Rikki Simanjuntak, Anak yang Selalu Membantu dari Perantauan itu Hilang di Papua, Keluarga Menanti di Kampung Halaman
TOBASA - Tak pernah terlintas dalam pikiran Edison Simanjuntak(69) sebelumnya, anaknnya Rikki Simanjuntak yang merantau dan bekerja di Bumi Cendrawasih, Papua hilang tak berkabar.
Beberapa waktu lalu pria yang sempat bangga anaknya ikut bekerja dan mensukseskan program Presiden Jokowi dalam proyek pembangunan jembatan Jalan Trans Papua, di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua itu hanya bisa menunggu kabar lewat berita media.
Anaknya Rikki Simanjuntak (27) ikut menjadi korban kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Puncak Kabo dan hingga kini belum ditemukan. Ayah lima anak itu kini hanya duduk di depan televisi tabung di ruang tengah rumah kayu kontrakan di Tepian Danau Toba, tepatnya di Kelurahan Napitupulu Bagasan Sosor Dolok, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sabtu (8/12/2018) tengah Malam.
Ditemani anak keduanya Aldo Simanjuntak serta keluarga lainnya mereka berharap kabar tentang anggota keluarganya yang belum ditemukan. Istrinya sudah terlebih dahulu menghadap yang Maha Kuasa pada Februari 2018 lalu.
Ia berharap anaknya segera ditemukan
“Sai anggiat ma asi roha ni tuhan i tunhami, unang tarhirim be ahu. Dapot ma niam imana, (Semoga Tuhan mengasihi kami, agar aku tak selalu menunggu), ucapnya.
Ayah lima anak ini terkadang termenung di atas kursi plastik dengan dengan wajah cemas penuh harap.
Rikardo anak kempatnya, warga Balige Sumatera Utara ini merupakan salah satu pekerja di proyek jembatan Trans Papua.
Edison menyebut anaknya Rikki sudah bekerja setahun belakangan dan jadi karyawan PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek jembatan Trans Papua.
Mereka terakhir berkomunikasi dengan putranya pada Rabu, 28 November 2018 lalu.
Hingga saat ini mereka juga belum mendapatkan informasi dari pemerintah pusat, baik Pemkab Tobasa terkait keberadaan anaknya di Papua.
Pada Rabu 28 November, dia berkomuikasi dengan anaknya melalui Telepon dan meminta agar ayahnya memperbaiki telepon genggamnya agar bisa berkomunikasi lebih baik.
Lalu, setelah itu menurut informasi yang didapat ayahnya, anaknya Rikki dan korban lainnya diminta lagi untuk kembali ke lokasi pada 1 Desember dan bekerja. Padahal, pada akhir pekan biasanya mereka tidak bekerja.
“Ternyata pada tanggal 1 Desember saya tidak jadi ditelepon dan seharusnya tidak bekerja pada akhir pekan,”tambahnya.
Namun, pada tanggal yang sama mereka mendapat kabar dari Wamena kalau anaknya ikut menjadi korban kelompok bersenjata di Papua. Pada kabar tersebut, sempat disebut nama anaknya ikut meninggal dan tertulis pada nomor 23 di daftar-daftar yang meninggal hingga membuatnya kebingungan.
Karenanya, dengan kondisi apa pun dia berharap anaknya dapat dievakuasi dari lokasi kejadian. “Mohon kepada Bapak Presiden RI Jokowi, atau pun bapakb Luhut, saya orang Batak yang susah. Sesudah datang berita ini, tensi saya pun sudah menurun. Makan pun tidak bisa, mohon kepada Bapak Luhut,”harapnya.
Tak pernah terlintas dalam pikiran Edison Simanjuntak(69) sebelumnya, anaknnya Rikki Simanjuntak yang merantau dan bekerja di Bumi Cendrawasih, Papua hilang tak berkabar.
Beberapa waktu lalu pria yang sempat bangga anaknya ikut bekerja dan mensukseskan program Presiden Jokowi dalam proyek pembangunan jembatan Jalan Trans Papua, di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua itu hanya bisa menunggu kabar lewat berita media.
