Fenomena Siar-siaron: Kabut Semu Fakta Dan Kebenaran
Posted 28-08-2017 13:46
» Team Tobatabo
Foto Caption: Ilustrasi Kesurupan (Google)
Siang itu, segerombolan massa yang begerak dengan beringas diiringi sumpah serapah sebagai luapan emosi yang semakin tidak terkendali memecahkan keheningan huta (kampung) di pinggiran kota kecil Laguboti.
"Bakar, bakar, bakar dia" teriakan provokatif terdengar mengerikan dari tengah-tengah masa yang bergerak sangat cepat kala itu. "Pamate mai, sibolis do jolma songoni (habisi saja dia, dia itu manusia iblis)" celetuk orang-orang yang ikut menonton amuk massa terhadap seorang pria yang diarak telanjang diselingin hantaman pukulan dan aksi kekerasan lainnya. Pria tersebut setengah semaput, masih berusaha mengelak dan memelas minta ampun dari dera pukulan yang semakin menjadi-jadi. Semakin keras suara iba-nya, semakin beringas amuk massa kepadanya.
Sebulan sebelumnya, kota Laguboti gempar dengan penemuan sesosok mayat yang setengah membusuk di pinggir sebuah kali irigasi, aek mardubur. Derasnya suara deburan air dari bendungan irigasi menjadi sumber inspirasi nama kali yang tak seberapa lebar ini. Dipagi yang tenang, diantara deburan air kali, seorang pemancing berteriak sekuat tenaga minta tolong seraya memanggil orang kampung. Sebuah sosok mayat wanita telanjang dengan tampak beberapa luka sayatan tergeletak tak bernyawa di antara semak-semak pinggir kali. Aroma busuk tak sedap merebak menandakan mayat ini sudah tergeletak tak bernyawa selama beberapa jari.
Kala itu aku masih remaja SMP, masih teringat berita penemuan tersebut membuat gempar Laguboti, begitu juga kota-kota di sekitarnya seperti Porsea dan Balige. Di kota kecil Laguboti, yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dimana hampir setiap orang saling mengenal satu sama lain, membuat masyarakat bertanya-tanya siapakah pelaku dan apa motifnya. Kasus kriminal seperti ini sangat jarang terjadi dan masyarakat sangat terguncang dengan kejadian tersebut.
Beberapa hari kemudian beredar informasi bahwa korban adalah wanita setempat, tapi motif, pelaku, dan kronologi kasus belum menemukan titik cerah saat itu. Minimnya barang bukti di TKP dan tidak adanya saksi langsung menjadikan kasus ini seperti hilang ditelan bumi secara perlahan.
Sebulan kemudian, orang-orang di Laguboti kembali geger. Orang-orang di Onan (pasar) Laguboti setengah hiteris dan berlari sambil berteriak bahwa pelaku pembunuhan sudah ditemukan. Sontak masyarakat memacu kendaraan menuju TKP. Darahku terkesiap sejenak, kemudian rasa ingin tahukupun membuncah. Menggunakan sepeda motor kamipun bergegas di TKP. Tiba di TKP, kami lihat asap sudah membubung. Sesampai disana tampak orang-orang menatap ke api dengan tatapan ngeri, sebagian orang muntah akibat mual melihat sosok tubuh yang mulai tampak mulai gosong dilahap si jago merah.
Beberapa saat kemudian kami mulai berbaur mencoba mencari dengar kronologi dan kejadian presekusi yang baru saja terjadi. Dari cerita yang beredar pelaku tertangkap dengan bantuan informasi kerabat yang Siar-siaron (kerasukan roh korban). Dengan mediasi tubuh trandensal ini didapat informasi bahwa pelaku adalah kekasih korban yang tinggal di kota lain. Motif pembunuhan adalah asmara percintaan karena korban menuntut kejelasan hubungan untuk dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Panik dengan hal itu, kalap, akhirnya si pria memutuskan mengakhiri hidup korban.
Anehnya informasi tersebut dibenarkan oleh si Pria tersebut saat diinterogasi oleh massa sebelum akhirnya dieksekusi. Lepas dari kemungkinan tekanan akibat persekusi, sebuat fenomena menarik sekaligus ganjil masih membekas di benakku hingga hari ini.
