Cari

Beginilah Seharusnya Putra Batak Pejuang Lingkungan

Posted 21-11-2014 10:48  » Team Tobatabo

Danau Toba seperti Bidadari yang semakin tua dan tidak mampu merawat diri, dimulai suhu yang semakin panas akibat penebangan hutan, bau menyengat  akibatnya peternakan Babi yang kabarnya limbahnya dibuang ke Danau Toba dan juga bau dari  keramba apung yang menyebar di beberapa tempat kawasan Danau Toba.

Para Pejuang yang terusik, yang tak mau berhenti dan tak habis akal, memikirkan cara untuk membuka hati para Pemangku jabatan untuk turun dan memperhatikan dan mengambil tindakan dan kebijakan untuk menyelamatkan Danau Toba, ya 3 Putra Batak yang berhasil menggondol penghargaan atas andil-nya memperjuangkan lingkungan semakin gerah melihat sikap Pemerintah ini yang terkesan melakukan pembiaran.

 Mereka adalah Marandus Sirait, Hasoloan Manik, dan Wimar Eleaser Simanjorang.

 Adalah Marandus Sirait yang dianggap Gila orang disekitarnya karena memikirkan proyek untuk jangka waktu 20 tahun kedepan yang menghijaukan dan mengindahkan tanah ulayat keluarga seluas 40 hektar, termasuk bagaimana gilanya dia sampai menjual barang-barang seperti: lemari, kulkas sampai alat masak untuk membangun obsesi Taman Eden 100 di tanah leluhurnya yang sudah menghabiskan puluhan juta dari dia dengan keadaan ekonomi yang pas-pas-an.

Tahun 1999 – 2002 dia mulai membangun dan mulai meraih pelancong di Tahun 2003 .  Dia berbuat untuk suatu bakti untuk tanah kelahirannya yang mengantarkannya menggondol Danau Toba Award dari Gubernur Sumatra Utara, Piala Wanalestari dari Menteri Kehutanan dan akhirnya Piala Kalpataru yang bergengsi pun diterima dari Presiden SBY untuk kategori Perintis Lingkungan pada tahun 2005.

 Wilmar Eliaser Simandjorang, mantan Pejabat Bupati Samosir, adalah penerima penghargaan Danau Toba Award diterimanya pada tahun 2011 dari Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dalam kapatitasnya sebagai Ketua Badan Pelaksana Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba dan dan Piala Wanalestari dari Menteri Lingkungan Hidup Zulkifli Hasan pada tahun 2011.  Yang tentu berbeda dengan Bupati Saat ini yang ikut andil dalam penebangan kayu di Samosir.

Hasoloan Manik yang juga Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Lingkungan Hidup Indonesia (PILIHI) meraih Kalpataru dalam kategori penyelamat lingkungan pada tahun 2010.

 Ketiga Pahlawan Lingkungan asal SUMUT ini tidak sudi terbuai dan ninabobokan dengan Penghargaan yang mereka terima.

 Tamparan Keras pada Gatot Pujo Nugroho dengan pengembalian Danau Toba Award 2 Agustus lalu, seperti tidak membuatkan hasil apapun, dan entah karena alasan apa hingga Gagot Pujo Nugroho hanya mengirimkan Sekretaris Daerah Nurdin Lubis yang mencoba membujuk agar menunda pengembalian Penghargaan ini, apakah untuk se level Gubernur masalah lingkungan ini adalah masalah biasa?

 Nah tentu kita tunggu sekeras apa efek “tamparan” yang akan dirasakan Menteri Kehutanan dan Presiden SBY pada 3 September 2013 jika Piala Wanalestari dan Kalpataru di kembalikan di Lapangan Monas, semoga “tamparan” ini benar-benar bisa membuka mata dan pikiran beliau dan semua yang pejabat yang berwenang akan lingkungan hidup dan pelestariannya.

Dan mari menyemangati diri kita untuk belajar dan meneladani dan tanamkan dalam diri kita :  “beginilah seharusnya Putra Batak berjuang, orang-orang yang berani mengorbankan apa saja untuk memberikan arti pada tanah leluhur dan kehidupan masyarakat yang lebih baik, yang mampu berpikir dan bertindak elegan dan cara dan langkah yang matang, Mereka yang tidak mau tidur dan dinina-bobokan oleh segala penghargaan dan semuanya kenyamanan yang sudah didapat”.

Bagiamana mereka merasa tidak nyaman karena disaat mereka terus bekerja dan berbakti untuk lingkungan di satu sisi, malah harus melihat dan merasakan perusak lingkungan bergerak cepat dari sisi lain melalui legalisasi dari Pemerintah yang juga bersamaan memberikan penghargaan pada Para Pejuang Lingkungan.

 Lihat Pohon Pinus yang dulu memberikan keindahan luar biasa pada Danau Toba sudah seperti pohon langka saat ini.

 Berjuanglah Saudaraku, doa dan semangat kami menyertai.

DAN SAUDARA-SAUDARA SEBANGSA DAN SE TANAH AIR DUKUNG LAH DENGAN IKUT SERTA AKSI PENGEMBALIAN PIALA WANALESTASRI DAN KALPATARU DI LAPANGAN MONAS TANGGAL 3 SEPTEMBER 2013 INI.

MARI TUNJUKKAN BAGAIMANA BATAK MENAMPAR KEMUNAFIKAN, DIMANA PEMERINTAH SEAKAN MENDUKUNG PEJUANG LINGKUNGAN DAN SEKALIGUS MEMBIARKAN KEBIJAKAN YANG JUGA MERUSAK LINGKUNGAN DITEMPAT YANG SAMA.

BAGIKAN TULISAN INI SEBANYAK-BANYAKNYA SUDAH SANGAT BERARTI UNTUK PERJUANGAN KITA.

Horas, Mejuah-juah, Menjuah-juah.

 

Editor Leinjer S Tampubolon

Sumber