Hotel Keluarga Cherry Pink Medan - Sumatera Utara
Cherry Red, Cherry Green, yang letaknya bersebelahan, berada dalam satu nahkoda, Cherry Hotel. Belakangan, saya juga baru tahu kedua penginapan ini memiliki “saudara”, Cherry Pink, Cherry Rose, Cherry Hill, dan yang akan datang nanti adalah Cherry Garden. Melihat gaya rumahan dan letak hotel yang “tersembunyi” di antara perumahan, saya mengambil kesimpulan hotel ini adalah hotel kecil berkelas “melati’.
Karena sudah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu dengan sang kawan, saya putuskan untuk menginap di Hotel Cherry Green ini. Awalnya saya terhenyak, kamar dengan ukuran minimalis di dalam hotel ternyata menawarkan fasilitas yang lumayan. Ruangan nyaman, terang dan bersih, tertata rapi seperti hotel besar yang berkelas. Diisi oleh TV cable, air conditioner, springbed yang nyaman, dan lemari pendingin. Saat itu juga saya berpikir, pasti sewa kamarnya tak kurang dari Rp. 300.000. “Murah kok, cuma Rp. 150.000,’ sanggah teman saya, Dita.
Lebih jauh, saya baru mengetahui, konsep minimalis ini juga tak lain dari biaya penginapan yang cukup terjangkau. Rate kamar per malam adalah Rp. 150.000 hingga Rp. 250.000. Namun demikian tamu dilayani dengan fasilitas bak hotel bintang tiga. Di luar kamar, tamu bisa bersantai di coffee shop sambil mengakses informasi gratis dan fasilitas Wi Fi yang disediakan.
Bahkan tidak hanya fungsi penginapan, Cherry Hotel juga melengkapi diri dengan fasilitas ruang pertemuan. Meeting room dengan kapasitas 30 orang, dilengkapi dengan air conditioner, white board, loud speaker,kursi dan meja sliding.
Pemilik Cherry Hotel, Ferry Dika Wardhana Erwan, mengungkapkan, pelayanan dan ketersediaan fasilitas hotel selalu menjadi faktor utama yang membangun bisnisnya. “Konsumen Selalu mencari kenyamanan dengan harga yang terjangkau, dengan apa yang kami sediakan, kami berupaya menempatkan hotel ini di hati konsumen, agar mereka selalu kembali menginap di sini,” ungkap Ferry
Usaha yang sudah dibangun sejak Ferry masih duduk di bangku kuiiah tujuh tahun yang lalu; berawal dari rumah kontrakan yang disewakan kepada orang asing. Semua fasilitas perabot sudah tersedia, sang penyewa tinggal menempatinya saja. “Itulah yang kini berubah menjadi Hotel Cherry Pink, tadinya adalah mess dan tempat praktek Akper Taman Harapan,” ujar pemuda 24 tahun ini.
Dihantam oleh badai knisis moneter, usaha rumah sewa Ferry ini pun terimbas. Menghidupkan kembali usahanya, cucu pemilik Garuda Plaza Hotel ini menyulap rumah sewa menjadi penginapan kecil berskala melati. “Konsep awalnya minimalis, dan berupaya agar tamu merasa seperti berada di rumah sendiri,” terang Ferry Gaya minimalis ini dikatakan Ferry juga lebih mudah dikelola. “Lebih mudah untuk mengurus perlengkapan fasilitas dan membersihkan ruangannya,” ujarnya.
Keenam Hotel Cherry in sambung Ferry, tidak memiiki perbedaan konsep yang berarti, walaupun style atau gayanya berbeda Ia menuturkan, Chery Pink dibangun dengan konsep pondok ber-style bisnis, Cherry Red bentuknya wisma berbalut executive style, Cherry Green bergaya home stay, Cherry Rose adalah guest house ber-setting family style, dan Cherry Garden nantinya bergaya ala apartemen. “Desainnya tetap mirip, auranya harus sama, seperti anak-anak yang lahir dan ibu yang sama,” terang Ferry.
