Hubungan Hulman Sitorus dan Koni Ismail Pecah
SIANTAR - Wakil Wali Kota Pematangsiantar Koni Ismail Siregar mengungkapkan unek-uneknya selama empat tahun menjadi pendamping Wali Kota Hulman Sitorus. Menurutnya, Hulman tak pernah menghargainya sebagai seorang wakil.
"Saya wakil yang tak dianggap. Saya dipandang tidak ada apa-apanya. Padahal kalau gak ada saya, gak menang. Tapi kenapa setelah dia jadi walikota dia tinggalkan saya. Sepersen pun rezeki gak pernah dibaginya sama saya. Padahal saya terus memperjuangkan dia menjadi walikota," kata Koni saat dihubungi melalui seluler, Minggu (14/12/2014).
Koni pun membantah jika selama ini dirinya dianggap ingin menurunkan Hulman.
"Selama ini keberadaan Wakil Wali Kota dianggap Walikota tidak ada. Lebih ironis lagi, dianggapnya Wakil Walikota ini musuhnya yang mengungkit-ngungkit dan memobilisasi massa untuk menjatuhkannya atas persoalan izajah palsunya, darah dan urin palsunya, dan unjukrasa-unjukrasa lainnya menyangkut kebijakannya yang tidak berpihak kepada masyarakat, ormas dan guru-guru. Padahal saya tidak pernah terpikir dan terniat tentang hal itu dan tidak pernah sama sekali melakukan itu," ujarnya.
Koni mengakui bahwa ini merupakan puncak amarahnya yang selama ini ia tahankan.
"Perilakunya terhadap Wakil Wali Kota selama ini memperlihatkan penzaliman. Saya merasa tersakiti, tertindas dan teraniaya. Semua orang punya batas kesabaran," katanya.
Koni pun siap membongkar kesemena-menaan Hulman selama menjabat Wali Kota.
"Dia merasa raja yang otoriter dan diktator. Tidak menghormati dan menghargai orang. Terutama ke saya sebgai partnernya yang sama berjuang meraih keberhsilan mendudukkan dia menjdi Wali Kota. Dianggapnya semua orang bisa diperdaya dengan kekuasaan dan uangnya," katanya.
Koni pun menyebut selama ini Hulman selalu memanipulasi pendapatan Pemko Pematangsiantar.
"Apalagi menyangkut APBD dan lain-lain. Siapapun yang terlibat dengan hal itu harus diungkapkan dan dilaporkan ke penegak hukum. Masak dia bilang ke saya, tentang pembagian dari setiap APBD dan proyek-proyek, pelantikan pejabat dll, dia tidak dapat, tidak tahu, tidak urus. Impossible kan! Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, manipu! Dia pikir abang dan masyarakat Siantar orang bodoh. Tidak sadar dia bahwa dialah orang yang seumur hidup abang yang abang temui paling bodoh! Tapi mengakali. Supaya kita sprti dia. Sudah saatnya kita bangkit dengan pembodohan-pembodohannya selama ini," katanya.