Keren! Ulos, Cendera Mata Khas di Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali
BALI - Ulos kembali menjadi salah satu cendera mata utama dalam perhelatan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali. Kehadiran sejumlah pemimpin dan pengambil kebijakan keuangan dunia di atas panggung acara “Bali Fintech,” salah satu acara di sela-sela pertemuan tahunan itu, di Badung, Bali, Kamis (11/10), dengan menyampirkan ulos, menjadi sorotan luas.
“Ada 30 ulos Tumtuman yang kami siapkan sejak 20 bulan lalu. Ditenun langsung oleh para pengrajin di Silaen, Tobasa Samosir, Sumatera Utara,” ujar penggiat tenun, Torang Mt. Sitorus kepada VOA.
Lebih jauh ia menjelaskan mengapa memilih memberikan ulos Tumtuman. “Tumtuman atau hohos lazim digunakan sebagai tali-tali (ikat kepala) yang digunakan oleh Raja atau Tetua Batak, dapat juga digunakan oleh anak sulung Hasuhuton (julukan bagi tuan rumah/penyelenggara acara adat.red). Kain dengan ukuran berbeda juga dapat dipakai istri Hasuhuton sebagai selendang,” tambahnya.
Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan tamu undangan yang hadir di "Bali Fintech" di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, 11 Oktober 2018. (Foto courtesy: Setpres RI).
Ulos yang merupakan tenun tangan tradisional Tanah Batak juga menjadi cendera mata yang diberikan kepada peserta pertemuan tahunan serupa di Washington DC, pertengahan April lalu. Ketika itu Kerry Pandjaitan, salah seorang yang mengawasi langsung pembuatan kait kebanggaan masyarakat Batak itu mengatakan jenis ulos yang dipilih adalah ulos Harungguan.
“Ini berasal dari Muara, Tobasa, Sumatera Utara. Seluruh penenun berasal dari Tobasa. Secara khusus kami menggunakan kombinasi warna alam dan sintetis karena sedang mencoba merevitalisasi kembali ulos yang menggunakan pewarna alam,” ujarnya.
Ulos Bermakna Sangat Dalam, Penghormatan dan Kasih Sayang
Lebih jauh Torang Mt. Sitorus mengatakan bahwa kain ulos merupakan tenun tangan tradisional yang digunakan dalam berbagai momentum penting dalam kehidupan masyarakat Batak, “dari sejak seorang ibu mengandung bayi sampai dengan upacara kematian,” ujarnya.
Menurutnya, keindahan dan ketahanan ulos membuat kain ini dapat disimpan untuk digunakan dalam waktu bertahun-tahun, bahkan diwariskan ke generasi berikutnya. Torang menggarisbawahi bahwa “secara umum memberikan Ulos mengandung nilai penghormatan dan kasih sayang.”
Di akun Facebooknya, Torang menulis “kepala kami penuh diisi program kerja, besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, belum pesanan kain yang penuh sampai 2019, jadi gak ada waktu buat pengganggu. Maju terus. Kain kami dipakai pembesar di Nusa Dua Bali,” dilengkapi beberapa foto yang menunjukkan sebagian pejabat terkemuka mengenakan ulos.
Para pejabat yang hadir dalam acara "Bali Fintech" mengenakan ulos selama berlangsungnya acara di Badung, Bali, 11 Oktober 2018. (Foto courtesy : Torang Mt. Sitorus)
Para pemimpin dan pengambil kebijakan keuangan dunia sumringah ketika mendapat cendera mata itu dan mengenakannya di berbagai forum yang dilangsungkan di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali.
Christine Lagarde Puji Kekayaan Warisan Budaya Indonesia
Sehari sebelumnya (10/10) Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang mengunjungi langsung salah satu sudut paviliun Indonesia yang memamerkan berbagai kerajinan, memuji kekayaan warisan budaya Indoneisa.
Lagarde yang dikenal sebagai pencinta tenun kemudian mencuit di Twitter-nya, “Ketika mengunjungi paviliun Indonesia di #IMFMeetings, saya terpesona dengan kekayaan warisan budaya negeri ini. Mendengar dan belajar dari para seniman lokal, mengingatkan saya bahwa kreatifitas dan keindahan adalah kekuatan yang menyatukan kita, tidak peduli dari mana kita berasal.”