Cari

Ada Yang Bilang Satur Nagur Bakal Masuk Kalender Budaya Siantar!

Posted 11-05-2017 00:15  » Team Tobatabo
Foto Caption: Turnamen Catur Nagur Di Pematangsiantar

Pada abad ke 5, permainan catur sudah diperkenalkan kepada masyarakat nusantara. 

Dulu, di daerah kekuasaan Kerajaan Simalungun, catur merupakan permainan bagi kaum bangsawan, raja dan petinggi-petinggi kerajaan.

Demikian pula dengan Raja Nagur, pemuka Kerajaan Simalungun telah meninggalkan warisan yang unik yaitu Satur Nagur sebuah permainan catur dengan ukuran raksasa.

Tidak seperti lazimnya permainan catur. Sebab, anak catur yang digunakan terbuat dari pahatan batu dan masing-masing berukuran 1 meter.

Selain itu, wadah yang digunakan pun cukup besar. Sehingga dibutuhkan bantuan tenaga untuk memindahkan anak catur tersebut.

Pada masa Kerajaan Simalungun, tenaga bantuan itu disebut Jabolon. Orang yang mengangkat anak catur sesuai dengan instruksi yang memainkan.

"Dulu catur dipakai oleh Raja-Raja Nagur yang terbuat pahatan batu setinggi 1 meter. Saat itu permainan catur hanya untuk golongan bangsawan.

Karena catur ukuran besar, perlu tenaga bantuan yang mengangkat dan  itu disebut Jabolon," ujar Penggiat Budayawan Simalungun, Sutan Saragih.

Sabtu (29/10/2016) Satur Nagur diperkenalkan kembali ke masyarakat Siantar dengan kemasan budaya yang lebih akrab di Lapangan Pakir Pariwisata, Jalan Merdeka, Kecamatan Siantar Barat.

Walau tidak sama persis dengan Catur Nagur yang sebenarnya, diharapkan event ini akan menjadi agenda budaya tahunan yang wajib dilakukan Pemko Siantar.

"Event ini, pertama kali dan orientasinya untuk mengenalkan budaya. Untuk saat ini, kita hanya menggunakan catur dari pahatan kayu. Untuk kedepannya, lewat kegiatan ini, kita akan berusaha menyajikan catur yang terbuat dari batu menyerupai aslinya," kata Sutan.

Selain mengenalkan kembali sejarah dan budaya, kegiatan yang diselenggarakan itu nantinya dapat menjadi medium antara seorang pemimpin (wali mota) dan warganya.

Artinya, dalam event budaya Satur Nagur ini, ada ruang terbuka antara pejabat maupun pemimpin dengan masyarakatnya.

"Harapannya, event ini menjadi masuk kalender budaya di Kota Siantar pada tahun-tahun selanjutnya. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi perekat antara wali kota dan masyarakat.

Seperti itulah contohnya," sambung Jutamardi Purba, penggiat budaya dari Koalisi Rakyat untuk Siantar Simalungun Sejahtera (Korasss).

Dalam event kali ini, kata Jutamardi, setiap pemain dibuka untuk umum. Event catur raksasa perdana ini rencananya akan dijadwalkan berakhir'pada malam hari. Untuk kategori pertandingan, dilakukan secara spontanitas. 

Uniknya dalam catur nagur yang diselenggarakan oleh kelompok budaya Rayantara dan Korass ini, setiap pemain menduduki singgah sana yang telah disediakan dan mengenakan Gotong Salalau (Ikat Kepala Simalungun) sebelum pertandingan.

"Para pemainnya kita buka untuk umum dan spontanitas. Misal kalau mau bertanding, daftar dulu dan kita yang menentukan lawannya," kata Jutarnadi.

Selain pertandingan catur, kegiatan budaya ini juga mementaskan tarian pembuka yaitu, Tukkot Malehat (Tongkat malaikat).

Tarian ini bertujuan untuk membersihkan lokasi pertandingan atau sterilisasi lokasi dengan cara memercikkan perasan air jeruk purut di sekelingi lokasi catur.

Konon katanya, dapat menghalau roh-roh gaib yang mencoba mengganggu konsentrasi. Tarian lainnya adalah Tortor Haruan Bolon mempertunjukkan bagaimana masyarakat Simalungun pada masa panen padi.

Dikutip dari Hetanews.com