Pesta Danau Toba, Usaha Menjaring Wisatawan
Pesta Danau Toba (PDT) tahun 2011 akan diadakan pada 27-30 Desember 2011. Pembukaan rencananya akan dilaksanakan di open stage, Parapat. Salah satu tujuan pelaksanaan pesta ini adalah menjaring wisatawan. Kita sama mengerti, sejak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, kunjungan wisatawan lokal dan luar negeri ke Danau Toba mengalami penurunan yang drastis.
Membuat industri maupun pengusaha yang terlibat di pariwisata, seperti hotel dan rumah makan atau kafe, nyaris hidup segan mati tak mau, bahkan sebagian benar-benar mati. Dari tahun ke tahun pelaksanaannya, agenda kegiatan dalam PDT nyaris tidak mengalami perubahan berarti.
Sudah bisa kita tebak, acaranya adalah pagelaran pameran, festival budaya, berbagai perlombaan dan hiburan. Untungnya tahun 2011 ini, ada penambahan kegiatan. Seperti, program clean up Danau Toba, penanaman pohon dan pelaksanaan green clean dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos. Menjelang pesta dan saat pesta berlangsung, kunjungan wisatawan memang bertambah.
Tidak sedikit, wisatawan luar negeri turut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan, seperti dalam perlombaan olahraga paralayang. Saat pesta tersebut, hunian hotel dan penginapan meningkat pesat. Restoran dan kafe menggeliat, sehingga para pekerjanya tidak hanya bengong menanti kedatangan pelanggan. Setelah Pesta Usai
Setelah pagelaran pesta yang menggelontorkan dana tidak sedikit itu berakhir, kunjungan wisatawan kembali lesu. Hotel dan penginapan sepi tanpa tamu, rumah makan dan kafe lengang tanpa pengunjung, demikian juga dengan para penjual aksesoris dan cinderamata.
Lantas apa guna pesta yang dilaksanakan? Apakah hanya bertujuan mendatangkan tamu-tamu selama pesta berlangsung? Tentu saja harapan kita bukan seperti itu. Pesta Danau Toba harapkan akan mendatangkan tamu setiap saat, meski tanpa pesta Danau Toba.
Karena itu merupakan salah satu tujuan dilaksanakannya pesta tersebut. Berarti ada yang tidak tepat dalam pelaksanaan PDT. Indikasi ketidaktepatan itu terlihat dari acara yang terpusat hanya di Parapat. Dari tahun ke tahun PDT, pembukaan dan penutupan selalu dilakukan di Parapat.
Memang ada sebagian kegiatan dilaksanaan di Pulau Samosir, seperti voli pantai dilaksanakan di Pantai Pasir Putih Parbaba ataupun touring sepeda yang akan menjelajah Samosir. Padahal berbicara mengenai Danau Toba, tidak bisa dilepaskan dengan kedelapan kota kabupaten yang mengelilingi danau tersebut.
Sebutlah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, para wisatawan maupun peserta PDT tidak mendatangi kedua daerah ini selama pesta berlangsung. Paling keindahan objek wisata yang terdapat pada daerah ini hanya terlihat wisatawan pada salah satu kegiatan yang ada pada PDT, seperti Lake Toba in Frame (Photography Danau Toba).
Jika hanya melihat dalam gambar, pengunjung tidak perlu repot menghadiri PDT, karena mereka bisa melihatnya di buku panduan wisata atau yang lainnya. Memang akan sulit jika kegiatan yang dimiliki PDT dibagi-bagi kepada ketujuh kota yang memiliki Danau Toba.
Misalnya, Festival Kuliner Tradisional dilaksanakan di Dairi dan Festival Gondang dilaksanakan di Kabupaten Karo. Selain tidak efisien, bukan tidak mungkin akan membuat wisatawan malas mengunjungi PDT.
Selama ini banyak yang berkata, sepinya kunjungan wisatawan ke Danau Toba disebabkan kurangnya sarana dan infrastruktur yang tersedia. Jalan menuju lokasi wisata buruk bahkan tidak ada. Perjalanan dari Medan ke daerah Danau Toba sangat memakan waktu dan medannya jelek.
Alasan tersebut, selalu saja muncul dari tahun ke tahun. Artinya, selama ini tidak ada pembenahan yang berarti di sana. Jadi, daripada menggelontorkan dana tidak sedikit hanya untuk pesta sesaat, mengapa tidak mengalihkan dana itu untuk pembangunan sarana dan infrastruktur saja? Masyarakat sekitar Danau Toba sudah terlalu lama menunggu saat-saat daerahnya disesaki para pelancong.
Apalagi, dari pengalaman PDT tahun-tahun lewat, tidak sedikit masyarakat di Danau Toba mengatakan tidak mendapatkan apapun dari pelaksanaan pesta itu. Mereka seperti hanya menyaksikan orang-orang memakan kue pesta di rumah mereka.
***
Penulis peminat sosial dan lingkungan. Tinggal di Binjai
Oleh : T. Sandi Situmorang.