Cari

Jong Batak's Arts Festival #5, Merangkul Kearifan Lokal dan Keberagaman Identitas Kultural

Posted 26-10-2018 12:41  » Team Tobatabo
Foto Caption: Direktur Festival Jong Batak Arts Festival #5 Ojax Manalu (kiri), Sekretaris Eksekutif Rumah Karya Indonesia Tumpak Winmark Hutabarat (kanan), dan Koordinator Divisi Media Audrin Manurung (kanan) saat memaparkan seputar kegiatan Jong Batak’s Arts Festival #5 tahun 2018

MEDAN - Setelah empat tahun berlalu, Rumah Karya Indonesia kembali menghadirkan Jong Batak’s Arts Festival #5 (JBAF #5) di tahun 2018 ini.

Sekretaris Eksekutif Rumah Karya Indonesia Tumpak Winmark Hutabarat atau yang akrab disapa Siparjalang mengatakan bahwa event JBAF #5 tahun ini akan dilaksanakan pada 26-28 Oktober 2018 di Taman Budaya Sumatera Utara (TSBU) Medan yang juga sebagai peringatan Hari Sumpah Pemuda.

“Dengan melibatkan partisipasi anak muda dan masyarakat lokal, Jong Bataks Arts Festival #5 hadir dengan nuansa yang berbeda, dengan tema “Tubuh Bhineka” dan berkonsentrasi pada tari berbasis budaya,” imbuh Tumpak.

Tumpak juga menambahkan bahwa Rumah Karya Indonesia (RKI) sebagai komunitas seni menjadi fasilitator bagi para pekarya untuk turut andil dalam mengaktualisasikan keahlian dan karya masing-masing termasuk dalam kegiatan JBAF #5 ini.

"RKI memiliki misi sebagai lembaga yang fokus mengembangkan dan menjadikan seni tradisi sebagai sumber inspirasi, kreativitas, dan pengetahuan, untuk mencapai Indonesia yang berkepribadian," terangnya.

Sementara itu, Direktur Festival Jong Batak Arts Festival #5 Ojax Manalu mengatakan bahwa pada event JBAF #5 kali ini melibatkan koreografer lokal maupun regional. Karya-karya yang dikemas, kata Ojax diharapkan nantinya mampu membuat seluruh masyarakat yg menonton pertunjukan merasakan nuansa kearifan lokal atau keberagaman identitas kultural melalui gerak tangan kaki, mimik, serta alunan musik tradisional.

“Jong Batak’s Arts Festival #5 kali ini menghadirkan tiga nuansa pesta budaya dari Sumatera Utara yang berbeda dalam tiga hari berturut-turut, yakni pada 26 Oktober 2018 Pesta Rondang Bittang yang berasal dari Simalungun, dan bekerjasama dengan HIMAPSI USU,” ungkapnya.

Yang tak kalah menarik di hari pertama di tanggal 26 Oktober 2018, pada event tersebut akan ada sebuah persembahan Drama Tari “Ratok Lareh Pangulu” yang dikoreografi oleh Dr.Nurwani, S.ST.H, Hum. Mahakarya ini terinspirasi dari budaya meratap ratok bawak, sebagai milik masyarakat Minangkabau Nagari Bukik Limbuku, Payakumbuh.

"Tujuannya Guna melestarikan dan mengapresiasi masyarakat Minangkabau maupun luar Minangkabau terhadap Ratok Bawak, dilakukanlah sebuah penelitian , penciptaan dan penyajian karya tari “Ratok Lareh Pangulu”," kata Ojax.

Lebih lanjut, Ojax juga mengatakan, bahwa kegiatan JBAF #5 tersebut juga diikuti dengan pertunjukan lainnya dari beberapa koreografer yakni, Dr. Nurwani S.ST., M.Hum., Shinta Agustina, Tari Selian, dan Lilis Samosir, kemudian persembahan tari dari Yayasan Pendidikan HKBP Sidorame, SMA Darmawangsa, dan SMA Negeri 2 Percut Sei Tuan.

"Kemudian, dilanjutkan pada 27 Oktober 2018 Gendang Guro-Guro Aron yang berasal dari Karo, dan diikuti dengan pertunjukan lainnya dari beberapa koreografer yakni, Tri Putra Mahardika (Jambi), Nadra Manalu, M.Sn (ISBI Aceh), Wan Harun Ismail (Pekanbaru), Peri Sagala (Samosir)," tambahnya.

Selain itu, Di hari terakhir pada 28 Oktober 2018 juga akan ada pertunjukan pesta budaya yakni Ulaon Gondang Naposo yang berasal dari Toba, dan diikuti pertunjukan lainnya oleh Pargonsi Etno feat Marsius Sitohang seorang Maestro Seruling, Forum Anak Muara, serta Yayasan Pendidikan HKBP Sidorame.

"Pertunjukan ini dapat disaksikan pada pukul 19.30 WIB di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara. Mari kita menghargai perbedaan dan mencintai seni dan budaya kita masing-masing," tandasnya.