Hanya Kebetulan! Gerhana Matahari Total Bertepatan dengan Tahun Baru Batak
Tahun baru Bangsa Batak akan jatuh besok atau Rabu 9 Maret 2016. Artia Sipahala Sada atau hari pertama bulan pertama ini cukup spesial karena bertepatan dengan gerhana matahari dan perayaan tahun baru saka.
Berdasarkan sistem penanggalan panjujuron ari yang kita dapat turun-temurun, memang besok adalah tahun baru Bangsa Batak, kata Monang Naipospos, tokoh masyarakat Batak, Selasa (8/3).
Monang mengaku tidak mengetahui kenapa tahun baru Batak kali ini bersamaan dengan gerhana matahari. Bahkan, waktunya bersamaan dengan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka.
Dia pun tidak punya catatan apakah tahun baru Bangsa Batak bersamaan dengan gerhana matahari pernah terjadi sebelumnya. Dia membebaskan semua pihak menginterpretasikan peristiwa ini.
Terserah orang mau menerjemahkannya kejadian sebagai apa, sebutnya.
Bangsa Batak menggunakan penanggalan berdasarkan revolusi bulan. Ada 30 nama hari dalam sebulan. Satu tahun terdiri dari 12 bulan, dan menjadi 13 bulan setiap 4 tahun, jelas Monang.
Penanggalan bangsa Batak ini umumnya masih digunakan Ugamo Parmalim, keyakinan asli Bangsa Batak. Sistem ini dipakai untuk menetapkan waktu ritual dan peribadatan.
Monang merupakan salah seorang tokoh Parmalim.
Dia mengatakan, tidak ada ritual khusus pada tahun baru ataupun gerhana matahari. Mereka justru membuat ritual pada suma sipahala sada atau hari kedua bulan pertama, untuk memperingati hari kelahiran Raja Sisingamangaraja.
Kita juga ada ritual sekitar hari hurung bulan terakhir (hurung) yang jatuh pada 7 sampai 8 Maret ini. Itu merupakan hari terakhir setiap tahun. Kita banyak pantangan pada hari itu dan lebih banyak merenung menjelang tahun baru, ujarnya.
Monang mengakui sistem penanggalan ini tak banyak lagi diketahui masyarakat Batak, terutama generasi muda. Mereka yang sudah berusia lanjut pun terkadang tidak mengetahuinya, karena kebudayaan seperti ini dibuang jauh-jauh setelah kedatangan misionaris ke tanah Batak.
Dia berharap, masyarakat Batak dapat menghargai kebudayaan yang ada. Kenapa kita selalu memberikan ucapan selamat Cap Go Meh, sementara kebudayaan asli yang kita miliki tidak kita akui, pungkas Monang.
Sumber Merdeka.com