Tokoh-Tokoh Besar Suku Batak dari Si Raja Batak Sampai Abad ke-19 Bagian 3
51. Sultan Emas Pasaribu
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini, lihat Sejarah Tuanku Badan (Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di Barus
52. Sultan Kesyari pasaribu
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini, lihat Sejarah Tuanku Badan (Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di Barus
53. Sultan Baginda Raja Adil Pardosi (1213 H)
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
54. Sultan Sailan Pardosi (1241 H)
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
55. Sultan Limba Tua Pardosi
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
56. Sultan Main Alam Pasaribu
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini, lihat Sejarah Tuanku Badan (Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di Barus
57. Sultan Perhimpunan Pasaribu
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini, lihat Sejarah Tuanku Badan (Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di Barus
58. Sultan Limba Tua Pardosi
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
59. SM Raja IX, Ompu Sohalompoan, Gelar Datu Muara Labu, 1788-1819
60. Haji Hassan Nasution
Seorang marga Nasution dengan gelar Qadhi Malikul Adil di Kerajaan Darussalam Minang menjadi orang Batak pertama di abad ke-18 yang naik haji di Mekkah pada tahun 1790
61. Raja Jangko Alam Tanjung Gelar Datuk Rajo Amat (1792-1806)
62. Sultan Ma’in Intan Pardosi
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
63. Sultan Agama yang bernama Sultan Subum Pardosi
Lebih lengkapnya biografi tokoh ini lihat di Kumpulan Naskah Barus, dijilid dan disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan No. ML 16.
Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.
64. Fakhruddin Harahap (1802)
Seorang marga Harahap yang berhasil memobilisasi masaa untuk mempertahankan Kesultanan Aru Barumun dari gempuran Aceh. Pada tahun 1802-1816, dia menjadi Raja dengan gelar Baginda Soripada di bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun.
65. Abdul Fatah Pagaran Sigatal: Modernis Suluk (Lahir 1809)
Nama kecilnya Abdul Fatah berasal dari Porlak Tele di Batahan yang masuk dalam wilayah Natal, Tanah Batak Selatan. Menurut riwayatnya beliau wafat pada tahun 1900 dalam usia 91 tahun. Oleh sebab itu tahun kelahirannya diperkirakan pada tahun 1809.
Bersama Lamri dan Barus, Natal merupakan pelabuhan kuno yang telah mendapat sentuhan peradaban Islam dengan nuansa budaya Batak. Selama hidupnya dia berkecimpung dalam mengembangkan organisasi-organisasi suluk yang banyak tumbuh di tanah Batak.
66. Abdul Hakim Datuk Naturihon Tanjung Gelar Rajo Amat I (1806-1841)
anak pertama dari Raja Jangko Alam.
67. Kadhi H. Ilyas Penyabungan: Sang Kadhi
Dilahirkan di Sabajior, Penyabungan pada 10 Rabiul Awal 1302 H. Ayahnya bernama H Sulayman.
Dia aktif mengembangkan Makbat Subulussalam sampai akhirnya penguasa Sukapiring memintanya menjadi Kadhi di Sukapiring, Kesultanan Deli. Masa hidupnya dihabiskan untuk membesarkan organisasi al-Jam’iyah al-Washliyah.
68. Syeikh Juneid Thola Rangkuti: Pengasas Philantrophy.
Lahir di Huta Dolok, Huta Na Male, Negeri Maga, Kotanopan. Pada saat itu Huta Dolok masih bernama Pagaran Singkam suatu wilayah yang terletak di kaki Gunung Sorik Marapi.
Sewaktu kecil ayahnya Thola Rangkuti memberinya nama Si Manonga karena lahir dengan kondisi yang sangat sulit.
Sekolah dasar di Maga dan dilanjutkan di Tanobatu yang selesai pada tahun 1906. Semangatnya untuk melanjutkan pendidikannya terinspirasi oleh H, Abdul Malik Lubis, seorang tokoh intelektual lokal di Maga.
Syeikh Juneid merupakan pelopor legiatan wakaf atau filantrofi di Tapanuli. Melalui serangkaian kegiatan dia berhasil mengumpulkan dana untuk mendirikan perguruan pendidikan di Huta Na Male.
Di samping itu dia juga mendirikan beberapa lembaga sosial ekonomi dari hasil wakaf yang dikumpulkannya. Di antaranya adalah pasar wakaf di Huta Na Male.
Dengan gerakan wakaf ini, Huta Na Male dan Maga menjadi sebuah negeri dengan perputaran eknomi yang cukup mapan. Beberapa pengusaha lokal pun akhirnya muncul dan menyebar menguasasi ekonomi Tapanuli di berbagai tempat.
Syeikh Juneid dikhabarkan berhasil membangun industri lokal untuk memproduksi peralatan dan barang-barang sandang pangan buatan lokal.
Dia sendiri banyak terlobat dalam produksi minyak nabati seperti minyak nilam dan produksi sepatu yang bahan bakunya diambil dari kebun wakaf yang menjadi modal ekonomi masyarakat di Tapanuli.
Pembangunan sosial yang madani ini akhirnya diteruskan oleh para generasi penerusnya setelah dia meninggal pada 30 Maret 1948.