Meskipun jaman sudah modern hal-hal yang berbau supranatural terkadang menjadi suatu fenomena tersendiri dalam masyarakat Batak para umumnya. Masyarakat banyak yang menjadikan hal ini menjadi suatu pembenaran yang kadang didukung oleh fakta-fakta nyata lainnya yang di dapatkan di lapangan, yang kadang menjadi kesimpulan akhir dalam mengambil keputusan.
Kesurupan merupakan suatu hal yang lazim dalam adat Batak, hal ini kadang berguna sebagai media informasi dan sarana meminta pentunjuk untuk kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu hadatuon (perdukunan), kesurupan merupakan suatu elemen penting sebagai ritual perdukunan. Dalam adat Batak ada beberapa jenis kesurupan yang menurut saya memiliki fungsi, metode dan hasil yang berbeda.
Adapun Sorop atau kesurupan adalah istilah lazim dan umum yang sering dipakai masyarakat Batak. Sorop bisa dalam arti apa saja, roh leluhur, binatang legenda, ataupun halusinasi.
Dalam kasus diatas, Siar-siaron adalah salah satu kasus dengan metode roh masuk secara random dan acak untuk mencari media sebagai sarana komunikasi memberi informasi dan petunjuk tertentu akibat rentetan sebuah peristiwa tertentu. Dalam arti media tidak sadar dan mengetahui kejadian ini akan berlaku.
Dalam dunia Batak ada juga istilah Sordam, metode memanggil arwah orang yang telah meninggal. Hal ini pernah disebut dan juga menjadi karangan insiprasi buku "Sordam" oleh Suhunan Situmorang yang berkisah tentang seorang Ibu yang mencari informasi anaknya yang diyakininya telah meninggal dunia. Dalam metode Sordam ini, biasanya dilakukan para ahli supranatural dengan media tubuh manusia. Jika dibandingkan dengan Siar-siaron, jelas bahwa ada unsur kesengajaan dalam memanggil arwah.
Dalam dunia supranatural internasional, istilah sorop atau kerusupan disebut dengan possessed atau lebih bermakna dipengaruhi atau terpengaruh akan sesuatu hal. Dalam arti masih terbuka kemungkinan hal-hal tersebut dipengaruhi seperti faktor psikologi, fisik dan historical background. Dalam beberapa kasus, seseorang yang kesurupan ternyata mengungkapkan fakta secara tidak sadar setelah menyaksikan secara langsung kejadian, tetapi tidak berani mengungkapkannya. Hal ini memicu alam bawah sadar kita, untuk melepaskan tekanan dan beban psikis akibat rahasia yang kita simpan.
Walaupun begitu, studi kasus ini tetap menjadi sebuah kajian yang selalu diteliti secara ilmiah baik dalam lembaga penelitian atau akademi pendidikan. Dalam arti, fenomena hal ini bukanlah hal yang tabu atau juga tidak masuk akal. Tetapi sebuah hal yang lumrah terjadi kepada setiap manusia yang bisa kita pelajari sebab musababnya.
Satu yang perlu kita catat, sampai saat ini kebenaran informasi dari fenomena ini selalu menjadi tanda tanya. Kebetulan atau tidak beberapa kasus telah mampu memberikan fakta akurat sesuai yang terjadi dalam dunia nyata. Tetapi sebagai manusia yang tawakal, sebaiknya kita tetap melakukan cross re-check sebelum menjadikan hal tersebut sebagai patokan keputusan akhir.
Sebuah fenomena alam yang menyingkap sedikit tabir tentang dunia lain dibawah derasnya kemajuan teknologi dan informasi digital saat ini.
Salam, Horas..
Batubara, 28 Agustus 2017
Ondo Alfry Simanjuntak
Antara Fakta Adat dan Keyakinan
Opini |
8 tahun yang lalu
Opini |
8 tahun yang lalu
Opini |
8 tahun yang lalu
Opini |
8 tahun yang lalu
Opini |
8 tahun yang lalu