Cari

Hal-Hal yang Bisa kamu Temui di Anjungan Sumatera Utara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Posted 18-02-2015 01:54  » Team Tobatabo

Provinsi dengan ibukota Medan ini terdiri dari 8 puak (suku) yang masing-masing memiliki adat istiadat yang berbeda. Sebagian besar masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam, sedangkan mayoritas mata pencaharian penduduknya sebagai petani, pedagang, dan nelayan.

Sumatera Utara merupakan salah satu dari banyak propinsi yang termasuk kedalam daerah wisata yang potensial, dengan objek wisata seperti Parapat, Berastagi, Danau Toba, Tomok, Ambarita, Simanindo, Pulau Nias, Kampung Lingga, Sibolga, Sipiso-piso, Pematang Siantar, dan lain-lain. Untuk mencapai Medan, bisa melalui jalur udara (Bandara Kualanamu), jalur darat (Trans Sumatera), dan jalur laut (pelabuhan Belawan).

Provinsi ini memiliki anjungan dengan 4 buah bangunan rumah adat, yaitu rumah adat Batak Toba, Nias, Batak Karo, dan Batak Simalungun. Bangunan lain yang terdapat di anjungan ini adalah tiruan dari tempat peranginan (Panca Persada) suku Melayu. Bagunan yang kecil dan unik ini pada hari Minggu dan hari libur digunakan sebagai tempat pertunjukan kesenian (musik, lagu dan tari) yang ditujukan kepada pengunjung sebagai sebuah sambutan.

Rumah adat besar yang nampak dominan adalah rumah adat Batak Toba, yang dihias dengan ukiran-ukiran besar dengan warna tradisional yang khas, yaitu merah, putih dan hitam. Sepasang Gajah Dompak pada bagian kiri dan kanan bangunan konon berfungsi sebagai penolak bala.

Pada masing-masing jendela tertulis segi-segi kehidupan masyarakat tradisional Sumatera Utara pada umumnya. Dua ruangan dalam bangunan ini dipergunakan sebagai tempat yang memperkenalkan berbagai aspek budaya masyarakat Sumatera Utara, sementara lantai atas juga berfungsi sebagai tempat pertunjukan dengan tempat duduk terbatas, sedangkan lantai bawah memamerkan sederetan diorama tentang sejarah, tata kehidupan, adat-istiadat, dan juga gambaran perjuangan pahlawan Si Singamangaraja XII.

Rumah ada Nias terletak diantara rumah adat batak Karo dan Batak Toba. Rumah mungil ini nampak khas dengan bentuk seperti perahu dan tampak langsing dengan topangan tiang-tiang penyangga. Bentuk rumah ini terdapat di Nias selatan, dimana dibagian depan rumah terdapat setumpuk batu setinggi pagar yang sesekali digunakan sebagai perlengkapan lompat batu, olah raga tradisional khas Nias, yang sering ditampilkan bersama atraksi Prajurit Nias.

Bagian paling barat adalah Rumah Adat batak Karo (Si Waluh Jabu) yang atapnya bertingkat tiga dan berbentuk segitiga. Konon, pembagian serba tiga ini melambangkan adanya ikatan sangkap siteluâ yaitu ikatan tiga kelompok keluarga yang terdiri dari Kalimbutu, Senina dan Sembunyak, sebagaimana pengertian dalihan na tolu (tungku nan tiga) pada masyarakat Batak Toba dan Tapanuli Selatan.

Di rumah ini terdapat hiasan Cicak yang konon merupakan hiasan penolak bala. Hal menarik lainnya ada pada hiasan di puncak atapnya yang berbentuk segitiga-segitiga.Pada setiap puncak segitiganya terpancang kepala Kerbau yang dalam kepercayaan tradisional dianggap sebagai lambing kesejahteraan bagi keluarga yang menghuninya.

Rumah adat Batak Karo di Anjungan ini berisi tentang berbagai aspek budaya seperti benda-benda kerajinan, disamping foto-foto tentang berbagai objek wisata dan segi-segi kehidupan masyarakatnya. Pada tempat ini dapat disaksikan berbagai kain Ulos, kain tenunan tradisional yang berarti selimut ini oleh masyarakat dianggap memiliki nilai sakral, dimana pemakainya dapat terbebas dari gangguan roh-roh jahat. Karena itu, Ulos dianggap sebagai sarana keselamatan, hingga pemberiannya kepada orang lain harus dilaksanakan dengan upacara khusus.

Masyarakat Sumatera Utara terkenal ulet dan gigih. Banyak diantara mereka menjadi perantau dan mampu bekerja keras dalam berbagai bidang. Namun mereka tak melupakan budaya daerahnya. Karena itulah, di hari Minggu atau hari libur sering diadakan acara seperti festival lagu batak, lomba Tari Melayu, atraksi Lompat batu, dan beberapa peragaan upacara adat seperti Upacara menyambut laut dan Manglahat Horbo serta pertunjukan si Gale-gale, patung kayu yang dapat menari.

Sumber