Cari

Cerpen: Kutunggu Kau di Sidikalang Bag 1

Posted 30-12-2014 13:34  » Team Tobatabo

Jogi Marsillam S.demikian nama panjang nya,pangilan akrabnya Jogi.nama yang terasa pas menurutku untuk dia sandang,tubuhnya yang berpostur tinggi sekitar 1.72cm.dan wajahnya mirip ras Asia Tengah,wajah”Marsuhisuhi” sebagaimana wajah suku batak pada umumnya sama sekali tak terlihat.

Kata”Jogi”dalam bahasa batak arti harafiahnya kira-kira,Tampan,Bagus atau Rupawan.Pria kelahiran Pematang Siantar,merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib dan mencoba peruntungan di kota Metropolitan.

Empat belas tahun sudah,jogi bermukim di Kota Jakarta,pasang surut kehidupan dengan sabar dia jalani,barangkali dia memang tak lagi punya pilihan lain,sama sepertiku.Sudah dua hari ini wajah jogi terlihat murung dan gelisah,entah apa sebenarnya yang mengganggu dan menggelayuti pikirannya ahir-ahir ini.sebagai sahabat yang baik,aku mencoba meraba isi dari kegelisahan hatinya,serta megorek ada apa sebenarnya,dan ahirnya dia pun mulai bercerita kepadaku meski awalnya dia tidak terlalu terbuka,namun lama kelamaan,berbagai pertanyaan yang kuberondong kepadanya ahirnya dia mau terbuka menuturkan kisahnya.

“Kau tau kan,kekasihku Renita”?

“ya,,ada apa dengan Renita?jawabku mulai penasaran

“Tadi malam dia dijemput Tulang itu tiba- tiba dari kontrakan nya,Tulang itu datang langsung dari Medan,di temani abangnya Renita,yang tinggal di Pondok Labu.

“Loh,,kenapa dijemput?ada masalah apa sampai tulang itu datang menjemput Renita ke Jakarta?”

Jogi terlihat diam sejenak,kemudian menarik nafas panjang,tatapan matanya penuh hampa,dan mulai menyulut sebatang rokok putihnya.

“Kau tau kan,Ibu nya Renita itu sangat tidak menyukaiku sejak dia tau kami berpacaran,”

“ya..itu sudah pernah kau ceritakan kepadaku,bahkan Renita juga pernah bercerita tentang hal itu,sewaktu kau menyuruhku menjemputnya sepulang kerja.”

“Terkadang aku tak kumengerti pemahaman orang tua kita ini terhadap anaknya,entah apa sebenarnya salah ku kepada nantulang itu,tapi memang sekilas Renita pernah bercerita kepadaku,jenjang pendidikan yang dianggap jomplang,antara aku dan Renita lah yang menjadi persoalan dan ahirnya membuat Nantulang itu sama sekali tidak menyukaiku.

ya..aku tau,dan aku sadar,aku hanya lulusan SMA,sedangkan Renita lulusan sarjana,katanya aku tidak layak berpacaran dengan Renita”

kata jogi melanjutkan.

“Lantas apa hubungannya dengan Renita,kok sampai di ekstradisi gitu dari Jakarta?”apa karena mereka tidak menyukaimu,lantas tidak merestui Hubungan kalian?”

“Ya..Itulah salah satu penyebabnya,dan kini semakin rumit dan urusannya kian runyam.”

“ah,,kau semakin berbelit-belit,cobalah kau ceritakan kronologis-nya,agar aku bisa memahami duduk persoalan kau ini yang sebenarnya,kita saling bertukar pikiran dan pendapat,syukur-syukur aku bisa beri pendapat dan masukan kepada kau,setelah aku memahami persoalan ini dengan jernih,setidaknya dengan menceritakan persoalan yang tengah kau hadapi, perasaanmu sedikit lega dan plong.”

jawabku mencoba meyakinkan jogi bak seorang ahli psikolog.

“Ya,,kemarin malam Renita dijemput tulang itu,datang diam-.diam,tanpa ada kabar pada renita terlebih dahulu akan kedatangannya.

