Cari

Alvaro Sinaga Korban Teroris Bom Gereja Samarinda, Kondisimu Bikin Kami Menangis

Posted 07-05-2018 10:12  » Team Tobatabo
Foto Caption: Keadaan Alvaro Sinaga yang membuat netizen meneteskan air mata

Kasus bom Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan, Samarinda, Kalimantan Timur,  13 November 2016 lalu menyisakan pedih mendalam bagi korbannya.

Satu di antaranya Alvaro Aurelius Tristan Sinaga, yang saat kejadian berumur 4 tahun.  

Alvaro selamat tanpa membutuhkan pengobatan panjang yang pasti membutuhan dana besar  .

Wajah baru Alvaro terlihat di media sosial setelah diposting netizen bernama Josh, 18 Maret 2018.

Saat itu Alvaro mengikuti ibadah dan sudah bisa bermain seperti biasa. 

Tapi ada yang aneh dengan penampakan foto tersebut, yakni ada tonjolan sebesar bola kasti di lehernya pada sebelah kanan. Rambut di kepalanya hanya tinggal setengah. Tampak sehat dan bugar.

Terbaru Birgaldo Sinaga memosting foto Alvaro yang pasti membuat siapapun melihatnya meneteskan air mata.

Ada benjolan di kepala dan leher. 

 

alavaro sinaga korban bom samarinda

Dua benjolan sebesar bola kasti di leher dan kepala Alvaro (facebook)

Birgaldo menyebut Alvaro sedang dalam perjalanan dari Samarinda ke Kuala Lumpur Sunway Hospital. Ada operasi kedua yang harus dilakukan untuk mengganti kulitnya yg terbakar dan menumbuhkan rambut.

Juga disertakan nomor rekening untuk membantu pengobatan Alvaro, atas nama ibu kandungnya : Marsyana Tiur Novita Sagala: 

Bank BRI 008201074258502
Bank BCA 0278007467

Ini postingan lengkap Birgaldo soal Alvaro:

BERTAHAN YA ALVARO

Di tengah hiruk pikuk keriuhan suara sahut2an cebong dan kampret, kemarin Ibu Alvaro, bocah korban bom molotov Samarinda mengirim pesan pada saya.

Pesannya bahwa Alvaro sedang dalam perjalanan dari Samarinda ke Kuala Lumpur Sunway Hospital. Ada operasi kedua yang harus dilakukan untuk mengganti kulitnya yg terbakar dan menumbuhkan rambut.

Saya hanya membaca saja dan membalas singkat karena kemarin memang sibuk.

Suara2 bising, riuh gemuruh soal SP3 Rizieq, soal persekusi CFD itu menenggelamkan suara lirih pedih seorang balita yang tidak tahu apa2 harus menanggung derita seumur hidup.

Rintih Alvaro, bocah umur 4 tahun ini laksana suara tangis bayi di antara desingan peluru dan bom saling hujat para orang dewasa yang sepertinya semakin kekanak2an.

Kita merasa seakan menjadi peniup terompet kebenaran dan keadilan. Kita merasa seakan penabuh genderang kemanusiaan dan welas asih.

Suara yg keluar dari mulut kita sebisa mungkin memekakkan angkasa raya. Agar Tuhan dan para malaikat tahu, kita adalah manusia paling beriman dan bertaqwa.

Sebelum meneguk secangkir kopi pagi ini, saya memandang wajah polos kamu Alvaro. Satu persatu saya lihat garis muka mu. Bagaimana kamu bisa bertahan dan tidak meringis Alvaro? Bagaimana kamu tidur dengan wajah dan kepala seperti balon dipompa? Luar biasa kamu ananda.

Rasanya hati saya membeku. Dingin. Saya ingat Juanda lelaki berkaos oblong hitam yang masuk ke pakarangan gereja setahun lalu. Saat kalian bocah kecil sedang sekolah minggu. Bagaimana mungkin orang yang mengaku paling beriman dan bertaqwa itu melemparkan bom molotov kepada kalian bocah kecil yang tak berdosa.

Kopi yang saya teguk jadi tidak enak rasanya. Dingin dan pahit. Rasanya ingin ku hardik Allah semesta alam... Ya ingin ku hardik diriNYA yang duduk tenang dengan super powerNYA itu. DIA diam dan mendiamkan bom api itu membakar tubuh mu. Apakah Tuhan tertawa melihatmu kesakitan terbakar? Apakah Tuhan tertidur saat kamu bergulingan menahan api panas?

Tuhan.. mengapa engkau biarkan derita dan penderitaan pada anak2 terjadi? Apa salah mereka? Apa dosa mereka?

Ahhh... Alvaro.. Engkau malah menyanyikan lagu saat kau kesakitan. Ya lagu kesayanganmu... Engkau malah tenang dan menerima peristiwa ini dengan sabar dan tabah.

Kemarin Ibu mu bilang lagu kesukaan mu Kingkong Badannya Besar terus kau nyanyikan saat kau bosan di tempat tidur. Kadang kau bermain game. Kadang kau meminta garuk punggungmu yang gatal. Sesimpel itu caramu menerima sakit ini.

Maafkan kami ananda Alvaro... Maafkan kami orang dewasa yang sesungguhnya berwajah manusia tapi berperilaku iblis.

Tak banyak yang bisa saya lakukan untukmu selain ikut meratapi kesakitanmu..

Peluk cium hangat untukmu

Tadi ada yg bertanya ingin memberi donasi bagaimana caranya?

Ini Rekening Ibu Kandung Alvaro a.n. Marsyana Tiur Novita Sagala

Bank BRI 008201074258502
Bank BCA 0278007467

Semoga Tuhan menolong Alvaro..

Birgaldo Sinaga 

Trinity Hutahaean, tulis Birgaldo, sore itu tampak segar. Ia mamakai baju putih terusan bermotif kotak-kotak hitam. Sekujur tubuhnya terlihat bekas luka bakar bom molotov. Tangan kirinya ikut tertarik kulitnya hingga tertekuk tidak bisa normal lagi.

Dari ujung kaki hingga leher luka bakar itu membekas. Sebagian wajah juga ikut terkena. Tangan kirinya tidak bisa berfungsi lagi. Luka bakar itu menarik otot kulit lengan dan tangannya. Sulit digerakkan.

trinity marbun

Trinity Marbun, Salah satu anak korban bom samarinda

Untunglah, ayah ibu Trinity, Anggiat Marbun dan Ibu Intan, orang tua yang sabar, penyayang dan kuat.

"Kini, Trinity perlahan pulih. Meski belum sempurna. Sore itu Trinity ingin bergaya. Ia ingin dipotret layaknya foto model. Trinity mengambil posisi duduk di sudut sofa coklat. "

"Ia bersandar sambil tangan kanannya menahan wajahnya. Tangan kirinya disilangkan di dadanya. Lalu ia tersenyum kecil. Cekrekkk.. Cekrekkk," tulisnya.

Sang Ayah tersenyum melihat senyum kecil anaknya. Dalam senyum itu ada batin yang terluka. Luka sekujur anaknya menjadi luka batin yang menyiksa hidupnya sebagai ayah.

Ia tahu Trinity menjadi gadis kecil yang hilang percaya dirinya. Ia dipandang aneh oleh kawan-kawannya. Diejek. Ditertawai bentuk fisiknya.

Trinity Hutahaean korban luka bakar itu akan mengenang kebiadaban teroris itu seumur hidupnya. Ia akan bertumbuh menjadi gadis yang bertubuh aneh.

Dikutip dari Tribun Medan