Cari

Siapa Saja Marga Pomparan PARNA Atau Parsadaan Nai Ambaton? Ini dia.

Posted 07-02-2015 23:21  » Team Tobatabo

PARNA adalah singkatan dari Parsadaan Nai Ambaton (lazim juga disebut sebagai Pomparan ni si Raja Naiambaton) yaitu kumpulan marga yang merupakan keturunan dari Nai Ambaton.

Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Batak.Si Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut.

Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut.

Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang.

Baca Juga Untuk Kamu Pemuda Batak Bermarga Parna, Pasti Merasakan 5 Hal ini!

Tuan Sorimangaraja kemudian memperistri 3 orang, yaitu:

1) Siboru Anting Sabungan (disebut juga Siboru Paromas)

2) Siboru Biding Laut, adik Siboru Anting Sabungan

3) Siboru Sanggul Haomasan

Anak pertama Tuan Sorimangaraja dari Siboru Anting Sabungan dinamai Si Ambaton atau Tuan Sorbadijulu. Dari sinilah nama Nai Ambaton berasal (nai = ibu, Ambaton = nama anaknya, Nai Ambaton = ibunya si Ambaton). Konon Nai Ambaton ini berpesan kepada anaknya Si Ambaton untuk menjaga persatuan keturunannya.

“Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”. Kalimat ini sulit diterjemahkan secara tepat dalam bahasa Indonesia tetapi kira-kira maksudnya adalah bahwa semua keturunan Raja Naiambaton adalah satu putra-satu putri (dianggap sebagai satu saudara). Begitu eratnya persaudaraan itu seolah-olah antar kakak dan adik kandung, meskipun hubungan darahnya sudah jauh.

Karena dianggap sebagai satu saudara, putra-putri keturunan Nai Ambaton tidak boleh menikah satu dengan yang lain. Hingga hari ini, terasa canggung bahkan tabu untuk saling mengawini di dalam marga-marga Parna. Jika sampai ada yang menikah, bisa dipastikan pasangan ini akan menjadi bahan gunjingan dan cercaan. Kerap kali mereka dikucilkan –atau mengucilkan diri– dari acara-acara adat.

Untuk mencegah perasaan senang telanjur timbul di antara dua muda-mudi yang pantang saling menikahi, disarankan untuk menanyakan marga segera setelah berkenalan. Menanyakan marga dan kampung asal ini merupakan satu topik “ice breaking” yang baku dalam percakapan dua orang Batak, baik sesama maupun lawan jenis. Semacam ritual untuk “positioning” atau “alignment.”

Terkadang salah satu pihak menggunakan sub marga yang tidak umum dikenal sehingga tidak diketahui bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan. Teman, orang tua atau kerabat yang mengetahui hal ini berkewajiban untuk segera memberitahukan. Karena sudah menjadi norma yang dipahami bersama, orang yang ditegur pun tidak boleh marah kepada yang menegur.

Dari situs http://www.parna.org, marga-marga Parna dibagi menjadi 4 kelompok besar:

A. Dari Simbolon Tua:

1. Simbolon

2. Tinambunan

3. Tumanggor

4. Maharaja

5. Turutan

6. Pinayungan

7. Nahampun

B. Dari Tamba Tua

8. Tamba

9. Siallagan

10. Sidabutar

11. Sijabat

12. Siadari

13. Sidabalok (no 10 s.d. no 13 disebut Si Opat Ama)

14. Rumahorbo

15. Rea

16. Napitu

17. Siambaton

C. Dari Saragi Tua

18. Saragi

19. Saragih

20. Simalango

21. Saing

22. Simarmata

23. Nadeak

24. Basirun

25. Bolahan

26. Akarbejadi

27. Kaban

28. Garingging

29. Jurung

30. Telun

D. Dari Munte Tua

31. Munte

32. Sitanggang

33. Sigalingging

34. Siallagan

35. Manihuruk

36. Sidauruk

37. Turnip

38. Sitio

39. Tendang

40. Banuarea

41. Gaja

42. Berasa

43. Beringin

44. Boangmanalu

45. Bancin

Catatan: aku tidak sepakat kalau Sitio diletakkan di rumpun Munte Tua karena Rumahorbo-Napitu-Sitio adalah satu saudara sehingga semestinya Sitio berada di kelompok yang sama dengan Rumahorbo dan Napitu, yaitu sebagai bagian dari Tamba Tua.

Di situs yang lain, disebutkan bahwa marga-marga Parna berjumlah 70 marga. Berikut adalah daftarnya (sebanyak 68 marga saja, yang lainnya belum diketahui) yang disusun secara alfabetikal, bukan berdasarkan urut-urutan kesenioran.

1. Bancin (Sigalingging)

2. Banurea (Sigalingging)

3. Boangmenalu (Sigalingging)

4. Brampu (Sigalingging)

5. Brasa (Sigalingging)

6. Bringin (Sigalingging)

7. Gaja (Sigalingging)

8. Dalimunthe

9. Garingging (Sigalingging)

10. Ginting Baho

11. Ginting Capa

12. Ginting Beras

13. Ginting Guruputih

14. Ginting Jadibata

15. Ginting Jawak

16. Ginting Manik

17. Ginting Munthe

18. Ginting Pase

19. Ginting Sinisuka

20. Ginting Sugihen

21. Ginting Tumangger

22. Haro

23. Kaban

24. Kombih (Sigalingging)

25. Maharaja

26. Manik Kecupak (Sigalingging)

27. Munte

28. Nadeak (di pa lao)

29. Nahampun

30. Napitu

31. Pasi

32. Pinayungan (Sigalingging)

33. Rumahorbo

34. Saing

35. Saraan (Sigalingging)

36. Saragih Dajawak

37. Saragih Damunte

38. Saragih Dasalak

39. Saragih Sumbayak

40. Saragih Siadari

41. Siallagan

42. Siambaton

43. Sidabalok

44. Sidabungke

45. Sidabutar

46. Saragih Sidauruk

47. Saragih Garingging

48. Saragih Sijabat

49. Simalango

50. Simanihuruk

51. Simarmata

52. Simbolon Altong

53. Simbolon Hapotan

54. Simbolon Pande

55. Simbolon Panihai

56. Simbolon Suhut Nihuta

57. Simbolon Tuan

58. Sitanggang Bau

59. Sitanggang Gusar

60. Sitanggang Lipan

61. Sitanggang Silo

62. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 (Sigalingging)

63. Sitio

64. Tamba

65. Tinambunan

66. Tumanggor

67. Turnip

68. Turuten

Dikutip dari Parna.org
 
 
 
 
 
Batak | 10 tahun yang lalu
Batak | 10 tahun yang lalu
Batak | 10 tahun yang lalu