Cari

Dapat Ucapan Selamat Dari Presiden RI Joko Widodo, Kemenangan Joe Biden Malah Tak Diakui Presiden Ini

Posted 12-11-2020 12:37  » Team Tobatabo
Foto Caption: Presiden RI Joko Widodo beri ucapan selamat untuk Joe Biden.

JAKARTA - Dapat ucapan selamat dari Jokowi, Joe Biden malah jadi musuh no 1 pemimpin negara besar ini, ternyata begini penjelasannya. 

Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris yang resmi memenangkan Pilpres Amerika Serikat (AS).

Jokowi menyampaikan ucapan selamat lewat akun media sosialnya, Minggu (8/11/2020).

"Selamat Joe Biden dan Kamala Harris atas pemilu yang bersejarah. Perubahan besar ini adalah refleksi dari harapan terhadap demokrasi," tulis Jokowi.

Jokowi pun berharap kerja sama antara Indonesia dan AS semakin erat ke depannya dan dapat membawa manfaat besar bagi rakyat Indonesia dan AS.

"Semoga kita segera bisa bekerja sama dalam rangka memperkuat hubungan Indonesia dan Amerika Serikat di sektor ekonomi, demokrasi dan multilateralisme, untuk kemaslahatan rakyat Indonesia dan Amerika Serikat," lanjut Jokowi.

Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini di pilpres AS (pemilihan presiden Amerika Serikat), mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.

Kemenangan Joe Biden diberitakan oleh media-media ternama AS seperti CNN, NBC News, dan CBS News.

Dengan hasil ini Joe Biden menjadi presiden tertua di AS. Eks wapres Barack Obama selama 2 periode itu bakal berusia 78 tahun saat dilantik tahun depan.

Kemudian Kamala Harris yang merupakan senator dan mantan jaksa agung California, akan mengukir sejarah sebagai wanita kulit hitam pertama yang duduk di kursi nomor 2 Gedung Putih.

Joe Biden berhasil memenangi pemilihan Presiden Amerika Serikat. 

Sayang, kemenangan Joe Bidan malah tak diakui Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam keterangan persnua, Senin (9/11/2020), Putin menegaskan tidak akan pernah mengakui Joe Biden sebagai Presiden AS.  Bahkam Putin mengatakan, Joe Biden akan menjadi musuh nomor 1 Rusia. 

Apa alasannya? Ternyata ada kaitan dengan konflik Ukraina.

Dilansir The Daily Beast, Senin (9/11/2020) tak seorang pun di Moskow meragukan bahwa Joe Biden akan terus membela kepentingan Ukraina dan menghukum Rusia karena mencaplok Krimea.

Sebuah laporan Departemen Keuangan AS pada awal September 2020 mengatakan anggota parlemen Ukraina, Andriy Derkach, di garis depan mendorong disinformasi tentang Biden dan putranya Hunter.

Keduanya dituduh telah menjadi agen aktif satu dekade lebih.

Beberapa minggu jelang pemilihan presiden AS, pejabat Kremlin menyatakan Rusia jauh dari kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat.

Gedung Putih menolak usulan Putin untuk mempertahankan kesepakatan besar terakhir, New Start, tetap hidup.

Perjanjian tersebut berakhir pada Februari 2021.

Ketika negosiasi senjata terurai, Rossiya-24, sebuah stasiun televisi pemerintah, menyiarkan pertemuan Putin dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov sehingga seluruh bangsa dapat menyaksikan reaksi Putin:

"Jadi kita memiliki ancaman yang jelas untuk meninggalkan dunia tanpa kesepakatan ini?" Putin bertanya.

Lavrov menegaskan tanpa dokumen lain yang akan memberikan pendekatan timbal balik untuk mempertahankan stabilitas strategis.

Ahli Kremlinologi yang berbasis di Washington Nikolay Zlobin meramalkan Rusia akan menjadi musuh Amerika No. 1 di bawah kepresidenan Biden.

Zlobin mengatakan kepada kantor berita Interfax sanksi ekonomi terhadap Rusia di bawah kepemimpinan presiden Demokrat tidak akan ada habisnya.

"Putin akan menunggu keputusan resmi dari hasil pemilu, sertifikasi dari negara bagian, sebelum memberi selamat kepada Biden," kata Sergei Markov, seorang analis yang dekat dengan Kremlin, kepada The Daily Beast.

"Tidak ada yang mengharapkan dia menjadi pemimpin independen, agen rahasia AS yang anti-Rusia akan terus menjalankan Amerika," prediksi Markov.

"Perang hibrida yang dimulai pada tahun 2014, ketika AS membantu revolusi di Ukraina, akan terus berlanjut, begitu pula perang dingin dengan Rusia," tambahnya.

Sementara itu, Putin masih berpegang pada sahabatnya Presiden Trump dan menolak mengakui Joe Biden sebagai presiden terpilih Amerika. 

Sikap diam Putin tidak mengherankan, Biden pernah menyebut Rusia sebagai ancaman terbesar bagi Amerika dan Kremlin bergantung pada kata-kata itu.

Pemerintah Rusia menjelaskan selama pemilihan Trump adalah kandidat pilihan Kremlin dan di Moskow, politisi mengatakan kepada The Daily Beast, tidak ada yang baik untuk diharapkan dari Biden.

Bagi Kremlin, tidak ada misteri tentang bagaimana perasaan Biden tentang Putin.

Pada tahun 2011 lalu, wakil presiden saat itu mengadakan pertemuan dengan para pemimpin oposisi Rusia di kediaman duta besar AS di Moskow, Spaso House.

Salah satu peserta, Boris Nemtsov, yang kemudian dibunuh di Moskow, menulis di blognya:

“Biden mengatakan jika dia] menggantikan Putin, tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2012, karena itu akan berdampak buruk bagi negara dan untuk dirinya sendiri."

Dikutip dari Tribun Medan