Tewas Dikeroyok di UNIMED, Joni dan Stefan ternyata Tauke Bawang dan Anak Pensiunan Polisi
MEDAN - Dua pria tewas diamuk massa di kawasan kampus Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (19/2/2019) petang. Keduanya dipukuli setelah dituduh mencuri helm dan sepeda motor.
Kedua pria yang tewas masing-masing Joni Pernando Silalahi (30) dan Stefan Samuel Hamonangan Sihombing (21).
Keduanya merupakan warga Jalan Tangkul I, Kelurahan Siodorejo, Medan Tembung.
Aksi main hakim sendiri yang menewaskan Joni dan Stefan dilaporkan ke pihak kepolisian Polsek Percut Sei Tuan, kemudian turun ke lokasi kejadian. Petugas melarikan Joni dan Steven ke Rumah Sakit Haji.
tribun-medan.com lalu mencari keberadaan rumah salah seorang korban atas nama Stefan Sihombing dikediamannya di Jalan Perjuangan rumah bercat kuning, tepatnya di depan Lucky Net dan Mami laundry.
Seorang perempuan berbaju cokelat mengenakan celana berwarna ungu memakai behel duduk di depan rumah. Ada mobil rahayu dan papan bunga bertuliskan kemalangan untuk Stefan
Ada papan bunga.
Sekitar 15 menit kemudian, keluar seorang anak remaja menggendong adik bayi.
Tak lama setelahnya, datang sang bapak yang mengenakan tongkat dibopong oleh anaknya tersebut.
Dia lah ayah korban Stefan, Poltak Sihombing (62) awalnya tidak banyak berbicara.
Terungkap Poltak adalah pensiunan Polri dengan pangkat terakhir Aiptu. Terakhir ia bertugas di SPN Sampali 2015.
Poltak kecewa pada SPKT Polsek Percut Seituan. Karena saat ia membuat laporan jam 2 malam ke Percut Seituan, malah disarankan untuk keesokan harinya membuat laporan.
Poltak menuturkan bahwa saat ia mengetahui kabar itu dari seorang mahasiswa yang mendatangi kediamannya.
Ayah Stefan Sihombing, Poltak Sihombing saat ditemui di rumah duka, Kamis (21/2/2019). (Tribun Medan)
Ia langsung bergegas menuju Unimed. Namun sesampainya di Unimed sudah tidak ada orang.
"Info yang aku dapat kondisi dia sudah koma di kantor Satpam. Waktu di rumah sakit langsung masuk ICU," kata Poltak, Kamis (21/2/2019).
Poltak mengatakan Stefan anak bungsu dari tiga bersaudara dan dikenal tidak pernah aneh-aneh selama hidup.
"Dia orangnya baik, nggak pernah aneh-aneh terakhir dia kerja doorsmeer di rumah kita ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Poltak beberkan bahwa mahasiswa Unimed itu seperti pembunuh. Karena menurutnya sebelum ini ada juga orang meninggal disitu.
"Cemanalah 9 kereta hilang di situ, kalau tidak ada dugaan bermain Satpam mana mungkin itu bisa terjadi. Rektornya harus bertanggungjawab," tuturnya.
Poltak heran mengapa anaknya yang awalnya dituduh tidak ada STNK, kemudian dituduh mencuri sepeda motor.
Bahkan Joni hingga menelepon istrinya yang sedang hamil untuk mengantarkan STNK dan BPKB ke Unimed. Namun sesampainya di Unimed kondisi Stefan dan Joni sudah terkapar di kunci dalam Pos Satpam.
"Ini kan pembunuhan tidak manusiawi. Kalau dia mencuri kan ada polisi. Tapi ini STNK ketinggalan dituduh mencuri, dan parahnya saat kritis alibinya karena dia curi helm, kejam kali itu. Padahal si Joni itu kaya raya. Bapaknya toke bawang dan kalau mau beli motor 10, bisa dibelinya," beber Poltak.
Poltak menyebut penganiayaan anaknya beserta temannya terjadi di dekat Fakultas olahraga.
Ia tak menyangka Stefan begitu cepat pergi meninggalkannya.
"Kalau bisa nyawa tukar nyawa, tapi aku serahkan semua sama polisi. Seharusnya ke Percut Seituan ,dia lamban, makanya aku minta di tangani Polrestabes Medan," ujar Poltak.
Sedangkan Sutan Silalahi abang sepupu korban Joni Pernando Silalahi (30) saat ditemui di rumah duka di Jalan Tangkul I, Kelurahan Sidorejo Hilir, Kecamatan Medan Tembung, tidak menyangka adik sepupunya menjadi bulan-bulanan massa hingga meninggal dunia dengan penuh luka pukulan.
Saat ditemui di rumah duka, Sutan mengatakansetahu pihak keluarga, Jono beserta temannya hendak menjumpai temannya di Unimed.
Soal tudingan pencurian sepeda motor akibat Jono tidak membawa STNK saat keluar dari Universitas Negeri Medan, Sutan menjelaskan, Joni sempat menelpon istrinya untuk membawa BPKB ke Unimed, dikarenakan STNK terbawa oleh mertuanya ke Penang.
Namun saat keluarga datang untuk membawa BPKB kendaraan, korban sempat disembunyikan dan satu jam kemudian baru diketahui keberadaannya di Pos Satpam.
"Kondisinya saat ditemukan tergeletak dan mengeluarkan darah. Bisa dibilang dalam kondisi koma. Karena dia sudah tidak berdaya saat diangkat," tuturnya.
''Yang jelas saat kejadian itu dia tidak ada mencuri seperti yang dituduhkan. Namun beredar lagi bahwa ia maling helm. Sementara saat kejadian tidak ada helm. Entah helm siapa itu yang tiba-tiba muncul," katanya.
