Hariara Parjuratan Merupakan Pohon Bersejarah Bagi Bangso Batak
Hariara parjuaratan (sejenis beringin), pohon di mana Sisingamangara I dulu bergantungan, masih ada. Di bawahnya itu ada kompleks kerajaan Sisingamangaraja.
Di bawahnya lagi ada Batu Siukkap-Ukkapon, sebuah lubang yang dalam yang ditutup dengan batu, di mana Sisingamangaraja selalu mengucurkan darah binatang persembahan.
Karena dia berpantang makan darah. Jepang pernah mencoba menyelidiki dan mengukur kedalaman lubang itu.
Dua gulung tali diulurkan, tapi tidak menyentuh dasar lubang. Sementara tombak (hutan) Sulusulu berada di lokasi perkampungan marga Marbun.
Saat ini, di sana sudah ada penandanya. Hutan ini adalah tempat pertama kali Boru Pasaribu, ibunda Sisingamangaraja I, mendapat wangsit bahwa dia akan memperoleh anak yang di kemudian hari akan menjadi raja.
Di situlah dia sering marpangir (keramas), menyisir rambutnya dengan menggunakan jeruk purut. Boru Pasaribu acapkali berjemur dan bersemedi di atas batu. Lalu dekat pantai Danau Toba ada Aek Sipangolu (air kehidupan).
Di dekatnya terhampar Batu Hudulhundulan, tempat istirahat Raja Sisingamangaraja. Tak jauh dari situ ada hariara na marmutiha (beringin).
Katanya, kalau cabangnya patah menandakan Sisingamangaraja yang telah digantikan wafat. Kalau ratinganya yang patah, berarti ada keturunannya yang meninggal.
Kalau ada dari keluarga raja ini berpesta, maka daun-daunya akan ikut menari-nari. Makam Sisingamaraja XI ada di Bakara.