Batu Cincin Sulaiman Tulung Adam Juara di Gemstone Fair 2015 Tanjungbalai
Delapan tahun lalu dibeli seharga Rp 1.250.000, kini batu cincin kebanggaannya tidak disangka-sangka menjadi juara pertama pada perlombaan batu akik Gemstone Fair 2015 untuk kelas bebas, unik dan langka yang dilaksanakan mulai 19 sampai 22 Maret di Tanjung Balai.
“Batu cincin ini namanya Sulaiman Tulung Adam,” ujar Siran alias Aseng (51) warga Jalan Pramuka Kelurahan Tebing Kisaran Kecamatan Kota Kisaran Barat kepada wartawan, Selasa (24/3) sekaligus menunjukkan batu cincin tersebut dengan tiga warna kuning, putih serta oranye.
Didampingi rekannya Hendra Tanu Wijaya yang juga pengoleksi batu mulia, Aseng mengatakan tidak menduga batu cincinnya meraih peringkat pertama pada Gemstone Fair 2015. Jauh sebelum perlombaan, batu cincinnya pernah ditawari oleh seseorang seharga Rp 8 juta namun dia tidak mau menjualnya. Meraih juara, selain mendapatkan uang, tropi serta piagam penghargaan dari panitia, batu cincinnya juga telah disertifikatkan oleh Nusa Gems Report dengan Nomor NGR2015.ID-C1906 yang diidentifikasi Natural Agate Chalcedony.
Dijelaskan, akibat kecintaan pada batu mulia, dirinya sempat dikatakan gila terlebih ketika dirinya membeli batu Sulaiman Tulung Adam dengan harga jutaan rupiah. Orang-orang mencibir batu dimaksud tidak ada manfaatnya dan tidak dapat digadai atau dijual seperti emas maupun berlian. Sebelum booming batu cincin saat ini, lanjutnya, dia sempat memiliki ratusan jenis batu mulia. Namun, karena desakan ekonomi, Aseng yang berprofesi sebagai penjual es dan jual makanan terpaksa menjual satu persatu batu mulianya.
“Selain dijual, batu mulia saya banyak dibawa kabur maling ketika rumah saya kemalingan. Yang tinggal hanya batu Sulaiman Tulung Adam ini saja,” katanya.
Dijelaskan lagi, karena kecintaannya mengoleksi batu, dirinya mau tidak mau menjadi pandai mengasah batu hingga mengkilat. Kepandaian mengasah, diperoleh dari temannya yang tinggal di Rantau Prapat. Akibat kepandaiannya itu, rumah tempat tinggalnya terus dipadati oleh masyarakat pecinta batu untuk mengasah batu mulia agar lebih indah lagi.
“Untuk membuat batu mulia semakin mengkilat, saya biasa menggunakan bambu,” ungkap Aseng sembari mempraktekkan cara kerjanya.
Ditambahkan, keahlian yang dimilikinya dalam mengasah batu ternyata telah menjadi mata pencaharian baru bagi dirinya. Sejak awal tahun 2015 ini, karena tiba-tiba masyarakat booming terhadap batu mulia dia banyak menerima order mengasah batu mulia. ”Upah yang saya terima bervariasi, dari mulai Rp 50 ribu hingga sampai Rp 150 ribu,” pungkasnya.
Irwansyah Lubis, salah seorang pecinta batu sering mengasahkan batu mulia menyebutkan teknik pengasahan batu Aseng berbeda dari pengasah batu lainnya. Biasanya, kata dia, ketika hendak mengkilatkan batu mulia pengasah menggunakan bubuk intan. Hal ini tentu sangat berbeda dari Aseng, yang menggunakan bambu untuk mengkilatkan batu mulia.