Cari

Kasus Siswa Terjangkit HIV di Samosir, Begini Penjelasan dari Dinas Kesehatan Sumut

Posted 24-10-2018 18:56  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi anak sekolah.

MEDAN - Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mengungkapkan data akumulasi bahwa saat ini kurang lebih 15 ribuan orang di Sumut positif terjangkit HIV/AIDS.

Hal ini dikatakan oleh Dr. Yanda Ardanta, M.Kes selaku Pengelola Program HIV/AIDS di bawah seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Provinsi Sumut.

"Akumulasi itu mulai dari HIV ditemukan di Sumut itu terakumulasi terus sampai sekarang. Karena HIV ini orangnya tetap sama. Jadi data penderita HIV yang masih ada dan masih hidup di Sumut termasuk dengan angka kematiannya itu totalnya hampir 15 ribu orang," ujarnya kepada Tribun Medan, Selasa malam (23/10/2018).

Yanda menjelaskan bahwa angka kematian akibat HIV saat ini sudah sangat sedikit. Hal ini kata Yanda, para pasien penderita HIV Aids sudah meminum obat antiretroviral (ARV) secara teratur.

"Tahun 2017 itu angka kematian HIV/AIDS itu sudah 1,1% pasien," imbuhnya.

Terkait dengan usia para penderita HIV/AIDS di Sumut, Yanda mengatakan, rentang usia 15-24 serta 25-40 tahun merupakan usia terbanyak yang terjangkit HIV/AIDS. Sementara itu terkait penderita dengan usia 15 tahun ke bawah, kata Yanda jumlahnya tidak begitu banyak meski masih ada.

"Kalau kita pilah berdasarkan usia, yang terbanyak positif itu di usia 15-24 tahun dan usia 25-40 tahun. Sementara usia di bawah tahun masih ada tapi tidak begitu banyak," terangnya.

Namun Yanda juga menambahkan bahwa data usia yang dimiliki Dinkes tersebut merupakan data yang saat ini sudah masuk ke mereka, sedangkan menurut Yanda yang jadi masalah masih ada masyarakat yang kadang tidak melaporkan data terkait kasus positif HIV.

"Hiv ini fenomenanya gunung es. Nampak tiga belum tentu mengartikan tiga. Kalau menurut WHO, 1 orang positif itu 10 orang disekitarnya pasti positif. Jadi kalau kita dapat tiga kemungkinan besar disekitarnya ada 30 orang positif. Tapi tidak terekspos," terangnya.

Lebih lanjut, terkait kasus siswa HIV di Samosir, Yanda mengatakan bahwa kasus tersebut terekspos karena anak penderita HIV tersebut dianggap tidak normal karena tidak ingin dibantu saat mengalami cidera.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Yanda bahwa anak tersebut terbilang cerdas karena paham HIV dan melarang temannya membantu dia pada saat mengalami cidera. Menurut Yanda apa yang dilakukan anak tersebut sebenarnya merupakan sesuatu yang baik.

"Berarti bagus ini anak, cerdas dia mencegah agar temannya tidak terkena. Tapi ternyata dia bagus seperti itu karena gak normal menurutereka rupanya dapat positif HIV Aids. Disitulah mulai merebak kasus ini sendiri," ungkapnya.

Terkait masalah itu, Yanda turut menyayangkan apa yang terjadi pada anak-anak tersebut. Padahal menurutnya anaknya cerdas dan edukasi HIV berjalan pada anak tersebut.

Lebih lanjut, kata Dr. Yanda, saat ini pihaknya juga sedang melakukan edukasi di Samosir. Pihaknya juga sudah berencana untul melakukan bimbingan teknis (bimtek) di wilayah Samosir. Selsin itu, di sejumlah wilayah lain di Sumut seperti Deliserdang dan Siantar , dan kota lainnya, Dinas Kesehatan juga akan melakukan pemetaan untuk tahu populasi kunci di daerah-daerah itu.

"Ini menjadi cambukan bagi kita dan menjadi parameter bagi kita unyuk meningkatkan kembali pengetahuan di kabupaten Samosir," terangnya.

Terkait proses penularan HIV, Yanda menjelaskan bahwa selain lewat air susu ibu yang positif HIV serta cairan kelamin, kemungkinan tertular itu bisa dari darah.  Menurutnya dari darah ini bukan harus mesti perilaku menyimpang.

"Bisa dari transfusi darah, atau dari menolong orang yang luka lara tapi kita tidak pakai penutup yang safety, kita terpapar darahnya, kena ke mata atau ke luka, itulah penularan utamanya. Jadi perhatian kita bukan hanya perilaku menypang untul HIV Aids itu sendiri," terangnya.

Ditanya soal cara penanganan, Yanda menjelaskan bahwa setiap orang yang merasa memiliki resiko atau pernah merasa terpapar ada baiknya melakulan tes. Setelah dengan tes baru diketahui apakah positif atau negatif.

"Bagi yang positif ikut panduan minum obat yang teratur. Kalau negatif dijaga untuk ke depannya. Kalau merasa beresiko terjangkit Bisa diulangi lagi tes nya 3,6,12 bulan berikutnya," terangnya.

Lebih lanjut, dari sisi penderita HIV Aids, kata Yanda sebenarnya tidak masalah dan tidak perlu ada tindakan khusus bagi penderita dalam berbaur di masyarakat dan bisa berbaur secara normal.

"Karena penularan HIV ini bukan air transmission tapi blood transmission. Jadi tidak bisa nular dari udara. Mau pelukan sama orang HIV tidak masalah. Jadi kita gak musti takut sama hiv, malah kita harus welcome supaya para penderita HIV ini bisa sadar dan mau berobat. Ini yang kita kejar," terangnya.

Sementara itu , diwawancari terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, Agustama mengatakan pihaknya sudah melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar terkait merebaknya kasus siswa terjangkit HIV.

"Kita sudah melakukan edukasi terhadap masyarakat bersama dinas kesehatan kabupaten Samosir," ujarnya.

Sedangkan terkait penanganan penyakit para siswa tersebut, Agustama menegaskan bahwa pihaknya akan ikut mengurus segala hal yang berkaitan dengan penahanan penyakit yang diderita oleh mereka.

"Penanganan penyakit tetap kita yang menangani. Pengobatannya kita yang tangani," ungkapnya.

Namun dia mengatakan terkait dengan adanya permintaan supaya siswa tersebut tidak bersekolah di daerah saat ini, Agustama mengatakan pihaknya tidak bisa cpur tangan karena itu merupakan wewenang dari dinas pendidikan.

"Kalau masalah mereka tidak bisa sekolah di sana kan bukan wilayah kita. Wilayah dinas pendidikan," terangnya.

Dikutip dari Tribun Medan