Museum Pusaka Nias merupakan satu-satunya wahana penyimpan kemegahan budaya Nias. Berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 134-A Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara, museum seluas 2 hektar tersebut dapat dikatakan juga pusat rekreasi di Kota Gunungsitoli. Saat hari libur pengunjungnya bisa mencapai 1500 orang.
Saat mengunjungi museum ini maka secara bersamaan Anda dapat juga menyambangi obyek wisata tepi pantai yang tidak jauh dari museum. Dapat pula melihat koleksi binatang langka dan tanaman khas Nias, atau menginap di rumah adat Nias yang memang dapat disewa di tempat ini.
Museum Pusaka Nias menyimpan sekira 6.500 koleksi benda bersejarah masyarakat Pulau Nias. Di sini Anda dapat melihat langsung beragam koleksi berharga budaya Nias, diantaranya adalah: alat rumah tangga, alat musik tradisional, perhiasan, dan patung-patung. Benda-benda koleksi yang dipamerkan tersebut dilengkapi keterangan (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsinya. Perawatan benda koleksi museum ini terbilang baik dan beberapa koleksi menggunakan obat pengawet khusus agar tidak lekas rusak.
Museum Pusaka Nias yang dibangun Yayasan Pusaka Nias tahun 1995 tidak lepas dari jasa seorang pastor bernama Johannes M. Hammerle. Ia merupakan warga asal Jerman yang sudah menetap di Nias selama 40 tahun dan sekarang masih menjabat sebagai direktur museum. Pastor Johannes telah berjasa mengumpulkan benda koleksi budaya Nias dari desa-desa di pedalaman pulau tersebut.
Museum Pusaka Nias juga telah bekerja sama dengan International Labor Organization (ILO) untuk melakukan rehabilitasi rumah-rumah adat yang tersebar di desa-desa adat se-Pulau Nias. Beberapa di antaranya seperti di Kecamatan Gunungsitoli Barat (Kota Gunungsitoli), Kecamatan Hiliserangkai (Kabupaten Nias), Kecamatan Lahomi (Kabupaten Nias Barat) dan di Kabupaten Nias Utara dan Nias Selatan.
Saat mengunjungi museum ini, pengunjung harus membayar tiket masuk Rp2.500,- (dewasa) dan Rp1.000,- (anak-anak), dan Rp20.000 (wisatawan mancanegara). Tarif tersebut sudah termasuk parkir kendaraan.
Kegiatan
Di museum ini dapat Anda lihat beragam artefak alat rumah tangga, patung-patung megalit dari kayu dan batu, perhiasan, senjata tradisonal, mata uang, pakaian perang, simbol-simbol kebangsawanan, serta rumah adat asli Nias atau disebut omo hada.
Di sini tersimpan pula replika rumah adat Nias dan kerajinan tangan khas Nias sepertibola nafo dengan berbagai motif. Salah satu yang unik adalah bola nafo berukuran raksasa sebesar 3 meter x 3 meter dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai tepak sirih terbesar di Indonesia.
Museum ini memiliki beberapa paviliun sesuai fungsinya masing-masing, yaitu:Paviliun I menyimpan beragam artefak mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat hingga sisi religius. Artefak tersebut menampilkan dimensi kehidupan Masyarakat Nias yang agung, terhormat, dan tegas. Paviliun II berisi peninggalan alat kehidupan seperti perhiasan, alat dapur, serta peralatan perjamuan yang terbuat dari kayu, batu dan keramik. Di sini tersimpan pula ragam bentuk peti jenazah dan peralatan yang dipakai dalam ritual religi kuno. Di Paviliun III menyimpan alat keseharian suku-suku di Pulau Nias mulai dari tempat tinggal, peralatan dan teknologi rumah tangga, kesenian, pertanian, pertukangan, hingga peralatan berburu. Di Paviliun IV, Anda dapat melihat serangkaian batu pilihan yang dianggap hidup dan bisa berbicara pada generasi saat ini tentang leluhurnya. Di Paviliun V menjadi ruang pameran temporer, ceramah, audio-visual, atau pun untuk ruang diskusi pendidikan.
Museum Pusaka Nias juga memiliki perpustakaan dengan ratusan koleksi buku tentang kebudayaan Nias. Perpustakaan ini sering dimanfaatkan pelajar, mahasiswa, masyarakat umum bahkan dari luar Nias untuk mengenal dan mendalami masyarakat Nias dan budayanya.
Ada hal menarik lainnya di museum ini yaitu memelihara ratusan ekor binatang khas Pulau Nias dimana keberadaannya mulai berkurang akibat perburuan. Hewan-hewan tersebut dipelihara dalam kandang-kandang terpisah. Beberapa diantaranya adalah nago (kijang), laosi (kancil), dan magiaodanõ (sejenis beo), buaya, kera, musang, kura-kura, landak, burung bangau, serta beberapa jenis burung. Binatang tersebut sebagian besar merupakan sumbangan masyarakat Nias.
