Cari

Gadis Kecil Boru Batak Dari Inggris Jatuh Cinta Pada Tanah Bonapasogit

Posted 03-01-2015 12:35  » Team Tobatabo

Pertengahan Nopember tahun yang lalu bersama putri saya Isabella, kami berkunjung ke Indonesia dengan tujuan berlibur. Selain untuk bersenang-senang kami juga ingin mengunjungi tanah kelahiran leluhur atau Bonapasogit. Sebagai Bangsa Batak yang menjunjung tinggi dan menghargai nilai kultur peradaban leluhurnya, di bumi  mana pun kita berpijak. Pada suatu saat kita akan kembali untuk menjenguk tanah kelahiran leluhur nya. Terutama untuk kita Bangsa Batak, itu sangat penting. Begitu juga dengan boru batak yang satu ini. Sejak lahir Isabella belum pernah menginjakkan kakinya ke tanah leluhurnya. Walaupun sebelumnya dia pernah berkunjung ke Indonesia tetapi dia hanya mengunjungi wilayah kepulauan lain bagian Nusantara, tepatnya Pulau Bali.

Gadis Batak kecil yang diberi nama lengkap Isabella Tianur Pakpahan, berdarah blasteran  Inggris ini lahir di Kota Stockport, Inggris lebih kurang 11 tahun yang silam. Bersama Ompungnya Isabella mengadakan perjalanan tour ke berbagai daerah Tapanuli Utara. Kamipun berangkat dini dari kota Siantar dengan tujuan Danau Toba Parapat. Ketika pertama kali dia memandang Danau Toba dari puncak bukit Parapat dia begitu terkagum-kagum akan keindahan dan kebesarannya danau tersebut. Hingga kami harus berhenti sejenak di puncak Panatapan agar dia dapat memuaskan kekagumannya akan Danau Toba. Dengan bukit-bukitnya yang curam dan pohon pinus yang menjulang tinggi, terlihat di kejauhan Pulau Samosir yang tersohor ke seluruh dunia itu.

Isabella gadis kecil yang sangat berbakat, dengan usianya yang relatif sangat muda dia hobbi melukis. Di kota dimana dia tinggal Isabella juga selalu mengikuti berbagai perlombaan seni melukis. Bahkan hasil lukisan gadis kecil boru Batak ini pernah dipajangkan di Museum kota kecil Buxton,Inggris. Selama tinggal di pulau Samosir, Isabella banyak menghabiskan waktunya dengan melukis akan keindahan Danau Toba.

Gadis Batak kecil yang diberi nama lengkap Isabella Tianur Pakpahan, berdarah blasteran  Inggris ini lahir di Kota Stockport, Inggris lebih kurang 11 tahun yang silam. Bersama Ompungnya Isabella mengadakan perjalanan tour ke berbagai daerah Tapanuli Utara. Kamipun berangkat dini dari kota Siantar dengan tujuan Danau Toba Parapat. Ketika pertama kali dia memandang Danau Toba dari puncak bukit Parapat dia begitu terkagum-kagum akan keindahan dan kebesarannya danau tersebut. Hingga kami harus berhenti sejenak di puncak Panatapan agar dia dapat memuaskan kekagumannya akan Danau Toba. Dengan bukit-bukitnya yang curam dan pohon pinus yang menjulang tinggi, terlihat di kejauhan Pulau Samosir yang tersohor ke seluruh dunia itu.

Isabella gadis kecil yang sangat berbakat, dengan usianya yang relatif sangat muda dia hobbi melukis. Di kota dimana dia tinggal Isabella juga selalu mengikuti berbagai perlombaan seni melukis. Bahkan hasil lukisan gadis kecil boru Batak ini pernah dipajangkan di Museum kota kecil Buxton,Inggris. Selama tinggal di pulau Samosir, Isabella banyak menghabiskan waktunya dengan melukis akan keindahan Danau Toba.

Artikel terkait : Gadis Cilik Boru Batak Menerima Piagam 5 Besar Dalam Perlombaan Seni Melukis di Derbyshire County, England

Setelah puas menikmati keindahan alam Danau Toba kemudian kami melanjutkan perjalanan ke kota Balige. Di kota ini kami singgah untuk menikmati makanan khas Batak, walaupun Isabella tidak menyukai makanan yang pedas tapi dia dapat menghabiskan dua piring babi panggang. Dari sini kami juga singgah ke Soposurung mengunjungi Makam Pahlawan si Raja Batak Sisingamangaraja ke XII. Isabella sempat bertanya dalam bahasa Inggris ‘Dad ‘Is there a King of Batak? I though only inEngland?‘ Lalu saya terangkan kepada dia dari zaman dulu hingga sekarang orang Batak itu adalah keturunan Raja. Dia pun tertawa kecil dan berkata, nanti setelah kita pulang ke Inggris saya akan bilang kepada teman-teman saya bahwa saya gadis keturunan Raja atau bangsawan. Dan saya pun tersenyum simpul melihat boru Batak kecil yang selain pintar meniup klarenet dan senang menunggang kuda ini.