Dari delapan kamar yang pernah dibangun, kini ada 16 kamar di Cheriy Pink Hotel pertama group Cherry Hotel. Penginapan ini disebutkan Ferry, Sebagai “gerbang” Cherry Hotel. “Letaknya yang strategis di pinggir jalan raya, membuat Cherry Pink lebih dulu dikunjungi tamu di Medan, kalau kamar penuh, kami baru menawarkan alternative di hotel Cherry yang lain,” papar tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) ini. Ya, Cherry Pink berdiri di Jalan Wahid Hasyim, keberadaannya tak luput dari pandangan pengguna jalan protokol tersebut. Sementara Cherry Red yang berjejer dengan Cherry Green terletak di Jalan Sei Martebing, Cherry Rose di jalan Sei Padang, yang diakses melalui jalan perumahan. Cherry Hill, mencirikan seperti namanya, terletak di Jalan Raya Gundaling Berastagi. “Cherry Garden yang akan dibuka dalam waktu dekat ini juga terletak di Wahid Hasyim,” imbuh Ferry.
Konsep “seperti di rumah sendiri” agaknya memang pas betul dengan tag line ‘Hotel Keluarga Anda”. Dengan konsep ruang yang simpel dan terjangkau budget-nya ini diharapkan tamu dan kalangan mana pun merasa nyaman dan akan selalu kembali ke hotel yang sama saat melancong ke Medan.
Menurut Ferry, konsep hotel keluarga ini juga menghindarkan diri dari pemanfaatan negatif hotel kelas melati. “Kalau yang datang pasangan lelaki dan perempuan, harus menunjukkan keterangan apakah mereka keluarga atau pasangan menikah, ini bisa dilihat dari KTP atau buku nikah,” tukas pria yang juga bergelut di dunia fotografi ini.
Kalau Anda melancong ke Medan, biasanya salah satu rekomendasi penginapan adalah hotel di kawasan Jalan Sisingamangaraja. Lokasi strateis yang tak jauh dari Bandara Polonia serta beberapa tempat wisata seperti Mesjid Raya dan Istana Maimun, tak ayal mengembangkan kawasan jalan tersebut menjadi daya sentral mobilitas para turis.
Kawasan Medan Baru mungkin belum menjadi tempat yang dilirik, walaupun beberapa bangunan hotel sudah berdiri sejak lama. Apalagi Cherry Hotel menempatkan beberapa bangunannya di kawasan permukiman.
Dari hotel kelas melati ini bukan lagi konsep baru berbisnis penginapan. Hotel jenis ini diminati oleh pengunjung domestik maupun luar negeri yang berkocek minim hingga sedang. Biasanya, fasilitas disesuaikan dengan budget sewa kamar. Bentuk kenyamanan pun tak jarang berujung pada kesadaran masing-masing orang. Dengan kata lain, kalau mau cari tempat yang nyaman untuk menginap, ya.. siapkan saja kocek lebih.
Tapi siapa sih yang tidak ingin tempat yang nyaman dan murah ? Posisi ini yang tengah dibidik Cherry Hotel. Tumbuhnya hotel-hotel dengan konsep yang sama nampak tak berarti untuk Cherry Hotel, selama brand yang ada di tangan ini tidak luntur.
Ferry pun melanjutkan, perkembangan bisnis hotel di kawasan Medan Baru ini melesat cepat. Dari waktu ke waktu Cherry Hotel sendiri membukukan tingkat kunjungan yang tinggi. “Alhamdullilah, setiap minggu dan bulan kita pantau, kunjungan selalu di atas 90%,” ungkap Ferry. Tidak ada trik khusus dalam pemasarannya. Bagi Ferry strategi utamanya hanyalah mempertahankan citra dan ciri khas hotel dengan harga yang relatif murah, fasilitas lengkap dan pelayanan yang ramah.
Mengapa di Medan Baru ? Hotel Cherry dibangun pertama kali memang di kawasan ini. “Sebenarnya di mana pun tempatnya tak masalah, tapi target saya adalah menguatkan pondasi di Medan Baru ini, kalau sudah menguasai pasar baru ekspansi ke tempat lain,” papar pemuda tinggi tegap ini. Para tamu yang datang, diakui Ferry banyak yang berasal dari kawasan Medan Baru sendiri. Dari berbagai instansi swasta maupun pemerintah, keluarga maupun kerabat Brimob, kalangan mahasiswa, dan ada juga dari luar, wisatawan domestik maupun mancanegara,” jelasnya lagi.(***)