4 Kenangan Natal Yang Membuat Kita Selalu Merindukan Keluarga
Dalam suasana Natal ini, kalian pasti teringat masa-masa kecil saat merayakannya dulu. Apalagi kalau kalian dari Bonapasogit, pasti ada hal berbeda antara natal di kampung dengan di perantauan.
Siapa yang gak ingat liturgi pertamanya dengan Kitab Kejadian pasal satu ayat satu: ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’.
Nah, dengan semangat Natal mari kita ingat lagi masa kecil kita waktu malam natal dulu.
Pertama, siapa dari kalian yang waktu pertama marliturgi malam Natal dulu yang lupa mau bilang apa karena gugup? Oh ya, ini kasus yang sering kita lihat waktu masih kecil dulu.
Pada awalnya kalian pede hingga ke langit. Ayat yang cuma 7 kata itu dihapal seharian. Tapi tetap saja ketika berada di atas panggung semua usaha keras itu terkadang buyar begitu saja.
Meski mamak sama bapak 'lip sinc' 7 kata itu untuk membantu. Malah yang lebih lucu lagi ada yang salah mengucapkan seperti ‘bada maulana Allah ciptakan angit dan umi.....udah’. Hmmm….
Kedua, sewaktu marliturgi itu ingatkah kalian dengan meriahnya warna-warni baju baru yang marliturgi itu serta make-up yang dikenakan? Bayangkan pakai baju baru waktu acara malam Natal, kurang apa lagi coba.
Anak laki-laki bajunya biasanya yang penting kelihatan rapi dan sepatu kelap-kelip. Sebaliknya anak perempuan dengan baju baru ala Putri Disney tidak akan lengkap tanpa gincu di bibir dan bedak di muka.
Biasa yang sudah make-up an akan berusaha agar gincu di bibirnya tidak hilang. Makanya ada yang ketika mengucapkan ayat liturginya akan berusaha sehati-hati mungkin agar gincunya tetap menempel.
Ketiga, selain liturgi, hal lain yang ditunggu-tunggu waktu ibadah Natal waktu kecil dulu adalah Drama Kelahiran Yesus Kristus. Bagi yang diserahi tugas peran pasti masih ingat kalau persiapan peran bukan hanya urusan Sekolah Minggu dan gurunya tapi juga urusan orang tua.
Jelaslah orangtua mana yang tidak bangga ketika anaknya tampil di panggung. Maka bagi orangtua batak pantang untuk tidak mempersiapkan anaknya dengan maksimal.
Meski tidak mempunyai peralatan yang memadai, guru sekolah minggu dengan orangtua dengan segala kreatifitasnya akan mencari jalan keluar dari kurangnya peralatan yang memadai.
Satu yang pasti adalah bagaimana orangtua dulu memakaikan ampas kopi sebagai ganti jambang dan jenggot bagi anaknya yang berperan sebagai Yusuf atau tiga orang bijak.
Keempat atau hal terakhir yang perlu diingat dalam perayaan malam natal di kampung adalah marnortor. Iya ini dia kegiatan yang bikin anak-anak Batak rebutan untuk ikut serta.
Waktu marnortor ini setiap orang tua bakal menyiapkan uang kertas recehan untuk dibagi kepada setiap peserta tor-tor. Ada orang tua yang memberi anak-anak tadi pecahan seribu, lima ribu, sepuluh ribu bahkan ada yang lebih.
Dengan uang di tangannya, mereka yang marnortor biasanya sudah berkhayal besok beli bongkar pasang atau guli. Namun apa mau dikata ketika marnortornya usai, biasanya guru sekolah minggu akan datang membawa kardus meminta uang tadi sebagai pelean. Kecewa memang, tapi karena demi pelean biasanya kecewa hanya sesaat. he-he-he
Beberapa hal tadi sebenarnya hanya beberapa hal kecil dari beragam hal yang bisa membuat kita ingat suasana malam natal di kampung. Mungkin masih banyak hal lain yang bisa diingat, tapi marilah kita sekarang membuat kenangan Natal yang baru, indah dan lucu untuk dinikmati lagi tahun depan.