Karmel Napitupulu, ‘Kapten Trikora’ dari Tanah Batak Gugur-Hilang di Papua
"Untunglah ada pak Try Sutrisno, mantan Wapres RI. Beliau mengundang kami ke rumahnya untuk mengagendakan penabalan nama Kapten Anumerta Karmel Napitupulu menjadi nama kolam renang di Manokwari, Papua Barat (dulu Irian Barat), pada 6 November lalu, dalam rangka menyambut Hari Pahlawan 10 November 2017. Kalau bukan karena beliau (Try Sutrisno) yang meresponi laporan Danrem Letkol Inf Andri Simanjuntak, mungkin tak ada yang ingat pada Karmel Napitupulu yang gugur dan hilang dalam pertempuran pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan 'Operasi Trikora' dulu,"
Begitu ujar Kornel Hendra Napitupulu SE, salah seorang anak dari abang kandung almarhum Karmel Napitupulu di Medan, kepada SIB di kantornya, Kamis (9/11), setelah kembali dari Jakarta, bertemu mantan Wapres RI Jenderal TNI (purn) bersama Danrem Manokwari Letkol Andri Simanjuntak.
Atas pertemuan dan apresiasi jenderal yang juga mantan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI itu, Kornel bersama keluarga berharap agar ke depan Kapten Anumerta Karmel Napitupulu bisa diajukan dan dipertimbangkan sebagai salah satu pahlawan nasional. Pada prinsipnya, menurut Kornel yang disaksikan Danrem Manokwari itu, Try Sutrisno setuju dengan usulan itu karena Kapten Anumerta Karmel Napitupulu memang tercatat sebagai prajurit dengan 'keberanian luar biasa sehingga gugur dalam tugas pembebasan Irian Barat, pada Juni 1962', sebagaimana tertulis dalam surat penghargaan (semacam piagam) dari Direktorat Zeni Departemen Angkatan Darat TNI yang ditanda tangani Direktur Zeni Kolonel CZI Hartawan Wirjodiprodjo pada 26 November 1964.
Selain itu, Try Sutrisno secara khusus juga menyarankan agar Pemkab Simalungun segera membangun monumen Karmel Napitupulu di Parapat sebagai penghargaan dan kenangan heroik bagi masyarakat Sumut sendiri. Karmel sendiri adalah putra kelahiran Desa Tigaraja Parapat, pada 25 September 1933, yang merupakan putra ketiga dari Joseph Napitupulu. Karmel gugur di kancah pertempuran dalam status masih lajang, di usia 29 tahun.
Bersama beberapa sanak keluarganya, Kornel menuturkan paparan kisah rekan seperjuangan Karmel di masa Trikora dulu. Ketika itu, Karmel ikut dalam pasukan terjun payung untuk memasuki satu areal yang baru dibuka jalan masuknya oleh regu pejuang lainnya. Tapi, mungkin oleh faktor cuaca atau luas landasan terjun yang kurang memadai, Lettu Karmel (pangkatnya ketika itu) dan beberapa rekan sesama prajurit tersangkut di pohon, sehingga menjadi sasaran tembakan bagi tentara Belanda dari jarak kejauhan. Karmel dikisahkan mengalami luka serius dengan pendarahan hebat.
"Untuk menghindari korban lainnya, dalam kondisi itu bapauda saya Karmel langsung memerintah kan para anggota dan pasukannya untuk terus maju ke garis pertempuran, sebelum barisan musuh merangsek mendekat ke arah mereka. Ada beberapa anggota menolak dengan alasan ingin mengawal dan mengobati pak Karmel. Tapi Karmel menghardik agar dia ditinggal saja sambil bertahan dengan lukanya. Sejak itulah, tak ada lagi kabar tentang pak Karmel, tewas atau matinya kapan dan mayatnya dikubur di mana, hingga sekarang kami tak tahu. Dia puluhan tahun menjadi misteri dan nyaris dilupakan, apalagi tewasnya dalam kondisi lajang sehingga tak ada ahli waris keluarga. Syukurlah kalau pihak batalyon zeni tempur (Yon Zipur)-03 di Bandung telah mengenang Karmel dan mengabadikannya dalam bentuk nama gelanggang olah raga (Gelora) Karmel Napitupulu, dan nama TK-SD Karmel Napitupulu," ujarnya.
Karmel Napitupulu ternyata seangkatan dengan Try Sutrisno di Akmil 1961. Dari 56 alumni, Try Sutrisno urutan ke-14, sedangkan Karmel urutan 42. Mereka seangkatan juga dengan CJ Rantung (urutan 42, terakhir Gubernur Sulawesi Utara), I Gde Awet Sara (15), Subroto (urutan 23, Mentamben era Soeharto), Sahala Nababan (21) dan perwira lainnya yang rata-rata mencapai pangkat jenderal.
"Karmel Napitupulu memang terbilang gugur dan hilang di tanah pertempuran Trikora di Papua (Irian Barat). Kapten anumerta dari Sumut atau Tanah Batak di Simalungun itu nyaris terlupakan bersama sejumlah pejuang lain dari daerah lainnya yang seakan ditelan bumi. Nama Karmel kini justru terukir di tempat lain, Papua dan Jawa. Untunglah ada pak Try Sutrisno yang peduli pejuang dan mengingatkan agar nama atau monumen Karmel Napitupulu juga dibuat di kampung halamannya sendiri," papar Kornel optimis dengan nada berterima kasih kepada mantan Wapres dan mantan Pangab Try Sutrisno.
Hari ini, 10 November 2017, salam hari pahlawan. Ternyata masih ada tokoh atau pejuang yang nyaris terlupakan negara. Wajar kalau Kornel dan keluarga berharap kapten anumerta Karmel Napitupulu bisa masuk daftar pahlawan nasional, seperti para heroik bangsa lainnya.