Cari

Kegelisahan Tentang Sinamot

Posted 10-10-2017 22:49  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi Pernikahan Adat Batak (viviagalery/instagram)

Hai stop jangan terburu-buru, aku tahu kau termasuk orang yang masih pro dan kontra tentang sinamot so you better keep read articles.

Sadar ternyata gw sudah menjadi pria dewasa yang bukan hayalin cewek di dalam mimpi yang seenak jidat lakuin gaya apa aja melainkan bagaimana menyiapkan mental untuk naik kelas dalam hidup (bahasa gw vro) yaitu menikah.

Permasalahanya banyak, bahkan yang bukan jadi masalah pun bisa jadi masalah, misal uang mas kawin, tanggal pernikahan, konsep pernikahan, sewa gedung, (tambahkan lagi disini menurut kalian)

Berhubung background gw batak (i’m proud of it) coba untuk menelaah apa aja yang jadi masalah dalam kisah romance percintaan pemuda-pemudi batak ini, sebenarnya awal tulisan ini adalah bermula dari diskusi ringan dan tentunya di temani secangkir kopi hitam.

Sinamot ini adalah semacam monster atau jelmaan mak lampir buat gw sebelum diskusi panjang sana dan sini dengan semua orang yang sudah sudah menikah pastinya.

Banyak yang pro banyak juga yang kontra alasan mereka beragam, seperti ada yang menikah cuman di pasu-pasu (berkati) bilang gak perlu pakai sinamot karena udah di saksikan Tuhan (Keren gak kalimat terakhir)

Ada juga menikah itu harus pakai sinamot karena kita sebagai orang batak harus melestarikan kebudayaan itu sendiri biar nanti anak mu kalau nikah gak pala repot kali urusnya (Tipikal orang batak memikirkan masa depan).

Setiap jawaban yang gw dapatkan itu tergantung mereka melakukan sinamot atau tidak

Pihak perempuan sering ngeliat perjuangan calon hela (menantu pria)-nya dari diskusi marhata sinamot antar dua pihak keluarga.

Kalau dilihat dia betul-betul berjuang untuk sang gadis, nanti juga diterima sinamotnya sesuai kemampuan. Lagian pihak perempuan jadi bisa melihat juga tingkat solidaritas keluarga pihak laki-laki karna sinamot ini gak selamanya murni uang si calon mempelai pria, tapi juga ada bantuan dari bapauda, bapatua, tulang, dsb.

Belum lagi tanggung jawab pihak perempuan jadi berat kalau ada sinamotnya. Kan malu kalau kita udah dikasih sinamot tapi ternyata setelah jadi istri dan parumaen (menantu perempuan) orang malah ga becus. Apa nanti kata keluarga besan?

Dan hasilnya bisa dilihat di sekitar kita, pasangan batak itu jarang ada yang bercerai. Bukan hanya karena susahnya perjuangan untuk menikah tapi juga karena susahnya untuk bercerai. Ketika ada masalah dalam rumah tangga mereka kelak, mulai dari keluarga, kerabat bahkan dalam keadaan tertentu tetua adat pun ikut mendamaikan.

Dan juga setelah menikah, karena telah terbiasa menabung dan kerja keras untuk mengumpulkan modal menikah jarang sekali orang batak yang bermalas-malasan menafkahi keluarganya. Dan juga rajin menabung untuk anaknya kelak.

Kami orang Batak, tidak mendapatkan pasangan kami hanya modal kolor dan janji tapi dengan perjuangan yang berat dan bantuan keluarga besar. Jadi, ambil positifnya aja (Untung bukan kolor bolong)

Ganaskan, jadi sekarang konsep sinamot itu bukan lagi seperti monster atau mak lampir yang seram tapi berubah jadi kitab suci yang harus di tempuh ribuan mil yang di setiap perjalanan ada halangan nya tapi itu untuk memastikan pria batak (gw juga) punya usaha yang keras untuk meminang pujaan hati kami tercinta (angkat tuak itu lae)

Pernah gw denger dan baca cerita alani sinamot gabe dang mangoli halaki ini yang buat rusak susunan percintaan dan buat effect negative tentang sinamot itu sendiri, karena pihak parboru dang setuju molo sinamot otik alani holan sasada boru tinggi muse pendidikan na seperti merasa terhina.

Coba ubah posisi karena gw adalah tipikal open minded yang mencoba untuk melihat dari berbagi posisi, anggap gw punya boru cantik, sexy, pintar, kerjaan mantap dan tiba-tiba ada anak muda sok tegar, ganteng juga enggak, kerjaan masih belum jelas kek mukanya ngasih sinamot kecil buat nikahin boru gw dan berharap i said “yes”, what the f*** !

oh boru sidauruk balga sinamotna, ah unga las roha ni bapa na

See there is an appreciation dari orang sekitar tapi kek mana kalau sinamot nya kecil, yakin gw yakin bakal ada omongan seperti ini

oh boru sidauruk otik do sinamotna, ah percuma do kuliah, dll

Terus kalau gak ada sinamot, gw yakin omongan ini pasti ada

oh boru sidauruk mangoli hape dang adong sinamotna, batak dang maradat dei

Timbul pertanyaan

  • Apa yang tentukan harga sinamot ?
  • Apakah sinamot menjadi parameter kebahagiaan dalam rumah tangga sehingga menjadi titik paling krusial dalam pernikahan ?
  • Apa kah Sinamot bisa di tawar ?
  • Apakah bisa sinamot di pending karena udah gak tahan pengen praktek gaya kuda terbang ?

Dan jawaban hasil dari selancar di goolge dan merenung

  • Sinamot itu di tentukan dari pendidikan boru, kerjaan, boru sasada
  • Jelas bukan, kebahagian itu tergantung pasangan masing-masing menjaga api cinta (cielah bahasa gw) tetap menyala, sinamot hanya sebuah tradisi yang harus di turunkan ke generasi muda yang ingin menikah, bukan buat gede-gedean gengsi tapi menunjukkan seberapa besar perjuangan mu untuk mendapatkan pujaan hati atau kasarnya di bilang biar gak bisa macam-macam terus cerai kalian (nasihat bapak terakhir yang gw denger)
  • Bisa, jumlah sinamot bukan harga mati, di dalam adat batak ada istilah parhata disini tugas nya saling diplomasi masalah angka sinamot tersebut.
  • Bisa di pending asal tetap di laksanankan.

Yang menjadi concern gw dalam tulisan ini adalah understanding masing-masing pihak parboru dohot paranak

  • kalau pihak paranak di lihat sanggup menyanggupi sinamot tapi menawar jauh dari harga awal itu kurang ajar namanya
  • kalau pihak parboru tahu kondisi paranak dan tidak mau menurunkan harga sinamot dengan alasan gengsi then go to the hell
  • kalau kedua belah pihak memang sama-sama menyutujui angka sinamot itu bagus seperti ada istilah godang pe hurang alai otik pe cukkup
  • kalau kedua belah pihak lebih concern ke kehidupan setelah menikah ketimbang buang duit ke sinamot itu juga lebih bagus

Apapun alasan setiap orang perlu diapresiasikan tidak perlu di judge or trying to be fix with you stupid idea, yang menjadi titik focus nya adalah bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga tersebut apa kah bahagia atau gak,

Thanks for you time, kalau di rasa bermanfaat silahkan di share, ada yang perlu di diskusikan silahkan lempar ke kolom komentar

***

Oleh Freddy Sidauruk

Dikutip dari Wartagas