Jejak Kerajaan Portibi di Tanah Batak
Kerajaan Portibi di tanah Batak merupakan kerajaan kuno yang sangat unik. Keunikannya terletak di berbagai segi.
Keunikan itu misalnya dalam defenisi nama kerajaan tersebut; Portibi. Portibi dalam bahasa Batak artinya dunia atau bumi. Jadi bila kita artikan Kerajaan Portibi secara leterleks maka berarti kerajaan dunia.
Portibi adalah nama sebuah daerah yang menjadi nama sebuah kecamatan di Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan.
Berada di jantung wilayah Padang Lawas. Dulunya merupakan bagian dari wilayah Padang Bolak.
Sebegitu hebatkah kerajaan ini dahulu sehingga disebut sebagai kerajaan dunia. Atau apakah kerajaan ini dulunya merupakan pusat dunia, misalnya dalam bidang tertentu seperti Tibet, yang menjadi pusat meditasi Buddha yang terletak di pegunungan Himalaya tersebut.
Keunikan kedua adalah bahwa nama Portibi merupakan sebuah kata dalam bahasa Batak yang akarnya tidak diragukan lagi berasal dari bahasa sansekerta atawa Hindu.
Portibi merupakan pelafalan Batak atas kata Pertiwi atau di India dikenal dengan nama Pritvi. Nama Pritvi ini sekarang dipakai menjadi nama sebuah rudal India.
Dalam sejaran Hindu dikenal juga Dinasti Pertiwi yang dikenal dengan nama Pritvi Raj. Diduga, intrusi orang-orang Hindu secara organisasi kemiliteran terjadi hanya di daerah ini di tanah Batak.
Untuk diketahui bahwa hubungan budaya dan ekonomi antara Batak dan India sudah berlangsung sejak dahulu kala. Namun itu lebih kepada hubungan person to person.
Orang-orang India tidak datang bersama pasukan militer atau sebagai penjajah sebagaimana datangnya orang Eropa paska abad pertengahan.
Namun, satu-satunya kontak, atau paling tidak daerah jajahan atawa vassal kerajaan yang pernah dibuat orang Hindu secara langsung adalah di sekitar kerajaan Portibi ini.
Kerajaan Hindu tersebut diduga didirikan oleh Raja Rajendra Cola yang menjadi raja Tamil, yang Hindu Siwa, di India Selatan yang menjajah Sri Langka.
Argumentasi mengenai kedatangan orang Hindu tersebut diduga berdasarkan kepentingan ekonomi dalam perebutan sumber emas yang menjadi komoditas berharga saat itu.
Kerajaan Portibi yang sekarang itu, terletak di tanah Batak Selatan yang sangat dikenal sejak zaman kuno sebagai tanah emas karena di wilayah ini sangat mudah didapati emas dengan hanya menyiramkan air ke tanahnya.
Orang-orang Hindu tersebut mendarat melalu pelabuhan Natal yang sejak zaman kuno sudah disinggahi oleh Bangsa Phonesia (Funisia), sebelum zaman Romawi dan Yunani untuk membeli produk-produk emas.
Di zaman tersebut tanah Batak Selatan melalui pintu pelabuhan Natalnya dikenal dengan istilah "Ophir El Dorado".
Berbeda dengan Barus yang menjadi pintu masuk ke Tanah Batak dari sisi Barat yang lebih dikenal dengan produk al-Kafur al-Fansuri nya yang banyak disinggahi oleh pembeli dari berbagai penjuru dunia.
Produk tersebut bahkan mendapat minat yang sangat tinggi pada era dan oleh King Solomon alias Nabi Sulayman, saat dia ingin memikat hati Ratu Balqis.
Barus dan Natal merupakan daerah yang sangat diminati untuk didatangi dengan produk-produk langkanya yang terdapat dalam jumlah yang besar.
Bahkan tanah Batak sangat dikenal juga sebagai tanah yang paling disukai oleh 'tuhan' karena hanya di inilah tumbuh sebuah pohon yang sangat disukainya dan dipakai untuk berkomunikasi dengan 'tuhan' tersebut oleh pemujanya; yakni kemenyan yang bermutu tinggi.
Tidak diketahui secara pasti apakah Rajendra Cola bermaksud mendirikan kuil nya di tanah Batak ini karena posisinya sebagai ' pusat tanah tuhan' atau bukan.
Namun sejauh buku sejarah menduga bahwa argumentasi yang paling logis adalah untuk menguasai arus perdagangan dengan menjajah sumber utamanya.
Ekspedisi pasukan Rajendra Cola dimulai lebih kurang tahun 1100M atau ada yang bilang tahun 1025M, dengan menyisir pantai Natal, terus masuk ke daerah-daerah sekitar sungai Barumun, Padang Lawas yang sekarang dikenal dengan Portibi dan beberapa wilayah di sekitar Sungai Batang Angkola di Angkola setelah menguasai Sri Langka.
Di sekitar daerah tersebut mereka mendirikan kerajaannya dimana sebelumnya telah eksis masyarakat tambang Batak dengan pendatang dari berbagai penjuru dunia terutama dari masyarakat Hindu.
Mereka mendirikan koloni lengkap dengan Candi yang sekarang dikenal dengan Biara Sipamutung, sebuah Hindu Temple Complex yang diperkirakan jauh lebih besar dari komplek candi hindu Prambanan di Pulau Jawa.
Pendirian kerajaan tersebut yang lengkap dengan sistem pemerintahannya sendiri semakin mengundang banyak penambang emas dari India untuk bermukim dan menjadi penambang.
Sampai sekarang di daerah Portibi, masih terdapat Candi Bahal I, III dan III. Masih di daerah yang dinamakan Bahal tersebut terdapat sebuah candi terletak di pinggir sungai Batang Pane, sekitar 300 meter dari candi Bahal I.
Candi-candi juga terdapat pada desa Bara, Aloban, Rondaman Lombang, Saba Sitahul-tahul dan lain sebagainya.