Bahkan menurut cerita Renita,sesampai dikontrakan Renita,tulang itu membujuk seraya memohon,agar Renita segera pulang ke Medan,dengan alasan Nantulang itu dalam keadaan sakit kritis.

persoalannya bukan masalah sakit kritis Nantulang itu,bukan..!!,karena Renita yakin betul,itu hanya sandiwara mereka saja,dimana tujuan sebenarnya adalah untuk menjauhkan aku dengan Renita”

“Darimana kau yakin,itu hanya akal-akalan mereka?barangkali memang benar,mama nya Renita lagi sakit di medan,makanya dia dipaksa pulang.”

“Renita bilang sama aku,bahwa ia sempat komunikasi dengan teman seangkatan nya,yang kebetulan rumah mereka di medan saling berdampingan,dan menanyakan keadaan mama nya,dan dia bilang sehat dan tak ada masalah.”

Kata jogi melanjutkan..

“Bah…!!”

Seperti yang sudah pernah diceritakan jogi kepadaku sebelumnya,memang,orang tua Renita(Ibu nya) sangat tidak menyukai Jogi berteman dengan Renita sejak dulu,berulang kali Jogi meminta pendapat kepadaku akan hal ini,karena memang bukan sekali dua kali saja peringatan ini dialamatkan Ibunya Renita kepada putri bungsu nya itu.

bahkan suatu ketika,salah seorang abang Renita pernah langsung memperingatkan Jogi melalui telepon agar tidak mencoba coba mendekati adiknya itu.

“Jangan mimpi kau,camkan itu.!!faham..?

kata Abangnya yang berpangkat Kolonel itu,kepada Jogi dengan nada keras,diahir percakapan mereka melalui telepon kala itu.

“Apakah seseorang yang mengenyam pendidikan hingga tingkat sarjana itu memang ditakdirkan bertemu dengan seorang sarjana pula?apakah aku salah jika mencintai Renita yang memang kebetulan seorang sarjana,sementara aku hanya lulusan SMA?dan apa Renita salah jika mencintai diriku?bukahkan cinta itu definisinya sangat luas dan Universal?cinta itu tak mengenal strata sosial,pendidikan,umur,suku,agama dan golongan,cinta itu bahkan melampaui sekat-sekat budaya,sosial bahkan politik sekalipun.apakah mereka memahami ini semua?

Memang disatu sisi,aku memahami betul sikap orang tua yang menurutku rada kaku dan konservatif ini,karena biar bagaimanapun orang tua selalu menginginkan anaknya bahagia dan mendapatkan yang terbaik,namun apakah tingkat pendidikan yang tinggi berbanding lurus dengan pencapaian satu kebahagiaan kelak?itu sudah pemikiran yang kuno,yang tak berkolerasi sama sekali..!!

Kata jogi berapi-api.aura wajahnya terlihat mulai emosi,nada suaranya mulai meninggi,seakan ia ingin menggugat seseorang,tapi tidak jelas kepada siapa gugatan itu dialamatkan,barangkali inilah puncak dari kekesalan hatinya.

“Bagaimana menurutmu,apa yang harus kulakukan sekarang?”

tanya jogi kepadaku minta pendapat.

“Hmmm…….”

aku mehela nafas panjang.

“kalau menurut pendapatku segeralah susul Renita,besok atau lusa,bagaimana?”jawabku dengan yakin.

Jogi terlihat diam dan membisu,Matanya mulai berkaca kaca,ia menatapku penuh pertimbangan.sesaat,air matanya mulai menetes.

dibalik sorot matanya,tersimpan sebuah derita,nestapa dan keputus asaan,bahkan rasa cemas yang teramat sangat.

perasaannya bak diaduk-aduk dan penuh berkecamuk.

“kenapa lae,,?”

kataku,saat melihat wajahnya,yang mulai menitikkan air mata.

Kubiarkan dia sejenak untuk melepaskan semua rasa penat yang menyesaki dadanya,pemandangan sekaligus suasana yang mengharu biru kala itu.

