Asal Usul Manusia 7 Rupa Ompung Raja Uti Alias Si Raja Biakbiak
Ompung Raja Uti, Karena kesaktian Ompung siakkangan, disini kita selalu menyebutnya dulu “Santabi sangap ni Ompu I Op Raja uti”. Jadi selalu dimulai kata Santabi sangap ni Ompu i. Jangan langsung menyebutkan namanya, Karena begitulah Poda orangtua/leluhur dahulunya.
Raja Uti alias Raja Biakbiak alias Gumellenggelleng adalah anak sulung dari Ompu Guru Tatea Bulan yang berasal dari salah satu pusat leluhur Bangsa Batak dari sebuah lembah di tepian Danau Toba di kaki Pusuk Buhit yang dikenal sebagai asal muasal Bangsa Batak.
Jika diperhatikan dengan seksama gambar diatas, terlihat 7 patung. Kenapa bisa ada 7? karna angka 7 adalah angka Op.Raja Uti dan mengingat sangat saktinya Ompung ini, Karena hanya Ompu Raja Uti yang bisa berubah wujud hingga 7 Rupa.
Wujud ompung Raja Uti ada 7 dan wujud pertama kalinya adalah tidak punya tangan, tidak punya kaki (seperti terlihat dibawah ketujuh patung diatas, dimana ada sebuah patung yg berada dibawahnya, jadi yang di bawah itulah wujud ompung Raja Uti yang pertama kali sebelum ganti wujud menjadi ketujuh rupa diatas)
Yang menarik dari ketujuh patung tersebut ada 2 patung yang memakai bonang manalu (merah-putih-hitam) warna khas kosmologi Batak. Dulu orang yg memakai tali-tali bonang manalu menandakan bahwa ia seorang Parbaringin.
Sebelah kanan ada pohon beringin yang artinya berketurunan lengkap (saurmatua) dan Baringin tersebut merupakan gambar atau simbol pengayoman atau panggomgom yg dinamai hariara sundung di langit, alana daompung ido nampuna Hariara Sundung Di Langit dan sebelah kiri cawan menggambarkan Mulani pangurason nasohaliapan, nasohapurpuran, napituhali malim napitu hali solam.
Ada rentetan cerita yg sangat panjang sampai akhirnya Debata Mulajadi Nabolon Manongos atau menurunkan Unte Tubu (pangir), Daupa (pohon Hamijon/kemenyan), dan Demban Tiar (sirih).
Ketiga hal yang disebutkan diatas memiliki keterikatan atau hubungan penggunaan yang tdk bisa dipisahkan (bagi orang yang mengerti).
Kalau untuk Bona ni Jajabi atau pohon beringin dipakai oleh raja-raja (yg sekarang disebut dgn Raja Bius) untuk tempat partukkoan (rapat/ pertemuan) dalam membahas sesuatu permasalahan.
Sebelah kanan ada dua patung yg memakai ulos warna putih, disini janggal keliatannya sebab jarang sekali ulos berwarna putih polos. Ulos juga memakai tiga warna khas batak.
Biasanya warna atau motif pada ulos juga memberikan ciri dari kelompok dalihan natolu yaitu kelompok hula-hula lebih banyak hitamnya dairpada warna putih & merah, sedangkan untuk dongan tubu lebih banyak putihnya daripada warna hitam & merah dan terakhir kelompok boru lebih banyak warna merahnya daripada warna putih & hitam.
Sebagai keturunan pertama dari Ompu Guru Tatea Bulan, Op.Raja Uti meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk Buhit demi memohon kepada Mula Jadi Nabolon agar boleh dia dijadikan menjadi raja diantara saudara-saudaranya karena dia adalah putra yang sulung dan pertama keluar dari rahim ibunya, jadi pantaslah dia yang menjadi raja.
Kemudian lanjutnya, “tapi apa dayaku sebagai orang tak sempurna sebagai manusia yang selalu dianggap remeh oleh saudara-saudaraku.”
Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan Gumellenggelleng dan seketika tubuh Gumellenggelleng berubah menjadi manusia yang sempurna yang memiliki kaki dan tangan bertumbuh normal.
Lalu dia diberi kuasa oleh Mulajadi Nabolon menjadi orang sakti yang disebut namanya menjadi Raja Biakbiak.
Setelah Gumellenggelleng disempurnakan menjadi perkasa sebagai Raja Biakbiak maka Mulajadi Nabolon kemudian pergi ke tahtahnya melalui Pusuk Buhit, dan jadilah Biakbiak menjadi raja pertapa sakti.
Setelah sekian lama dalam pertapaannya, Raja Biakbiak dengan percaya diri turun dari Pusuk Buhit hendak menjumpai orangtuanya dan saudara-saudaranya dan membayangkan bahwa dia akan disambut oleh keluarga itu sebagai raja karena dia sebagai anak yang tertua dan lagipula dia telah menjadi manusia sempurnah dan sakti.
Anggapan itu ternyata meleset dan dia menjumpai keluarganya sudah berantakan bercerai berai karena ulah Sariburaja dan Siboru Pareme yang berbuat cinta terlarang.
Raja Biakbiak tidak menjumpai lagi Siboru Pareme kembarannya dan demikian juga Sariburaja adiknya tak terlihat lagi karena sudah terusir dari kampungnya.
Karena dia merasa sangat kecewa bahwa keluarga keturunan ayahnya sudah berantakan dan bercerai berai, maka dia pergi ke Singkil.
Raja Biakbiak, walaupun bertubuh kate tetapi dia memiliki tubuh sempurna dan memiliki kesaktian tinggi sehingga raja-raja setempat mempersembahkannya istri. Kekuasaannya kemudian membentuk sebuah kerajaan Batak dan dia digelari sebagai Raja Uti karena memiliki utiutian dari Mulajadi Nabolon sebagai kesaktiannya.
Kekuasaannya berkembang di Singkil, Kluet dan sampai ke Barus yang ramai dengan perdagangan. Para keturunannya banyak yang menguasai kerajaan laut di pesisir pantai barat Pulau Sumatra bahkan sudah menjalin persahabatan sampai ke pesisir pantai selatan Pulau Jawa.
Tugu Ompung Raja Uti – Lobutua- Andam Dewi (Barus)
Konon menurut cerita turun-temurun, Terpisahnya keturunan Ompu Raja Uti dari pusat peradaban Batak membuat masyarakatnya tidak sepenuhnya melaksanakan tatanan budaya Batak yang disebut habatakon, disamping mereka berbaur sebagai masyarakat pantai maka mereka telah menghilangkan marganya sebagai salah satu komponen inti peradaban Batak kuno.