Ini Cara Bersyukur Penganut Aliran Parmalim
TOBASA — Aliran kepercayaan Parmalim menggelar acara Sipaha Lima di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, Senin (22/7/2013).
"Acara ini merupakan bentuk syukur umat atau ruas Parmalim terhadap Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Mahabesar)," kata Ompung Jippo Sirait (57), warga Kecamatan Porsea, Kabupaten Tobasa.
Menurut Sirait, upacara ini digelar setiap tahun oleh seluruh penganut aliran Parmalim di seluruh Indonesia. Upacara digelar selama tiga hari sejak Minggu (21/7/2013) hingga Selasa (23/7/2013).
Hari pertama atau pembukaan disebut dengan Parsahadatan yakni acara penyampaian keluh kesah seluruh umat Parmalim kepada Mula Jadi Nabolon. Acara kedua Panasttion yang merupakan acara puncak. Acara ini, kata Sirait, merupakan acara persembahan syukuran kepada Mula Jadi Nabolon.
"Dalam acara ini kita menyampaikan pelean atau persembahan lobbu sitio-tio atau lembu dan ayam jantan tiga warna serta satu ekor ayam betina," kata Sirait.
Acara terakhir atau penutupan disebut Panggohion. Acara berupa penyampaian nasihat atau pidato dari pemimpin Parmalim yang disebut Ihutan kepada umat atau ruas Parmalim agar mendapat berkat sepulang dari acara Sipaha Lima.
Acara Sipaha Lima ini dipusatkan di Hutatingi, Kecamatan Laguboti, karena daerah ini dinilai sebagai tanah suci Parmalim.
Untuk bisa mengikuti acara, umat dan pengunjung wajib menggunakan mandar atau kain sarung dan tidak diperkenankan memakai alas kaki memasuki upacara.
"Memakai mandar atau kain sarung dan tidak memakai alas kaki sebagai bentuk sopan santun. Juga bentuk menghargai tanah suci ini dan upacara ritual kita," kata Sirait.
Sumber KOMPAS.COM