“Kabar terbaru yang kuterima dari Renita melalui pesan BBM(Blackberry Masenger)tadi sore mengatakan bahwa dia akan segera dinikahkan dengan Paribannya yang polisi itu di Sidikkalang,empat hari lagi..!!”

Katanya melanjutkan,dengan suara lirih

“Hah…dinikahkan?..secepat itu…?gila..!!”

jawabku kaget dan hampir tersedak biji salak.

Kemudian Jogi mengeluarkan Smartphone dari saku celananya,dan memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan oleh Renita tersebut.

demikian isi pesan yang dikirim melalui Blackberry Mesenger tersebut

“Buat abang Jogi yang kucintai dan kukagumi,sejak pertama sekali mengenal mu,indah rasanya dunia ini,kesederhanaan mu,keuletan mu,kedewasaanmu serta kesabaran mu menuntunku hingga aku semakin dewasa,membuatku bak seorang tuan Putri yang selalu didampingi oleh sang Pangeran,aku mencintaimu dengan segenap jiwa yang kumiliki,perjuangan mu untuk mendapatkanku tak pernah kuragukan,sejak aku masih duduk di semester lima,kala pertama kita mulai berkenalan,bertemu,hingga tak lama kemudian kita ahirnya berpacaran,meskipun kala itu abang sudah tinggal dan bekerja di Jakarta,dengan sabar kau selalu menunggu,menyemangatiku pagi,siang dan malam,agar aku selalu rajin dan semangat demi mendapatkan nilai IP yang tinggi,sampai saat aku menyusun skripsi,semua berkat bantuan dan ketulusanmu,bahkan dalam kata penghantar ucapan terimakasih dalam Skripsiku,tak luput menuliskan namamu sebagai,dedikasi tertinggiku kepadamu.

“My suplement spirit twenty four hours,Jogi.Marsillam.S“

kedatanganku ke jakarta,sebagaimana menggenapi janjiku kepadamu,kala pertemuan kita pertama,saat kepulangan ke siantar,dimana aku akan segera menyusulmu ke Jakarta selepas aku lulus dan medapat Ijasah,semua itu telah kupenuhi,kemudian kita bertemu kembali dijakarta,semuanya penuh kebahagian bahkan tak dapat kulukiskan dengan kata-kata.

Dan setelah itu,kita jalani bersama,aku masih ingat,bagaimana kau bersusah payah mengantarku kemanapun juga untuk memasukan Lamaran keberbagai Rumah Sakit dan perusahaan lainya,tak terhitung banyaknya demikian juga pengorbanan mu kepadaku,semuanya kau lakukan penuh dengan keiklasan serta tulus,aku tau,semua itu semata mata demi rasa cintamu padaku.aku hargai semua itu,dan kau memang layak mendapatkan cintaku,begitu juga sebaliknya.!!

hingga kemudian,berkat doa dan kesabaran kita,ahirnya aku diterima bekerja disalah satu Rumah Sakit di Jakarta,lagi-lagi tak dapat kulukiskan lewat kata-kata rasa kegembiraku kala itu,aku bahkan sampai menangis disampingmu mengekspresikan rasa bahagia itu.

Terimakasih abangku,kehadiranmu begitu amat berarti dalam hidupku,berjuta rasa indah yang kurasakan,demikian juga denganmu.namun,sampai disitu dulu,hinga suatu ketika,kebahagiaan itu sempat sirna seketika.

Sampai tiba pada suatu ketika,abangku menghubungimu serta mengancammu dengan ucapan kasar,namun kau sangat sabar,meskipun aku sangat kecewa dan protes kepada abangku saat itu,begitu juga tekanan demi tekanan yang abang terima silih berganti dari keluargaku lainya,bahkan Ibuku juga,namun kau tak lantas menyerah,bahkan rasa cinta dan sayangmu padaku kian mengkristal,keras dan berkilau,bak buturan permata Intan yang berkilau-kilau.bahkan abang selalu mengatakankan.

“sabar,sabar dan sabar,karena itu semua resiko yang harus kuhadapi,bukankan kah menjalani seseuatu yang memiliki resiko itu jauh lebih menantang daripada yang tak beresiko sama sekali?disitulah letak seni nya.!!”

katamu selalu dengan enteng.

