Jawaban Luhut Pandjaitan saat Diminta Komentari Foto Capres Prabowo, Hingga Penonton Tertawa
Pernyataan Luhut Pandjaitan melalui akun Youtube Talkshow tvOne yang tayang pada Jumat (30/11/18) kemarin dengan judul "E-Talkshow tvOne Bersama Luhut Binsar Pandjaitan".
Dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengomentari foto calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, Foto Joko Widodo, dan foto Megawati.
Acara itu dipandu oleh Wahyu Muryadi tersebut.
Awalnya Luhut menceriatakan kisah kariernya hingga jabatannya saat ini.
Saat ditanya soal kritikan yang ditujukan kepadanya, Luhut mengaku terbuka.
"Di zaman digital ini kan semuanya bisa terekam, kritik boleh saja tapi datanya apa," ujar Luhut.
Saat ditanya terkait nada bicara Luhut yang kerap terekam awak media, Luhut menjelaskan sambil tersenyum.
"Jadi begini, sebenarnya zaman digital kan semuanya ada jejaknya, kalau Anda kritik seseorang, Anda ngaca dulu, Anda sudah bener belum, kalau Anda maling, masak mengkritik orang maling, ntar elu dibongkar kebakaran jenggot," ujar Luhut.
Lantas Luhut mengatakan bahwa kritik harus berdasarkan data.
"Kalau Anda mengkritik tanpa ada data, kampungan menurut saya," ujarnya.
Terkait kritik pedas, Luhut mengatakan akan menjelaskan dengan data.
"Kalau ada kritik yang kita jelaskan dengan data misalnya saat ini daftar negatif investasi, kita lihat nggak ada yang perlu diributin kok," ujarnya.
Lantas Luhut memberikan contoh terkait UMKM.
"Soal UMKM, emang kita bego apa, kita juga nggak pingin rakyat kita menderita, kita lihat list-nya sat-satu, di mana kita salahnya, nggak ada kok,' jelasnya.
Luhut lantas menyindir sosok ekonom yang kerap memberikan kritik.
"Itu dia kritik, gue bilang, emang lu aja yang mikir UMKM, emang lu aja yang mikirin orang miskin, kita juga pernah miskin, malah yang bilang itu nggak pernah miskin," ujar Luhut.
Setelah itu, Wahyu Muryadi memberikan pertanyaan.
"Gini pak, banyak kritik pedas, soal kebijakan sertifikat tanah, dana lurah, itu gimana pak?"
Luhut lantas menjelaskan bahwa hal tersebut demi kesejahteraan rakyat.
"Apa yang dilakukan pemerintah bagus pasti dibilang pencitraan, ya biarin aja," ujar Luhut sambil tertawa.
Setelah itu, Luhut mendapatkan kuis yang berisi sejumlah foto.
Luhut diminta untuk memberi jawaban dengan 1 kata.
Saat diangkat foto Jokowi, Luhut tanpa bepikir panjang menjawab "hebat".
Penonton langsung memberikan tepuk tangan.
"Cepat amat, ya bosnya masak dibilang letoy, bisa bahaya, bisa dicopot," ujar Wahyu Muryadi.
Kemudian foto kedua adalah Megawati.
Luhut lantas memberikan jawaban "matang".
Foto ketiga adalah foto Prabowo Subianto.
Lantas Luhut memberikan jawaban.
"Teman", ujar Luhut sambil tersenyum yang disambut tepuk tangan penonton.
Luhut tanggapi pernyataan Prabowo soal utang
Prabowo Subianto yang menyebut pemerintah Indonesia hidup dari utang luar negeri.
Menurut Luhut Binsar, Indonesia bukan merupakan negara miskin.
“Negara kita enggak miskin-miskin banget kok. Tax ratio kita 12 persen, penerimaan APBN kita 83,5 persen dari pajak. Naik ini. Kita enggak ada masalah soal financing,” ujar Luhut Binsar di kantornya, Jakarta, Jumat (30/11/208).
Luhut Binsar menuturkan, menurut Bank Dunia, utang Indonesia sedikit.
Utang pemerintah Indonesia sendiri saat ini sebesar Rp 333,7 triliun.
“World Bank itu bilang state budget kita kredibel. Jadi kalau ada yang ngomong utang numpuk, orang World Bank itu malah bilang utangnya sedikit,” kata Luhut Binsar.
Atas dasar itu, Luhut Binsar menilai komentar Prabowo Subianto soal utang Indonesia tak mempunyai dasar.
“Jadi tidak betul itu. Asbun (asal bunyi) saja itu,” ucap dia.
Sebelumnya, Prabowo Subianto menyindir tentang kondisi perekonomian saat ini yang dianggap lebih baik oleh sejumlah tokoh politik.
"Semua itu karena bangsa kita utang. Bangsa kita hidup dari utang, bayar gaji dari utang. Bisa berbuat apa-apa dengan utang. Ini bukan ekonomi bisa langgeng, bisa lanjut. Tidak ada negara yang bisa hidup hanya dari utang," ujarnya saat bertemu relawan dan warga Yogyakarta di Sasono Hinggil, Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta, Rabu (28/11/2018).
"Utang perlu dan utang bisa, kalau utang digunakan untuk produksi. Ternyata utang kita digunakan untuk impor, dan merugikan rakyat sendiri," katanya.