Anaknya Rikki Simanjuntak (27) ikut menjadi korban kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Puncak Kabo dan hingga kini belum ditemukan. Ayah lima anak itu kini hanya duduk di depan televisi tabung di ruang tengah rumah kayu kontrakan di Tepian Danau Toba, tepatnya di Kelurahan Napitupulu Bagasan Sosor Dolok, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sabtu (8/12/2018) tengah Malam.
Ditemani anak keduanya Aldo Simanjuntak serta keluarga lainnya mereka berharap kabar tentang anggota keluarganya yang belum ditemukan. Istrinya sudah terlebih dahulu menghadap yang Maha Kuasa pada Februari 2018 lalu.
Ia berharap anaknya segera ditemukan
“Sai anggiat ma asi roha ni tuhan i tunhami, unang tarhirim be ahu. Dapot ma niam imana, (Semoga Tuhan mengasihi kami, agar aku tak selalu menunggu),ucapnya.
Ayah lima anak ini terkadang termenung di atas kursi plastik dengan dengan wajah cemas penuh harap.
Rikardo anak kempatnya, warga Balige Sumatera Utara ini merupakan salah satu pekerja di proyek jembatan Trans Papua.
Edison menyebut anaknya Rikki sudah bekerja setahun belakangan dan jadi karyawan PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek jembatan Trans Papua.
Mereka terakhir berkomunikasi dengan putranya pada Rabu, 28 November 2018 lalu.
Hingga saat ini mereka juga belum mendapatkan informasi dari pemerintah pusat, baik Pemkab Tobasa terkait keberadaan anaknya di Papua.
Pada Rabu 28 November, dia berkomuikasi dengan anaknya melalui Telepon dan meminta agar ayahnya memperbaiki telepon genggamnya agar bisa berkomunikasi lebih baik.
Lalu, setelah itu menurut informasi yang didapat ayahnya, anaknya Rikki dan korban lainnya diminta lagi untuk kembali ke lokasi pada 1 Desember dan bekerja. Padahal, pada akhir pekan biasanya mereka tidak bekerja.
“Ternyata pada tanggal 1 Desember saya tidak jadi ditelepon dan seharusnya tidak bekerja pada akhir pekan,”tambahnya.
Namun, pada tanggal yang sama mereka mendapat kabar dari Wamena kalau anaknya ikut menjadi korban kelompok bersenjata di Papua. Pada kabar tersebut, sempat disebut nama anaknya ikut meninggal dan tertulis pada nomor 23 di daftar-daftar yang meninggal hingga membuatnya kebingungan.
Karenanya, dengan kondisi apa pun dia berharap anaknya dapat dievakuasi dari lokasi kejadian. “Mohon kepada Bapak Presiden RI Jokowi, atau pun bapakb Luhut, saya orang Batak yang susah. Sesudah datang berita ini, tensi saya pun sudah menurun. Makan pun tidak bisa, mohon kepada Bapak Luhut,”harapnya.
Baginya, Rikki Simanjuntak kelahiran 1991 itu selama ini selalu menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Rikki yang akrab dipanggil Ricardo di kampungnya itu katanya sudah merantau sejak tahun 2012 lalu.
Pada saat itu, ibunya mulai jatuh sakit Rikki tetap bekerja keras di Wamena, Papua. Terbilang 7 tahun ibunya Tiurlan Napitupulu (kini almarhum) sakit, Rikki bekerja keras untuk menyembuhkannya.
Rikki pun sempat memilih pulang ke kampung selama dua tahun untuk merawat ibunya yang sakit pada 2016.
Tahun 2016, sampai 2018 Februari Rikki merawat ibunya agar sembuh dari sakit.
Namun takdir berkata lain, meski Rikki telah berupaya merawat ibunya, Februari 2018 Tiurlan Napitupulu berpulang.
Sejak ibunya almarhum Tiurlan Napitupulu meninggal pada Februari 2018 lalu, dia pun kembali merantau ke bumi cendrawasih tersebut pada April 2018 demi membantu menghidupi keluarganya di Balige.