Cari

Apa Sih Alasan Wanita Batak Disebut Polisi Toba?

Posted 08-05-2017 20:49  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi Polisi Toba

Jika kalian telah menikah, terutama dengan wanita Batak, maka jangan coba-coba untuk macam-macam. Sebab, itu akan bahaya kali kawan.Dia bisa menjadi momok bagi suami yang kurang bertanggungjawab.

Bahkan, dia bisa menjadi sosok yang menakutkan bila suaminya dianggap tidak mendukung semangat memperjuangkan anak “manjujung anakhon” agar kelak “ boi hasea pasangap natoras” sebagai harapan tertinggi orang Batak dalam hidupnya.

Karena itu makanya wanita Batak sering digambarkan dengan sebutan ‘Polisi Toba’. Disebut ‘polisi’ karena memang tugasnya sebagai istri memang menjaga konsistensi aturan dan rencana yang telah disepakati bersama dalam sebuah keluarga.

Adapun tambahan ‘Toba’ di belakangnya hanya untuk menandakan dia adalah halak hita.

Nah, ‘Polisi Toba’ memang sangat ditakuti manakala sang suami membuat suatu kesalahan. Terlebih kesalahan dan sikap itu akan merusak tatanan dan kehidupan keluarga dan anak-anaknya.

Jika seperti ini, wanita Batak akan muncul ke depan sebagai ‘Polisi Toba’ yang menegakkan hukum dan aturan serta harapan rumah tangganya.

Kenapa bisa seperti itu?

Hal ini karena wanita Batak sebagai “boru ni raja” adalah orang yang mandiri, tegar dan sangat tangguh dalam berjuang. Terlebih untuk keluarga dan anak-anaknya.

Wanita Batak yang telah menikah dan punya anak sering digambarkan sebagai “batu ni sopo/rumah” atau batu penyokong tempat berdirinya tiang rumah.

Gambaran ini menguatkan pemahaman bahwa jika sudah berkeluarga, wanita Batak tidak sekedar istri yang melahirkan anak, tetapi dia menjadi tiang rumah tangga.

Dengan kata lain, dia menjadi manajer keuangan keluarga “parsonduk bolon, sitiop puro, sisuhat sidabuan” yang bertanggungjawab mengatur sisi ekonomi keluarga.

Dia juga begitu sentral dalam pengaturan ekonomi dan sebagai “paniaran, soripada, tunggane boru” mitra utama suami dalam banyak hal.

Seperti adat, persoalan keluarga dan marga, yang kadangkala seorang istri harus mampu mengambil alih tanggungjawab suami dalam persoalan keluarga besarnya, juga marga suaminya.

Di samping kedua hal penting di atas, sebagai ibu yang melahirkan “pangintubu dan pardijabu” wanita Batak berdiri paling depan memelihara kesehatan, moral, dan pendidikan anaknya untuk lebih maju kelak, “panangkokhon goar dohot sangap ni natoras”.

Dikutip dari samosirgreen.com