Cari

Makam Raja Si Dabutar di Tomok - Pulau Samosir

Posted 17-02-2015 00:59  » Team Tobatabo

Jika Anda berwisata ke Danau Toba, tepatnya di Pulau Samosir tentunya di beberapa kawasan Anda akan menjumpai makam-makam dengan arsitektur yang unik berupa peti yang dipahat ataupun terlihat seperti sebuah tugu yang cukup besar. Bangunan makam tersebut memang menarik perhatian bagi para wisatawan, sebab bentuk bangunannya terlihat berbeda dari makam-makam yang biasa dijumpai.

Ya, makam-makam dengan arsitektur yang unik tersebut tampaknya memang sudah tidak asing lagi jika berkunjung ke Pulau Samosir, sebab pulau yang terdapat di tengah perairan Danau Toba ini merupakan pusatnya kebudayaan Batak sejak zaman Siraja Batak, yang merupakan nenek moyang dari etnis Batak hingga saat ini. Bahkan makam-makam tersebut mencerminkan ciri khas budaya Batak.

Diantara makam-makam yang terdapat di Pulau Samosir, ada sebuah makam yang cukup populer karena merupakan makam dari seorang tokoh masyarakat Batak yang pernah berkuasa di sekitar Pulau Samosir, tepatnya di daerah Tomok. Makam tersebut adalah Makam Raja Sidabutar, yang kini telah dijadikan objek wisata sejarah di Tano Batak oleh Dinas Pariwisata.

Menurut catatan sejarah, Raja Sidabutar adalah orang pertama yang bermukim di Tomok dari Gunung Pusuk Buhit, yang dikenal oleh masyarakat sebagai daerah asalnya nenek moyang etnis Batak. Raja Sidabutar mulai membangun pemukiman di daerah ini sekitar ratusan tahun yang lalu dan seiring dengan berjalannya waktu pemukiman di daerah Tomok ini pun semakin luas dengan perkembangan generasi-generasinya.

Menurut informasi, dahulunya Raja Sidabutar juga merupakan seorang penguasa di daerah Tomok, namun daerah kekuasaannya tidaklah sebesar Raja-Raja di daerah lainnya. Sebab dalam adat Batak, kekuasaan seseorang yang bergelar ‘Raja’ diibaratkan seperti seorang kepala desa ataupun seorang pemuka adat yang cukup terpandang, sehingga Raja Sidabutar tidak mempunyai kekuasaan yang absolut seperti raja-raja pada umumnya.

Kini, daerah Tomok sendiri masih dipadati oleh pemukiman masyarakat beretnis Batak maupun masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Sumatera Utara, bahkan beberapa generasi dari keturunan dari Raja Sidabutar pun masih sering dijumpai di daerah ini.

Sekedar informasi, di kawasan ini antara satu situs sejarah dengan situs sejarah lainnya letaknya memang sangat berdekatan. Dan untuk mempermudah wisatawan yang berkunjung, kawasan ini juga dijadikan sebuah kompleks wisata sejarah di Pulau Samosir. Namun, diantara semua objek wisata tersebut tampak Makam Raja Sidabutar memang paling mencolok selain Batu Parsidangan dan Ruma Batak.

Tentunya Anda tidak perlu menjelajah terlalu jauh dari satu lokasi ke lokasi lainnya seperti yang terdapat di beberapa situs sejarah yang lainnya, sebab di kawasan ini Anda sudah dapat melihat semua situs sejarah tersebut. Bahkan apabila Anda ingin mengetahui lebih jelas tentang cerita dari situs sejarah tersebut, Anda juga dapat menggunakan jasa pemandu perjalanan yang terdapat di sekitar Pulau Samosir. Bahkan para pemandu perjalanan pun juga mengetahui cerita-cerita tentang sejarah raja-raja Batak yang pernah berkuasa di Pulau Samosir dan sekitarnya.

Makam Raja Sidabutar bentuknya memang cukup unik dengan petinya yang terbuat dari batu pahatan berupa sarkofagus. Namun batu tersebut terlihat menyambung antara satu sama lain, sebab batu yang digunakan untuk membuat peti tersebut memang bentuknya sangat besar.

Di bagian depan peti batu terdapat pahatan wajah Raja Sidabutar, pahatan tersebut pun tampak menyambung dengan peti batu. Di atas peti tersebut terdapat sebuah pita yang berwarna merah, putih dan hitam yang menghiasinya, bahkan pita-pita tersebut juga terlihat di beberapa situs sejarah lainnya di kawasan ini.

Tak hanya itu, di sebelah makam Raja Sidabutar juga terdapat makam dari beberapa orang keluarga Raja Sidabutar, seperti Raja Tomok kedua yang bentuk petinya hampir menyerupai peti batu Raja Sidabutar, hanya saja ornamennya sedikit berbeda. Dan kemudian terdapat makam Raja Tomok ketiga yang bernama Solompoan Sidabutar, yang letaknya persis di sebelah makam Raja Sidabutar.

Namun uniknya, makam Solompoan Sidabutar ini berbeda dengan makam-makam lainnya yang memiliki ornamen berupa pahatan wajah, sebab di salah satu bagian peti dari Solompoan Sidabutar terdapat ornamen berbentuk salib yang diyakini masyarakat sekitar bahwa Solompoan Sidabutar telah memeluk agama Kristen.

Untuk memasuki objek wisata sejarah ini, pertama-tama Anda harus mengenakan ulos. Ulos adalah sebuah kain dengan corak khas etnis Batak. Ya, memakai ulos di kawasan ini adalah pertanda kesopanan bahwasanya setiap wisatawan yang masuk ke kawasan ini harus menghormati dan menghargai leluhur etnis Batak. Cara memakainya adalah dengan menyelempangkannya di bahu secara silang.

Ulos tersebut sudah disediakan oleh keluarga keturunan dari Raja Sidabutar bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata sejarah ini, tepat berada di depan gerbang pintu masuk. Kemudian ulos tersebut harus dikembalikan setelah selesai berkunjung ke objek wisata sejarah yang terdapat di kawasan ini.

Namun jangan khawatir, untuk memasuki kawasan objek wisata sejarah di Tomok ini sama sekali tidak dikenakan retribusi ataupun biaya untuk kain ulos, sebab pihak pengelola sudah membuka objek wisata sejarah ini secara gratis untuk para wisatawan. Sekilas cara seperti ini hampir sama ketika masuk Candi Borobudur di Magelang, dimana wisatawan wajib menggunakan sarung batik yang telah di sediakan oleh pihak pengelola.

 

Sumber

 
 
 
 
 
Batak | 9 tahun yang lalu
Batak | 9 tahun yang lalu
Batak | 9 tahun yang lalu
Batak | 9 tahun yang lalu