Selain hewan, di museum ini ada juga beragam tanaman khas Nias yang kini mulai sulit untuk dijumpai. Beberapa diantaranya adalah pohon fosi, dimana dalam kepercayaan kuno masyarakat Nias, fosi adalah pohon yang dapat memberikan suatu tanda, misalnya dahannya patah itu artinya ada bangsawan yang meninggal. Ada juga sinasa yaitu sejenis pandan yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tikar.
Transportasi
Gunungsitoli merupakan pintu gerbang ke Pulau Nias. Bandara Binaka berjarak 15 km dari kota ini yang dapat Anda capai dengan beberapa rute yaitu melalui Kota Medan atau Padang.
Dari Medan tersedia penerbangan dengan Merpati dan SMAC. Setiap harinya setidaknya ada dua penerbangan, pagi dan siang. Tarifnya berkisar Rp500.000,-. Pesawat akan mendarat di Bandara Binaka, Gunung Sitoli.
Dari Padang ada dua jalur alternatif melalui darat dan udara. Jalan darat dari Padang harus ke Sibolga terlebih dahulu dengan lama perjalanan sekira 6 jam. Dari Sibolga menuju Gunung Sitoli menggunakan kapal fery cepat selama 3 jam dengan tarif termahal Rp100.000,-. Melalui jalur udara maka Anda bisa menggunakan penerbangan perintis maskapai penerbangan SMAC yang beroperasi hanya pada Senin dan Jumat. Penerbangan ini akan transit ke Pulau Telo kemudian langsung ke Binaka. Tarifnya penerbanganya Rp250.000,-.
Kuliner
Lihat tautan berikut untuk informasi kuliner khas Nias.
Ayam Penyet Waroeng Fodo di Jalan Diponegoro Gunungsitoli (dekat BRI Diponegoro) menyediakan ayam penyet dan menu seafood dan chinnesfood. Rumah makan ini dilengkapi fasilitas bermain anak dan live music.
Mie Aceh Tip Top di Jalan Yos Sudarso Gunungsitoli (dekat simpang desa Iraonogeba Gunungsitoli) menjadi satu-satunya tempat yang menghidangkan masakan khas Aceh. Selain itu, tersedia juga nasi goreng, nasi soto, mie sop dan tahu isi.
Warung Bakso Mas Karyo terletak. menu andalannya bakso dan es dawet mirip cendol. Dengan tempat ini seperti foodcour dengan kapasitas mencapai 50 orang.
Rumah makan Alam Ceria di Jalan RRI Desa Iraonogeba Gunungsitoli menyajikan menu yang tak biasa yaitu daging biawak, ular, kelelawar dan bekicot. Akan tetapi rumah makan ini ramai dikunjungi terutama pada jam makan siang.
Pecal Ayam dan Pecal Lele Bang Martin di Jalan Diponegoro Gunungsitoli (depan showroom Honda) menyajikan menu andalan pecal ayam dan es rumput laut.
Rumah Makan Padang ada di beberapa titik pusat Kota Gunungsitoli, yaitu: Rumah Makan Nasional, Jl. Sirao No. 87, Rumah Makan Sederhana, Jl. Diponegoro, Rumah Makan Beringin Baru, Jl. Sirao No. 13 B, Rumah Makan Pak Gaek, Jl. Sirao No. 69 B, serta Rumah Makan Saiyo, Jl. Sirao No. 45 dan Jl. Sirao No. 108.
Akomodasi
Seperti diutarakan di muka bahwa memang museum ini juga berperan sekaligus sebagai akomodasi atau penginapan. Tersedia kamar yang dapat disewa dengan harga terjangkau dengan tarif Rp40.000 hingga Rp75.000 per malamnya. Tersedia enam kamar yang nyaman, bersih dan asri. Lokasinya juga berada di pinggir pantai yang cantik.
Selain kamar diewakan juga beberapa paviliun dengan model rumah adat Nias (Omo Hada) seharga Rp150.000, per malamnya. Di dalamnya lengkap dengan kamar mandi dan dapur. Akomodasi ini bahkan sangat direkomendasikan apabila Anda datang bersama keluarga atau grup kecil.
Museum ini juga diperlengkapi dengan 2 balai pertemuan yang dapat disewa. Pertama, Omo Bale (balai pertemuan) khas Bawomataluo (Nias Selatan) yang terbuat dari kayu dengan kapasitas 60 orang. Kedua adalah Bintang Timur dengan kapasitas 100 orang, terbuat dari batu dengan atap melengkung. Uniknya bangunan ini dirancang tepat agar dapat melihat Matahari terbit dan terbenam.
Tips
- Apabila selepas berkunjung ke museum Anda berminat berenang di tepi pantainya maka disarankan untuk berhati-hati dan tidak terlalu jauh karena di tepi pantai ini banyak terdapat batu karang dan arus lautnya cukup deras.
- Bagi Anda seorang Muslim maka perlu bertanya saat mencicipi kuliner di kota Gunungsitoli apakah itu diolah dari bahan babi. Itu karena di kota ini cukup banyak warung makan dengan bahan daging babi termasuk makanan mie babi.