Cari

Saat Para Dubes Napak Tilas di Barus, Pintu Masuk Islam ke Nusantara

Posted 23-08-2015 10:20  » Team Tobatabo

Tapanuli - Barus mungkin masih terdengar asing di sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal, salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara tersebut menyimpan cerita sebagai salah satu kota pelabuhan tertua di Asia Tenggara yang merupakan pintu masuk Islam ke nusantara.

Bila kembali ke abad 1-17 masehi, Barus yang terletak di pantai barat Sumatera ini merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang tersohor. Para pedagang dari Arab datang untuk bertransaksi sekaligus memperkenalkan Islam.

Barus yang diyakini menjadi gerbang masuknya Islam ke Nusantara pada abad 6 masehi silam, kini menjadi lokasi wisata religi. Yang juga tertarik untuk mengunjungi adalah para duta besar negara sahabat. Mereka hadir di Barus atas undangan dari Special Envoy of Seychelles for ASEAN, Nico Barito dan Kabupaten Tapanuli Tengah pada Sabtu (22/8/2015). 

Duta besar serta perwakilan negara sahabat yang ikut dalam rombongan berasal dari Afghanistan, Aljazair, Azerbaijan, Bangladesh, Bulgaria, Kroasia, Irak, Jordania, Kazakhstan, Libya, Myanmar, Pakistan, Palestina, Polandia, Arab Saudi, Sudan, Seychelles, Turki, Uni Emirat Arab, Ukraina, Uzbekistan, dan Yaman. Dari Jakarta, para dubes mendarat di Bandara Ferdinan Lumban Tobing, Pinangsori dan menempuh perjalanan darat selama 3 jam ke Barus.

Para dubes mengunjungi Makam Mahligai yang merupakan tempat persemayaman para pendatang tersebut. Mereka disambut oleh Plt Gubernur Sumut Tengku Erry Rinardi, Plt Bupati Tapanuli Tengah Syukran Jamilan Tanjung dan jajarannya. 

Setelah mendengarkan penjelasan singkat, para dubes diajak berkeliling di Makam Mahligai seluas 1,5 hektar yang terletak di perbukitan di Desa Dakka. Didirikan oleh Tuan Syekh Siddiq, 'Mahligai' berarti 'Istana kecil' atau ada juga yang menyebutnya berasal dari Bahasa Arab yaitu pendatang. 

Selain makam Syekh Siddiq sendiri, ada makam pendatang dari Arab Saudi, Yaman, hingga Irak di sini. Para duta besar melihat satu per satu nisan yang berukir aksara Arab dan Persia dengan ukuran yang berbeda-beda.

Dalam waktu singkat, para duta besar mengamati nisan-nisan yang berserakan namun tetap menarik itu. Mereka kemudian memanjatkan doa dengan dipimpin oleh Duta Besar Irak untuk Indonesia, Abdullah Hasan Salih. 

Suguhan tambahan disajikan bagi para duta besar yaitu pemandangan Barus yang indah dari ketinggian. Mereka kemudian menyempatkan diri menanam pohon kapur barus.

Special Envoy of Seychelles for ASEAN, Nico Barito mengungkapkan bahwa selama ini para duta besar yang lebih sering melihat sisi timur dari Sumatera, kini diajak untuk melihat sisi baratnya. Kunjungan ini pun tak hanya merupakan diplomatic trip, melainkan ada misi khusus.

"Ini merupakan komitmen negara sahabat ke program Presiden Jokowi untuk membangun ekonomi maritim dan pariwisata serta trans Sumatera," ungkap Nico. 
(imk/dhn)

Sumber Detik.com