Begitu besar pengorbananmu kepada ku,bahkan tak ternilai dan tak dapat dipadankan dengan apapun.

Hingga tiba malam itu,malam yang sangat kubenci,dimana kedua sosok penting dalam kehidupanku juga keluargaku tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapanku,yaitu Bapak dan abangku,aku dipaksa untuk segera pulang ke Medan,dan katanya Mama sedang dalam keadaan sakit dan kritis,aku terkaget-kaget dan shock,belum masih percaya rasanya sosok yang berdiri dihadapanku adalah sosok Bapak dan Abangku,tambahan lagi berita yang membuatku hingga pingsan saat mendengarnya,tau kah kau abang?begitu siuman,aku menangis sejadi jadinya,aku memohon dan memelas kepada Bapak dan abangku,agar aku dapat dipertemukan denganmu sebelum kami tiba rumah abangku di Pondok Labu malam itu,namun apa daya,mereka tak menuruti keinginanku,sepanjang jalan dalam mobil itu,aku menangis dan meronta,jok yang kududuki penuh dengan air mata,sepanjang jalan dikegelapan malam itu,aku membayangkan wajahmu,aku berharap dirimu datang serta menghentikan mobil yang dikemudiakan oleh abangku,serta menarik ku keluar dari mobil itu,kemudian membawaku pergi,ya..pergi dan lari entah kemana,asalkan bersamamu.

Namun yang kunanti tak kunjung tiba,sepanjang malam aku menangis,aku selalu membayangkan sosok wajahmu,aku dibayangi ketakutan,kubayangkan ini kali terahir aku berada di Jakarta,sekaligus tak lagi dapat berjumpa denganmu,harapanku sudah sia sia dan sirna.!!

Taukah kau?kesok harinya,aku masih berharap kau datang menemuiku dibandara Soekarno-Hatta,ketika aku akan meninggalkan jakarta dan pulang bersama Bapak,namun lagi-lagi kau tak kunjung tiba,sirna semua harapan ku,namun,,semua kumaklumi semua kumengerti atas ketidak datanganmu menjumpaiku saat itu,keraguanmu bilamana harus bertemu lagi dengan Abangku.hanya itulah jawaban yang bisa diterima akalku yang terkadang tak bisa lagi kubedakan berpikir rasional.bahkan alasan itu pula yang menenteramkan segenap alam pikiranku selama penerbangan dua jam antara Jakarta dan Medan.

Abang,kini segalanya semakin berantakan,mimpi buruk itu akan segera tiba menghampiriku,Bapak dan Mamak serta semua keluarga ternyata jauh-jauh hari sudah membicarakan acara besar dengan pihak Namboru kami di Sidikkalang,dan tinggal menunggu hari untuk menikahkanku dengan paribanku si polisi yang pernah kuceritakan itu padamu,dalam waktu yang tidak lama lagi.

Tak perduli sejauh apa jarakmu sekarang dengan diriku,tak perduli sebesar apa tantangan yang akan kau hadapi sekarang,tak perduli resiko besar apa yang bakalan kau hadapi.

yang kuminta hanya satu darimu

Datanglah ke Sidikkalang ini alamatnya,

*******

Sebelum aku dibawa ke Gereja,sebelum kau terlambat,dan sebelum aku dihadapkan pada satu kenyataan pahit yang menjadi penyesalanku seumur hidup.

kumohon,datanglah kau secepatnya,bawalah aku pergi dari sana,sejauh mungkin bersamamu,ini kesempatan dan perjuangan terahir kita abang, dan ini lah sisa-sisa kekuatanku yang sengaja kusimpan untukmu,biarkan aku meraih kebahagiaanku sendiri bersamamu.aku ingin hidup dan mati bersamamu sampai maut memisahkan kita nantinya.kuharap abang segera menemuiku begitu membaca semua isi pesan ini.tak perlu bersedih,bahkan menangis dulu,simpan dulu air mata mu,karena kenyataan yang kau dapati nanti disini, bisa saja jauh lebih menguras air mata mu.

dan satulagi abang,masih ingat lemari pakaian yang dikost anku itu kan?disana dibawah baju dinas yang sering aku pakai lihatlah dibawah lipatan baju itu,disana masih ada sisa uang yang sengaja kusisipkan,meski tak seberapa,ambil dan pakailah uang itu untuk menambah keperluanmu ke Medan,segeralah kesana dan setelah itu secepatnya susul aku ke Sidikalang sesuai dengan alamat yang kuberikan diatas,sesuai dengan rute naik mobil menuju alamat itu.kabari aku secepatnya setiba di Medan dan setelah sampai di Sidikalang.

