Cari

Refreshing di pemandian air panas Lau sidebuk- debuk

Posted 15-08-2012 11:08  » Team Tobatabo

Bila masyarakat di Sumatera Utara berbicara objek wisata tentang pemandian air panas, tak pelak lagi arah pembicaraan pasti menuju Taman Wisata Alam (TWA) Lau Sidebuk-Debuk. Objek wisata yang satu ini memang tidak asing lagi di telinga wisatawan. Umumnya, mereka yang sudah berkunjung ke Berastagi sudah memiliki agenda wajib untuk singgah di objek wisata yang terletak di kaki Gunung Sibayak ini, yang berjarak 10 km dari Berastagi, lebih kurang 58 km arah Selatan Kota Medan dan memiliki ketinggian sekitar 2.100 km dari permukaan laut.

Mata air panas yang muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah selatan lereng gunung api Sibayak ini dapat menyembuhkan penyakit kulit seperti penyakit eksim dan gatal-gatal yang sering dibuat sebagai pengganti mandi sauna. Bahkan penderita penyakit kulit menahun dan sulit disembuhkan, banyak yang mengaku kembali sehat setelah mandi dengan air belerang tersebut.

Pemandian air panas ini ramai dikunjungi wisatawan di hari libur nasional. Puncaknya, pada malam hari. Karena itu banyak diantara pengusaha yang membuka pemandiannya selama 24 jam, meski ada juga diantaranya membatasi waktu kunjungan hingga pukul 24.00 Wib. Pada waktu–waktu tertentu, di lokasi ini ada kegiatan ritual yang acapkali dilakukan masyarakat penganut kepercayaan Kalak Sipemena (animisme-red), seperti erpangir ku lau (mandi ritual dengan air bunga-red).

sidebuk debuk

Menurut kepercayaan mereka, hal ini bertujuan untuk membersihkan diri dari roh–roh jahat dan “membuang” kesialan dari tubuh manusia. Mereka menyebut air bunga dengan Lau Pangiren yang terdiri dari jeruk purut, rimo malem(jeruk biasa-red) dan bunga rampai. Sebelumnya, mereka lebih dulu memberikan persembahan seperti sesajen.

Hal ini bisa dilihat dengan ditemukannya sumur serta kotak-kotak kecil yang dipakai sebagai tempat pemujaan atau sesajen. Berdasarkan kepercayaan Kalak Sipemena, kawasan inimerupakan salah satu tempat suci dan keramat terbesar bagi penganut aliran kepercayaan orang Karo dan sering dijadikan wisata religi.

Sumber