Wow, Rumah di Sianjur Mula-mula Ini Terbuat Dari Tanah Dan Berusia 250 Tahun
Pangururan - Bila melihat sebuah rumah yang terbuat dari kayu atau batu serta semen, itu adalah sesuatu hal yang biasa. Namun pasti akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan unik bila melihat ada rumah terbuat dari tanah, bahkan sudah berusia ratusan tahun.
Rumah Tanah itu terdapat di Sossok, Huta Urat Desa Sianjur Mula-mula, Kecamatan Sianjur dan berada sebelah barat Pangururan, Samosir, Sumatera Utara.
Oppung Taraman br.Sagala pemilik Rumah Tanah di Huta Sossok-Huta Urat, Desa Sianjur, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir
Rumah Tanah yang terletak persis sebelum menuju objek wisata Air Terjun Aek Nai Sogop ini berusia sekitar 250 tahun. Keunikannya terletak pada bentuk rumah yang 100 persen menggunakan dinding yang terbuat dari tanah dan ampas padi.
Dan sisi pada sudutnya tampak seperti gundukan tanah tapi tidak melebur dan mencair walaupun terkena hujan. Sampai saat ini rumah tanah tersebut dihuni oleh seorang nenek berusia sekitar 92 tahun bernama Oppung Taraman boru Sagala, yang menjadi pemilik dan pewaris rumah turun menurun tersebut.
Rumah Tanah yang pendiriannya memakan waktu sekitar 3 tahun ini juga sangat kuat dan bahkan ketika gempa pun tidak pernah terjadi kerusakan apapun.
“Usia rumah ini sekitar 250 tahun. Saya adalah keturunan yang keempat. Rumah ini berasal dari tumbukan tanah dengan toras ni eme (ampasnya padi), tapi tidak bisa sekaligus, dan diperkirakan memakan waktu sekitar tiga tahun,” ujar Oppung Taraman br.Sagala kepada Redaksi pada Selasa, (23/2/2017) lalu, yang didampingi anaknya Osden Sidebang (49).
Tampak Belakang Rumah Tanah di Huta Sossok, Desa Sianjur, Kecamatan Sianjur Mula-mula.
Walau berusia ratusan tahun, rumah tanah tersebut masih utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikitpun. Bahkan pintunya tampak kokoh, dan kayu serta atapnya juga tidak roboh walaupun penyangganya merupakan tanah. Letak rumah tanah ini berbeda sendiri dan tidak menempel dengan rumah penduduk lainnya.
Menurut pemiliknya, rumah ini dahuliunya sebagai tempat persembunyian ketika masa pemberontakan dan penjajahan Belanda dulu karena memiliki sebuah bunker dan terowongan yang bisa tembus jauh ke sisi belakang disekitar perbukitan Desa Sianjur ini.
“Dimasa pemberontakan dulu, banyak orang yang dikejar lawannya melarikan diri dan masuk kebunker dibawah rumah ini. Ukurannya sebesar satu buah rumah. Orang yang masuk kerumah, bisa seperti hilang dari rumah tapi ternyata langsung keluar jauh dari belakang dikawasan pebukitan sana,” ujar Osden Sidebang (49), menunjuk sekitar perbukitan yang mengelilingi desa tersebut.
Osden Sidebang, keturunan pemilik Rumah Tanah di Huta Sossok, Desa Sianjur ketika menjelaskan pondasi Rumah Tanah
Ketika ditanyakan kenapa tempat tersebut dinamakan Huta Sossok, Osden Sidebang mengatakan ada makna kearifan lokal didalamya.
“Huta Sossok bahasa Indonesianya berarti Kampung Cocok. Jadi artinya siapapun yang datang kesini selalu menjadi cocok. Bila sedang berantam dan berselisih paham mereka yang datang, akan menjadi damai dan cocok sesampainya disini baik antara tamu yang datang maupun kami yang ada disini. Ada kedamaian alam disni,” cerita Osden Sidebang.
Objek wisata Rumah Tanah ini sangat menarik untuk dikunjungi apalagi letaknya searah dengan Air Terjun Aek Naisogop.
Masyarakat setempat berharap agar Pemkab Samosir melalui Dinas Parawisata Samosir dapat memugar Rumah Tanah tersebut menjadi lebih baik dan nyaman dikunjungi oleh para wisatawan yang datang ketempat tersebut, apalagi masyarakat Batak khususnya sekitar Samosir sangat menyakini bahwa Suku Batak pertama berasal dari pusuk buhit tepatnya di Desa Sianjur Mula-mula.