Kutunggu kau di Sidikalang.!!

Semoga Tuhan menyertai perjalanan mu abang.

Dariku yang mencintaimu

Renita Florenscia.S.

???????

Pesan singkat ini dikirimkan Renita melalu Blackberry Masenger,dan dikirim dengan jumlah yang banyak secara bersambung,kalimat dan kata-kata ditulis secara singkatan,aku dan Jogi,berusaha,menterjemahkan sendiri rangkaian kata dan kalimat yang ditulis dengan cara disingkat-singkat itu.

Mataku berkaca-kaca saat membaca semua isi BBM yang sangat panjang ini,semua dituliskan penuh dengan kejujuran dan ditengah keputus asaan Renita,aku tak bisa bayangkan bagaimana remuk redamnya perasaan jogi saat membaca isi pesan dari Renita itu,aku juga tak bisa bayangkan situasi yang tengah dirasakan Renita disana.

“Bagaimana menurutmu?”kata Jogi lirih..

“Segeralah kau susul,kejarlah cintamu jangankan ke Sidikalang,bahkan ke ujung langit sekalipun.!!,tunjukkan pada Renita,bahkan kepada keluarganya,bahwa kau memang tak main-main,tunjukkan bahwa kau laki-laki yang punya prinsip tak mudah menyerah,perjuangkan cintamu,itu baru namanya Gentelemen..!!”

kataku kepada Jogi sambil menepuk pundaknya,memberi semangat dan dukungan.jogi hanya menundukkan kepala seakan berusaha berpikir keras menemukan jalan terbaik ditengah kondisi yang sangat pelik itu.

“baiklah…aku putuskan untuk segera Menyusulnya ke Sidikalang.”

Kesokan harinya,Jogi berangkat menuju Bandara Soehatta dengan menumpangi Bus Damri dan sebelumnya dia terlebih dahulu mampir ke Kost Renita di bilangan Slipi,Jakarta Barat,untuk mengambil titipan yang dipesankan oleh Renita.

“Jangan lupa,kabari kepadaku perkembangan berikutnya dari Sidikalang”

pesanku kepada jogi ketika hendak berangkat pagi itu.

Kabar terahir dari jogi ia mengatakan sudah tiba di Medan,sekitar pukul 5 sore,untuk kemudian menginap dirumah salah satu kawannya didaerah simpang limun Medan,dan kesok paginya segera menuju Sidikalang,menjemput Renita.

dan sepanjang jalan pula,kucoba selalu memberi semangat,sekaligus teknis cara membawa Renita lari bersamanya.

Kesokan harinya,ponsel Jogi sama sekali tak merespon,sms tak dibalas,kucoba menghubungi nomornya.namun tidak aktif,praktis,sejak saat itu,aku kehilangan kontak dengan Jogi.komunikasi kami terputus total.aku sempat kawatir dan meragukan keberhasilan rencana nya,namun rasa kekawatiranku segera sirna,mengingat jogi bukan type laki-laki”anak kemarin”yang merantau di jakarta,dia tau betul apa terbaik buat dirinya,begitu juga segala resiko,esensi dan dampak dari semua atas tindakan yang dia lakukan.aku tau betul,Jogi adalah type pria yang sangat memegang prinsip dalam hidup.

Aku berharap semoga Jogi berhasil membawa Renita dari Sidikalang,dan cinta mereka kembali dipersatukan oleh satu ikatan janji.dan kelak membina rumah tangga,tentu atas restu kedua orang tua Renita.

 

Kutunggu Kau di Sidikalang Bag 1

Sumber