Cari

Keluarga Ungkap Gara-gara Alat Tabung Oksigen Habis, Nyawa Bayi Amelia Tidak Tertolong

Posted 24-03-2019 16:39  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ibunda Amelia, Endang br Nababan, meratapi kepergian putri pertamanya yang masih berusia delapan bulan, Amelia Putri Karolina br Pinem, Sabtu (23/3/2019).

SIDIKKALANG -  Amelia Putri Karolina br Pinem, bayi berusia delapan bulan, meninggal dunia usai dirawat di RSUD Sidikalang.

Keluarga menuding, kematian putri pertama pasangan Bobby Pinem dan Endang Nababan ini disebabkan ketidakbecusan penanganan pihak rumah sakit.

Kasus ini viral di media sosial setelah paman Amelia, Ricardo Nababan, mengunggah video detik-detik bayi Amelia mengembuskan nafas terakhir, lalu mereka mengamuk kepada pihak rumah sakit.

Kasus ini sendiri terjadi pada Jumat (22/3/2019) lalu sekitar pukul 23.00 WIB.

Rikardo Nababan kala ditemui Minggu (24/3/2019) membeberkan, awal kejadian nahas yang menimpa keponakannya berlangsung sekitar pukul 15.00 WIB, Jumat (22/3/2019).

Saat itu, keluarga tiba di IGD RSUD Sidikalang sembari membawa bayi Amelia yang tengah sakit parah, karena sudah tiga hari mengalami demam dan mencret.

Tiga jam kemudian, pemeriksaan terhadap bayi Amelia selesai. Amelia didiagnosis oleh dokter mengalami dehidrasi.

Selanjutnya, Amelia dibawa ke ruang rawat Melur. Pada saat ini, Amelia sudah dipasangi infus, serta tabung dan selang oksigen.

Berselang sekitar satu jam kemudian, dokter yang berbeda datang dan memeriksa Amelia. Dokter tersebut mengatakan, Amelia mengalami infeksi paru-paru.

"Kami keluarga dibuat bingung, entah yang mana yang betul. Dokter di IGD bilang dehidrasi, dokter di ruang rawat bilang infeksi paru-paru. Satu institusi, bisa dua pendapat. Di IGD, dokter membolehkan diberi ASI, sedangkan di ruang rawat tidak," ujar Ricardo.

Sekitar pukul 22.00 WIB, lanjut Ricardo, kondisi Amelia memburuk. Nafasnya tersengal-sengal.

Manajemen RSUD Sidikalang akhirnya menyarankan keluarga Amelia untuk berkenan dirujuk ke rumah sakit yang ada di Medan. Sekelumit persoalan pun terjadi pada momen ini

"Dalam proses itu, kami menunggu lama. Kata petugas kepada kami, malam itu semua rumah sakit di Medan sedang tidak ada dokter anak. Setelah menunggu lama, barulah akhirnya ditemukan RS Bina Kasih Medan. Kami diminta untuk menyediakan uang Rp10 juta sebagai panjar," beber Ricardo.

Setelah rumah sakit ditemukan, persoalan lain timbul. Ambulans rumah sakit ternyata tidak ada.

"Kami melihat ada tiga ambulans di area parkir. Saat kami tanya, petugas bilang ketiga-tiganya rusak parah. Akhirnya, kami keluarga yang pontang-panting mencari ambulans ke puskesmas. Kami khawatir, Amelia keburu 'lewat' (meninggal dunia) jika tidak segera dilarikan ke Medan. Untungnya dapat," beber Ricardo lagi.

Singkat cerita, ambulans yang didapatkan keluarga tiba di rumah sakit. Saat Amelia digotong menuju ambulans, Ricardo merasa ada yang aneh dengan tabung oksigen yang terhubung ke hidung Amelia.

Fisik tabung oksigen panas dan bermassa lebih ringan dibanding sebelumnya.

"Sempat aku bilang, tabung oksigennya ini sudah habis. Namun petugas menjawab belum dan buru-buru membawa Amelia ke dalam ambulans,"

Perdebatan antara keluarga dan staf rumah sakit pun terjadi. Terlebih, pada saat itu, keluarga curiga melihat bayi Amelia tak bergerak lagi. Tarikan nafasnya, yang sebelumnya tersengal-sengal, juga sudah tidak ada.

Namun anehnya, petugas medis masih bersikukuh kala itu bayi Amelia masih bernyawa.

Barulah sesampai di ambulans petugas medis mengakui, tabung oksigen yang terhubung ke bayi Amelia sudah habis, dan Amelia meninggal dunia karena itu.

Tangis keluarga pun pecah. Sumpah serapah untuk manajemen RSUD Sidikalang keluar dari mulut keluarga. Seluruh staf rumah sakit bersembunyi.

Bahkan ada beberapa yang langsung buru-buru menuju parkir, kemudian memacu kendaraannya keluar meninggalkan rumah sakit.

"Sebetulnya kami menduga kuat keponakan kami (Amelia) sudah meninggal dunia di ruang rawat Melur. Itulah kelicikan mereka, agar seolah-olah keponakan kami meninggal dunia di dalam perjalanan menuju ke Medan, bukan di RSUD Sidikalang," ujar Ricardo geram.

"Padahal, sewaktu kami ketahui semua ambulans rumah sakit rusak, kami sudah menawarkan untuk menggunakan mobil kami saja, tetapi mereka (manajemen RSUD Sidikalang) 'ngotot' harus pakai ambulans," sambungnya.

Ricardo mengatakan, bayi Amelia sudah dikuburkan di kampung halaman mereka, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sabtu (23/3/2019) kemarin.

Keluarga, kata Ricardo, sama sekali tidak menuntut pertanggungjawaban materiil dari RSUD Sidikalang.

Pihaknya hanya ingin manajemen RSUD Sidikalang mengakui kelalaiannya dan meminta maaf kepada mereka secara terbuka, serta segera membenahi dan menambah fasilitas mereka.

Dikutip dari Tribun Medan