Parmalim Sebuah Agama Tua Warisan Leluhur Suku Batak
Parmalim adalah agama yang dianut khususnya di Sumatera Utara. Tuhan sebagai “debata mulajadi nabolon”—pencipta manusia, bumi, langit, dan segala isi semesta yang disembah oleh “Umat Ugamo Malim”.
Alunan musik tradisional gondang (gendang) dan sarune (sejenis suling) mengalun tiada henti di Hutatinggi, Laguboti, Sumatera Utara, mengiringi ratusan jemaat Parmalim yang sedang menari tor-tor, tarian tradisional Batak.
Jemaat Parmalim yang menari itu terbagi dalam tiga kelompok—kelompok bapak-bapak, kelompok ibu-ibu, dan kelompok remaja. Yang bapak-bapak mengenakan sorban putih, menyandang ulos di bahu, dan merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, layaknya sedang menyembah. Sementara yang perempuan, berdiri berhadapan dengan membentuk lingkaran tepat di tengah halaman rumah ibadah agama Malim.
Di tengah lingkaran, berdiri Raja Marnakkok Naipospos dan keluarga besarnya, memimpin ritual Sipaha Lima—salah satu ritual tahunan dalam agama Malim, yang diselenggarakan pada setiap bulan lima dalam kalender Batak untuk mempersembahkan sesaji bagi Mula Jadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Besar) dan para dewa yang dianggap sebagai pemilik kerajaan Tuhan. Seperti hari itu, upacara ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa itu diselenggarakan bertepatan dengan tanggal 15 Juli 2011.
Di depan Raja Marnakkok Naipospos terdapat tiga panggung kecil yang dililit dengan kain putih dan dihiasi dengan janur kuning yang menjulur hingga menyentuh tanah. Ketiga panggung tersebut dibentuk menyerupai rumah Batak yang memiliki ujung runcing, merupakan tempat meletakkan sesaji sebagai persembahan kepada Mula Jadi Na Bolon dan dewa-dewa pemilik kerajaan Tuhan di surga.
Semua jemaat terlihat khusyuk saat Raja Marnakkok Naipospos memanjatkan doa diiringi dengan tabuhan alat musik tradisional Batak, gondang sabangunan. Saat doa selesai dipanjatkan, Raja Marnakkok meletakkan sesajian di dalam panggung kecil di hadapannya. (Hotli Simanjuntak)