69. Muhammad Faqih Amiruddin alias Pongki alias Tuanku Rao
Dia merupakan kerabat Dinasti Sisingamangaraja dan menjadi orang pertama dari lingkungan kerajaan Dinasti Sisingamangaraja yang menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada tahun 1812.
Informasi ini didapat dari sebuah catatan keluarga, bertuliskan Arab, komunitas Marga Sinambela keturunan Sisingamangaraja di Singkil. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan). Dia meninggal pata tahun 1833.
70. Idris Nasution (wafat 1833)
Merupakan Gubernur daerah Toba pada kepemimpinan Fakih Amiruddin di Tanah Batak yang beribukota di Siborong-borong.
71. Tuanku Tambusai Harahap (w. 1863)
Pahlawan Indonesia dalam melawan penjajah Belanda
72. SM Raja X, Aman Julangga, Gelar Ompu Tuan Na Bolon, 1819-1841
Raja Si Singamangaraja X Ompu Tuan Nabolon mangkat karena dipenggal oleh Si Pokki Nangolngolan atau Tuanku Rao, yang dengan akal liciknya mengundang Raja Si Singamangaraja X untuk datang ke Butar.
Pada pertemuan di Butar itulah si Pokki memenggal leher Raja Sisingamangaraja X. Kepala Raja ini terbang menghilang, terbang ke pangkuan ibundanya boru Situmorang.
Oleh ibunya, secara diam-diam dikuburkannya di dalam batu besar yang ada di Lumban Raja, karena sebelumnya ia sudah berfirasat akan kejadian yang akan menimpa anaknya.
Adapun badan Raja Si Singamangaraja X yang terkapar di bukit parhorboan, tertimbun tanah karena tiba-tiba bukit itu runtuh.
Raja si Onom Ompu dengan pengikut-pengikut yang mendampingi Raja Si Singamangaraja X pun melawan dan sebagian teman si Pokki itu mangkat.
Tetapi karena pasukan si Pokki yang tadinya bersembunyi datang membantu si Pokki dan si Pokki menjadi lebih kuat, melarikan dirilah mereka ke Gunung Imun. Si Pokki terus menyerang Bakara dan banyak yang ditewaskannya baik yang dewasa maupun anak kecil.
Menurut pengakuan Pokki Nangolngolan (Tuanku Rao), dia adalah anak dari saudara perempuan Raja Sisingamangaraja X yang pergi ke Bonjol. Pokki Nangolngolan mengatakan bahwa dia sudah rindu pada tulangnya dan dia akan memberinya makan (manulangi) dan akan memberikan piso-piso (uang) sebagai persembahan.
Karena kata-kata manis dari si Pokki inilah maka Raja Sisingamangaraja X pergi ke butar. Walaupun pada awalnya Ia mengatakan kenapa si Pokki tidak mendatanginya ke Bakara.
Karena tidak mendapatkan jenazah Raja Si Singamangaraja X, Tuanku Rao melanjutkan penyerangan ke Bakara. Banyak penduduk yang dibunuh. Pasukannya membumihanguskan seluruh daerah yang dilaluinya dari Butar ke Bakara termasuk istana Lumban Pande di Bakara.
Isteri Raja Si Singamangaraja X yang pertama yaitu boru Situmorang dengan 2 orang anaknya yang masih kecil melarikan diri ke Lintong Harian Boho ke kampung orangtuanya Situmorang.
Sedang isterinya yang kedua bermarga boru Nainggolan beserta anaknya Raja Mangalambung diculik si Pokki bersama anak-anak yang lain yang diduganya sebagai anak Raja Si Singamangaraja X.
Mereka dibawa ke arah tenggara dalam perjalanan kembali ke Bonjol. Dalam perjalanannya di daerah Tapanuli Selatan sedang terjadi wabah penyakit menular (begu antuk) yang juga mengenai/menyerang pasukan Tuanku Rao sehingga kacau balau.
Tawanannya tercecer di Tapanuli Selatan. Sebagian dari yang tercecer ini membuat perkampungan di daerah di Tapanuli Selatan ini.
73. Amir Hussin Hutagalung (Lahir 1819)
Merupakan panglima Faqih Amiruddin di Toba. Dia bergelar Tuanku Saman. Merupakan putera dari Khalifah Abdul Karim Hutagalung, pimpinan tarekat Naqsabandiyah di Silindung.
Amir Hussin gugur pada tahun 1837 dalam sebuah upaya mempertahankan tanah air dari penjajah Belanda di Air Bangis.
74. Tuanku Asahan Alias Mansur Marpaung (1820)
Pada 1820, salah satu panglima Fakih Sinambela, Tuanku Mansur Marpaung mendirikan Kesultanan Asahan di pantai timur Sumatera. Kesultanan ini masih berdiri hingga tahun 1947.
Anak-anak mereka yang dikenal adalah Tuanku Sri Sultan Saibun Marpaung dan juga Dr. Mansur Marpaung, wali negara NST. Salah satu bawahan Mansur Marpaung adalah Zulkarnain Aritonang, pahlawan dalam perang Tanggabatu pada tahun 1818 mendirikan kerajaan Merbau.
Keturunannya menjadi Raja-raja Merbau, Sumatera Timur hingga tahun 1947.
75. Pemasuk Lubis alias Tuanku Maga (w. 1820)
Merupakan menteri pendidikan pada era pemerintahan Fakih Amiruddin