Dari Balige kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pangaribuan sebelumnya kami sempat singgah Sipahutar. Desa yang masih asri dengan kebun nenas yang terhampar luas dimana-mana. Nenas Sipahutar terkenal dengan rasa manisnya bagaikan gula dan kuenya yang empuk ‘ombus-ombus’. Juga di desa ini terdapat Gereja HKBP yang mempunyai menara kembar, begitu unik mungkin gereja ini satu-satunya di Tapanuli yang mempunyai dua menara.

Selama dalam perjalanan Isabella sangat terkagum kagum akan keindahan alam Tanah batak, dengan jalan nya yang berkelok-kelok dan persawahan yang menghijau juga pemandangan bukit barisan nun jauh disana. Setelah dari Sipahutar kami pun melanjutkan perjalalan ke Pangaribuan. Pangaribuan Kota Kecamatan yang terletak di sebelah Selatan Tapanuli Utara sekitar 150 km dari kota Siborong-borong Dengan letak geograpisnya yang di dataran tinggi sekitar 2000 meter diatas permukaan laut. Daerah ini sangat sejuk buat pendatang dari Eropah tapi untuk penduduk lokal sangat dingin dengan temperatur cuaca berkisar 25-27c di siang hari dan sekitar 15-17c dimalam hari. Pangaribuan kota yang sangat penting ketika zaman penjajahan Belanda. Pada agresi militer Belanda ke II Desember 1948, banyak para pekerja Administrasi dari kota Tarutung mengungsi ke Pangaribuan. Selain daerah ini sangat terpencil juga sangat terlindungi dikelilingi oleh hutan-hutan berbukit.

Penduduknya umumnya bertani tapi banyak anak-anaknya yang merantau ke berbagai kota besar di Indonesia dan cukup sukses. Di kota Pangaribuan banyak terdapat marga Pakpahan,yang merantau ratusan tahun yang lalu dari Pulau Samosir dan juga ada beberapa marga lain seperti Sinaga, Gultom dan Sormin. Bahkan beberapa desa di Pangaribuan memiliki nama berasal dari nama desa di Pulau Samosir, seperti Lumban Garoga, Sigotom, Onan Runggu dll. Di kota ini untuk pertama kalinya Isabella bertemu dengan kakak dari Ompung Papanya yang dia panggil ‘Ito mangulaki’. Boru Pakpahan yang menikah dengan marga Dongoran berusia 85 tahun dan hanya dialah yang masih hidup dari 9 bersaudara. Begitu terharu akan pertemuan itu antara generasi muda gadis cilik Batak yang berusia 11 tahun yang datang jauh dari benua Eropah bertemu dengan boru Pakpahan senior 85 tahun. Walaupun dengan latar belakang yang berbeda ternyata mereka begitu cepat akrab. Isabella tidak begitu paham bahasa Indonesia apalagi bahasa Batak dan si Ompung tidak mengerti bahasa Inggris tetapi mereka dapat berkomunikasi dengan seadanya. Mungkin di karenakan masih satu darah.

Dari Pangaribuan kami melanjutkan perjalanan ke kota Tarutung. Di sini kami singgah di pemandian Air Soda, Isabella sangat senang sekali berenang di kolam itu. Kolam yang begitu aneh dengan airnya yang berbuih. Setelah puas berjalan jalan menikmati berbagai objek wisata di Tarutung kami pun melanjutkan perjalanan kembali pulang ke Pematang Siantar. Perjalanan yang sangat mengesankan.

Isabella gadis kecil yang mudah tersenyum dia banyak berkenalan dan berteman dengan anak-anak Batak selama dalam perjalanannya. Mempunyai cita-cita yang sederhana dia ingin menjadi seorang Guru. Isabella sangat terkesan akan keindahan alam tanah leluhurnya begitu juga dengan keramah tamahan penduduknya. Membuat Isabella jatuh cinta pada tanah Bonapasogit. Selama perjalanan tournya ke Bonapasogit dia sangat prihatin melihat keadaan banyak penduduknya yang masih miskin, walaupun alamnya yang begitu subur. Dia bertekad satu waktu setelah dia dewasa kelak ingin kembali ketanah leluhurnya untuk membangun tanah Bonapasogit yang makmur dan merata. Mari kita doakan semoga cita-cita gadis cilik ini dapat terkabul di kemudian hari.

Horas ma dihita sude manangna didia pe hita maringanan.

 

Sumber