba memiliki keinginan yang harus dipenuhi agar amarah bisa dihilangkan, yaitu bersatunya kembali seluruh masyarakat Batak.

 

Tips Perjalanan

Ritual Tolak Bala Danau Toba ini rencananya akan digelar rutin setahun sekali, tepatnya pada bulan Juli. Jadi tak perlu khawatir, tahun depan anda bisa menyaksikannya. Dari Medan, anda bisa menyewa mobil travel L 300 menuju Danau Toba selama lebih kurang empat jam. Atau bisa juga ngeteng, naik bus dari Medan ke terminal Ajibata dengan ongkos Rp 9.000 per orang lalu dilanjutkan dengan angkutan kecil, tarifnya Rp 2.000 per orang untuk tahun ini.

 

Sumber