Agnes Christina Sitorus, Perantau asal Medan Korban Gempa Palu
MEDAN - Kesedihan dan duka mendalam atas bencana gempa serta tsunami yang melanda Palu dan Donggala. Agnes Christina Sitorus, seorang wanita asal Medan, Sumatera Utara menjadi salah satu korban dalam bencana itu. Ia meninggal dan tertimpa reruntuhan bangunan hotel Hotel Roa Roa sat menjalankan tugas di negeri perantauannya itu.
“Selamat jalan keponakan kami Agnes Christina Sitorus, perjalanan kehidupan telah berakhir dalam rangkaian tugas kerja di Palu dan menginap di hotel Roa Roa, bencana gempa membawamu kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan. Terkhusus Kakamku Bintang dan Abang Sitorus dan kel. senantiasa kuat dan tabah. Kiranya kejadian ini tetap membuat kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan,” tulis kerabatnya.
Duka yang mendalam juga dirasakan sahabat dan rekan-rekannya. “Selamat jalan adikku Agnes..engkau adik yang baik..pertemuan kita singkat sekali..kami keluarga besar TNKT turut berduka cita..semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran,” tulis Adeng Hudaya.
Dilansir medanbisnisdaily.com, tatapan kosong terlihat dari mata Bintang br Panggabean (48), ibunda dari Agnes Christina br Sitorus SP, korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, 28 September 2018 lalu. Bintang hanya melihat ke arah foto Nenes, panggilan akrab Agnes yang kini sudah dipanggil sang kuasa.
Tak hentinya Bintang menyeka air matanya. Sementara Hotlan Sitorus (51) terus menyemangati istrinya tersebut. Isak tangis pun kembali pecah ketika rombongan Persadaan Marga Sitorus memberikan kata berbelasungkawa di hadapan peti mati putih tempat jenazah Nenes disemayamkan.
“Seperti katamu Eda, hanya dua saja pilihannya usai kejadian itu, antara hidup atau mati. Tapi kita masih bersyukur boru ini bisa kita bawa pulang ke rumah ini,” kata A br Sitorus, salah satu perwakilan Persadaan Marga Sitorus yang membuat Bintang semakin historis di rumah duka Komplek Bali Indah No. 14 Jalan Lembaga Pemasyarakatan Kecamatan Helvetia, Tanjung Gusta Medan, Kamis (4/10/2018) sore.
Agnes, wanita kelahiran Medan, 5 Mei 1995 ini dikenal tomboy dan lincah di tengah keluarga dan kerabatnya. Wanita 23 Tahun ini pun baru setahun lalu menamatkan kuliahnya di Universitas Diponegoro.
Usai sempat bekerja di Unit Laboratorium Eco Green, anak kedua dari 3 bersaudara ini memutuskan bekerja sebagai CPNC di Polhut Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Namun nasib berkata lain. Bencana gempa dan tsunami menghantam Poso dan Palu. Nenes yang menginap di Hotel Roa-roa, Palu, Sulawesi Tengah, pun terjebak. Jenazahnya baru bisa ditemukan lima hari kemudian atau pada Rabu (3/10/2018) lalu.
Sementara Paman korban, Kristianto Sitorus mengatakan kalau Nenes berkerja sebagai CPNC Polhut Sulteng sejak Januari 2018 lalu. ”Kami mendapat kabar hilang pasca gempa terjadi,” kata Kristianto.
Kristianto juga menyebut kalau Nenes adalah gadis yang tomboy dan lincah hingga mudah bergaul kepada siapa pun. “Kini gadis tomboy dan lincah itu telah tiada,” katanya sembari menitikkan air mata.
Rencananya korban akan di makamkan pada Jumat (5/10/2018) besok di Pekuburan Kristen Simpang Melati Medan.
Amatan wartawan di rumah duka banyak terpajang papan bunga ucapan bela sungkawa baik dari keluarga dan kerabat korban. Seperti salah satunya karangan bunga dari alumni SMP Santo Thomas 4 Medan.