Renungan Jumat Agung: Keajaiban-Keajaiban saat Wafat Yesus Kristus
KEAJAIBAN - Keajaiban saat Wafat Yesus Kristus Hari Jumat (Agung) wafat Yesus Kristus di atas kayu salib diikuti oleh sederetan keajaiban. Keajaiban-keajaiban ini sebenarnya menyibakkan makna Wafat Yesus itu sendiri, yang darinya kita harus belajar. Mari melihatnya.
Keajaiban satu, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dari jam dua belas sampai jam tiga. Matahari tidak mau bersinar. Bumi menjadi gelap.
Ini mengingatkan kita pada awal mula penciptaan di mana semesta gelap gulita, belum berbentuk, dan kosong, karena Allah belum berkarya. Ketika Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir suasana itu kembali hadir lagi. Dunia benar-benar hidup tanpa Allah. Itulah sebabnya dunia diliputi kegelapan luar biasa.
Jam-jam terakhir dari kisah hidup Yesus mempertontonkan kekejaman manusia. Manusia telah benar-benar hidup tanpa Allah. Hatinya gelap. Mereka bukan hanya memutarbalikkan kebenaran. Tetapi berusaha membunuh kebenaran. Manusia bukan hanya menangkap dan mengadili Yesus dalam kegelapan. Mereka
juga ingin memusnahkan Terang yang sejati itu dari muka bumi.
Matahari menjadi gelap, karena Tuhan sumber matahari telah “tiada”. Terang yang sesungguhnya sudah “tiada”. Matahari menjadi malu dan tidak tahan melihat bagaimana kejamnya perlakuan manusia terhadap sang terang sejati. Itu sebabnya matahari menutup matanya. Ia tidak mau bersinar.
Keajaiban dua, gempa bumi yang dahsyat. Bumi gemetar ketakutan waktu menyaksikan sumber hidup dan sang penciptanya dilumatkan oleh kuatnya dosa dan pemberontakan manusia. Bumi takut kepada manusia yang berlaku monster.
Tapi, kuatnya dosa itu tidak berlangsung lama. Ia hanya sekejap. Ia tidak selamanya. Kegelapan pasti akan berlalu. Kejahatan tidak punya masa depan. Pada kebangkitan Yesus kegelapan akan benar-benar pergi dan takluk pada sang terang dunia. Seganas apapun kejahatan zaman ini, akan tiba waktunya semua
kejahatan akan tersingkap. Kebenaran akan menang.
Keajaiban tiga, tirai Bait Allah terbelah dua. Tirai itu mengantarai/memisahkan ruang untuk umum dan ruang kudus. Ini hendak menegaskan bahwa dengan kematian Yesus Allah mengumumkan bahwa Ia tidak mau lagi terkurung hanya dalam Bait Allah dan hanya bisa ditemui di gedung kebaktian. Dia mau juga disembah dan dihormati di segala tempat dan situasi. Menyembah Allah tidak melulu terjadi di tempat ibadat tetapi, menolong
sesama yang sedang dalam kesulitan, kelaparan, sakit di penjara adalah ibadah sejati kepadaNya.
Keajaiban empat, Pengakuan kepala pasukan penyaliban yang berkata di hadapan umum: “Sungguh, orang ini adalah orang benar.” Allah tidak menyembunyikan kebenaran kepada orang non Yahudi. Allah tidak diskriminatif. Kasih itu tidak pilih muka. Allah memberikan kepada orang yang percaya maupun
tidak percaya kemampuan untuk mengenal kasih-Nya.
Tidak ada dosa yang begitu berat sehingga menghalang-halangi kuasa Allah. Kepala pasukan penyaliban sekalipun, digerakkan hatinya oleh Allah untuk mengenal kasih dan kebenaran. Dengan mengakui bahwa Yesus adalah orang benar di depan umum, ia mengaku diri sebagai yang melakukan satu tindakan yang salah dan keliru. Si kepala pasukan penyaliban tidak berusaha membela diri, ia mengakui kekeliruannya dengan terbuka dan jujur.
Keajaiban Zaman Ini
Keajaiban yang terjadi pada Jumat Agung Pertama, 2000 tahun silam kiranya tidak berhenti di sana saja, tetapi tetap terjadi sampai sekarang. Keajaiban akan terulang lagi jika:
1. Manusia hidup di dalam terang Allah. Tidak membunuh terang dengan tindakan-tindakan gelap/jahat.
2. Jika kita gemetar/takut (seperti bumi) menyaksikan kejahatan manusia, apalagi sampai melakukannya.
3. Tidak mengurung Allah di dalam agama kita saja. Atau mengadopsi Allah itu hanya milik kita.
4. Mengakukan kepada setiap orang bahwa Allah itu milik setiap orang.
Semoga peringatan hari Wafat Yesus Kristus tahun ini menyadarkan kita bahwa kita harus mejadi bagian keajaiban-Nya di dunia ini. Amin. (*)