Cari

Gua Simardiring Di Pakkat Diyakini Tembus ke Bakkara

Posted 17-03-2015 14:37  » Team Tobatabo

Situs gua Simardiring di Gunung Sipalakki, Desa Pakkat, Kecamatan Doloksanggul, Humbanghasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut), diyakini tembus sampai Gua Tombak Sulusulu, Bakkara, Kecamatan Baktiraja. Bila benar, gua ini diperkirakan memiliki panjang 50 kilometer (km).

Diyakini pula gua yang berada di lokasi penambangan batu gunung itu berusia ribuan tahun. Menurut cerita, masyarakat setempat pernah berupaya membuktikan gua tersebut tembus sampai ke Baktiraja dengan melepaskan beberapa anjing peliharaan mereka. 

Benar saja, beberapa pekan kemudian anjing-anjing itu ditemukan di kawasan Baktiraja. Masyarakat menilai gua tersebut sebagai warisan leluhur yang harus dijaga. Bahkan, mereka berencana memugar gua dan membuat pagar keliling.

“Kamimenyebutnya GuaSimardiring karena kalau dilempar batu ke dalam akan terdengar suara nyaring,” kata salah satu warga, Junjungan Purba, 46. 

Dari aspek kepemilikan, keturunan marga Purba Pargodung merupakan pewaris kawasan yang terdapat gua itu. Sementara itu, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sumut Gagarin Sembiring mengatakan, keberadaan gua di sekitar Danau Toba bukan hal mustahil. 

Gua Simardiring merupakan salah satu bukti warisan dunia atau kawasan yang harus dikonservasi sebagai bagian dari peninggalan letusan Gunung Toba. Dari penelitian geologis, Danau Toba memiliki dua jenis batuan dasar, yaitu permokarbon yang berumur sekitar 300 juta tahun dan mesozoikum berumur 250 juta tahun. 

“Kedua jenis batuan tersebut merupakan peninggalan warisan dunia di kawasan Danau Toba. Sementara yang berpeluang memunculkan ada gua adalah batu mesozoikum.

Kami mengharapkan adanya zonaisasi dari gua itu sehingga aktivitas masyarakat di sekitar gua juga tidak mengganggu keberadaan gua,” ujarnya, kemarin.

Diyakini pula gua yang berada di lokasi penambangan batu gunung tersebut berusia ribuan tahun. Menurut cerita, masyarakat setempat pernah berupaya membuktikan gua tersebut tembus sampai ke Baktiraja dengan melepaskan beberapa anjing peliharaan mereka.

Benar saja, beberapa pekan kemudian anjing-anjing itu ditemukan di kawasan Baktiraja. 

Ada pula cerita, dahulu apabila memasuki musim panen di Baktiraja, warga Desa Pakkat, kerap menemukan jerami bekas pengambilan padi.

Ini memperkuat keyakinan warga bahwa gua itu bisa tembus sampai Baktiraja yang berada di pinggiran Danau Toba. “Tidak ada mitos khusus menyangkut gua tersebut, namun kami sebagai generasi marga purba di Desa Pakkat ini diwajibkan menjaga gua ini.

Dan kami tidak boleh sembarangan mengganggu gua,” kata Bontor Purba, 51, warga Sipalakki, Doloksanggul, kemarin. 

Masyarakat menilai gua tersebut sebagai warisan leluhur yang harus dijaga. Bahkan, mereka berencana memugar gua dan membuat pagar keliling. Selain itu, dari sisi atas gua tidak diperkenankan ada aktivitas pertambangan batu gunung, termasuk mengalihkan jalur lintasan truk pengangkut hasil tambang.

“Kami menyebutnya Gua Simardiring karena kalau dilempar batu ke dalam akan terdengar suara nyaring. Kami akan menjaga gua ini secara turun-temurun,” kata warga lainnya, Junjungan Purba, 46. 

Dari aspek kepemilikan, keturunan marga Purba Pargodung merupakan pewaris kawasan yang terdapat gua tersebut. “Itu yang kami rencanakan sebagai keturunan marga Purba di kawasan ini. Kami akan terus menjaga warisan leluhur itu,” kata warga bernama Nikson Purba, 43. 

Penggiat pariwisata yang tergabung dalam Local Working Grup (LWG) Huta Mas, Tommy Silaban mengatakan, pelaku pariwisata harus menjaga situs kuno yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

Kekayaan alam merupakan warisan untuk masa depan. “Kita juga mendukung masyarakat terus menjaga gua itu karena kita meyakini kearifan lokal masyarakat mampu melindung setiap warisan leluhurnya,” ujarnya. 

Sementara itu, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sumatera Utara (Sumut), Gagarin Sembiring mengatakan, keberadaan gua di sekitar Danau Toba bukan hal mustahil.

Gua Simardiring merupakan salah satu bukti warisan dunia atau kawasan yang harus dikonservasi sebagai bagian dari peninggalan letusan Gunung Toba. 

Dari penelitian geologis, Danau Toba memiliki dua jenis batuan dasar, yaitu permokarbon yang berumur sekitar 300 juta tahun dan mesozoikum berumur 250 juta tahun.

“Kedua jenis batuan tersebut merupakan peninggalan warisan dunia di kawasan Danau Toba. Sementara yang berpeluang memunculkan ada gua adalah batu mesozoikum. Kita mengharapkan adanya zonaisasi dari gua tersebut sehingga aktivitas masyarakat di sekitar gua juga tidak mengganggu keberadaan gua.

Kita menunggu adanya inventarisasi dan penelitian,” ujarnya, kemarin. 

Untuk membuktikan gua tersebut tembus ke Baktiraja dapat dilakukan dengan mengambil sampel batu di sekitar gua dan menyamakannya dengan gua di Tombak Sulusulu.

Apabila batuannya sama, dapat dipastikan gua tersebut tembus ke beberapa titik di kawasan Danau Toba. 

“Uji coba yang dilakukan warga sangat tepat karena gua tersebut merupakan hasil dari erupsi gunung, bukan terowongan buatan yang dipakai untuk menambang batu bara. Jadi, makhluk hidup dapat menembus gua tersebut sekalipun memiliki panjang mencapai puluhan kilometer,” ujarnya. 

Menurut Gagarin, telah ditemukan beberapa gua yang panjangnya puluhan kilometer. Salah satunya Gua Sibaganding di Girsang, Gua Tombak Sulusulu di Baktiraja, dan gua di Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).

“Nanti kami akan mencoba melakukan riset di sana dan dari risetlah akan kami tentukan apakah gua tersebut masuk pada kawasan konservasi atau masuk pada geopark kaldera Toba,” katanya. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Perhubungan Pemkab Humbahas MPR Manullang berharap masyarakat menjaga situs tersebut sebelum dilakukan penelitian ilmiah.

Sumber