Sambung pria berkulit sawo matang ini, sementara keekonomian Jhony terbilang berkecukupan lantaran ia berjualan bawang di MMTC.
"Dia sehari-harinya bekerja di pasar, bisa dibilang toke bawang di MMTC," kata Sutan.
Ia menuturkan bahwa dengan kejadian seperti ini pihak keluarganya tidak terima. Lantaran sang adik dituduh sebagai pencuri sepeda motor.
Soal main hakim sendiri yang dilakukan oleh pihak Satpam Unimed, Sutan mengaku tidak bisa menerima hal itu.
"Mereka itu kan Satuan Pengamanan (Satpam). Seharusnya Satpam itu untuk menegakkan hukum membela. Dia hanya bisa mengamankan, tapi kenapa ini Satpam malah menganiaya dan membuat tindakan kriminal," bebernya.
"Upaya hukum sudah kita lakukan buat LP ke Polsek Percut Seituan. Namun telah kita limpahkan ke Polrestabes Medan. Kita minta kasus ini diusut hingga tuntas," sambungnya.
Ditanya soal kondisi terakhir sebelum Joni meninggal, Sutan mengaku untuk hasil visum belum diberitahukan oleh pihak kepolisian.
"Kalau untuk luka bagian luar kami melihat dengan kasat mata dibagian kepala pecah bisa dibilang, hingga mengakibatkan lubang yang lebar. Kalau dugaan akibat benda tumpul seperti kayu atau benda keras lainnya," ungkap Sutan.
"Bagian luka ada di posisi depan badan banyak dan >belakang badan. Tapi paling parah di bagian kepala," urai Sutan.
Sutan menerangkan bahwa ia tidak sempat menjumpai adik sepupunya dalam kondisi hidup.
Baca juga 4 Pelaku Pengeroyokan Joni dan Stefan hingga Tewas di Kampus Unimed Dikabarkan Ditangkap Polisi
Humas Unimed belum bisa dikonfirmasi
Dua hari berselang pascakejadian, Tribun-medan.com coba untuk mengkonfirmasi fakta baru meninggalnya dua orang akibat penganiayaan di lingkungan kampus Unimed.
Di depan gedung beberapa orang Satpam terlihat berdiri untuk berjaga-jaga menjalankan tugas.
Setelah diperkenankan masuk kami ditujukan ke arah ruang Pusat Informasi dan Pelayanan Terpadu Unimed.
Di Gedung Pusat Informasi dan Pelayanan Terpadu Universitas Negeri Medan (Unimed) tampak sepi hanya ada seorang wanita yang duduk fokus di depan layar komputer.
Tak lama kemudian datang seorang pria bertubuh gempal mengenakan kemeja biru dengan rambut cepak berkulit sawo matang menghampiri. Dia seperti tidak saat menjumpai awak media.
"Bapak sedang tidak ada di tempat. Dia sedang ke Bali ada kerjaan. Hari senin mungkin pulang, hari Senin aja ya datang lagi untuk wawancara," kata Andre, Kamis (21/2/2019).
Beberapa awak media sempat mengarahkan agar Andre menelepon yang bersangkutan Humas Unimed M Surip untuk diberikan mandat memberikan informasi. Namun ia mengaku Humas tidak bisa ditelepon.
"Bapak tidak bisa ditelepon dari tadi," katanya.
Setelah 30 menit kemudian, sekitar pukul 14.26 WIB seorang pria mengenakan kacamata menggunakan kemeja batik datang menghampiri.
"Paling jam 3 bapak balik biasanya," katanya.
Saat dilayangkan pertanyaan apakah benar M Surip sedang pergi ke Bali karena ada kerjaan, pria ini sempat mengerutkan dahinya.
"Tapi hari ini memang belum ada nampak dari pagi bapak," ujarnya.
Foto Ayah Stefan Sihombing, Poltak Sihombing saat ditemui di rumah duka, Kamis (21/2/2019). (Tribun Medan)
Satu jam berselang, karena orang yang diharapkan untuk memberikan informasi tidak kunjung menampakkan batang hidung dan memberikan kejelasan. Awak media akhirnya membubarkan diri.
Padahal Rabu (20/2/2019), Surip masih bisa dikonfirmasi soal aksi main hakim sendiri yang menewaskan Joni dan Stefan.
"Mereka satu harian sudah diintai oleh petugas keamanan dan beberapa mahasiswa. Memang mereka tertangkap tangan mengambil helm dan sepeda motor," kata Surip.
"Jadi di pintu keluar, mereka didapatkan oleh petugas keamanan. Diteriaki maling dan langsung banyak mahasiswa berdatangan," sambungnya.
Surip menjelaskan bahwa selama ini di dalam kampus sudah sering hilang motor pegawai serta mahasiswa dan ujung-ujungnya selalu petugas keamanan yang disalahkan.
Rupanya sebelum kejadian, dua pelaku ini sudah diintai dalam seminggu terakhir. Karena sering masuk kampus sore-sore, terkadang hilang kadang datang, begitu terus berulang.
"Makanya kita intai dan kedapatan dan dihakimi massa di pintu keluar," ungkap Surip.
Ditanya apakah pelaku diduga pernah beraksi di Unimed sebelumnya, Surip menduga bisa saja hal itu pernah terjadi. Karena mereka sering masuk kampus dengan pakaian biasa.
Lanjut, soal apakah petugas keamanan telah melakukan pengamanan sesuai SOP, Surip beberkan bahwa petugas keamanan telah melerai mahasiswa untuk menghakimi dan langsung melaporkan ke polisi.
Polisi agak lama datang karena mau magrib. Setelah datang langsung pelaku dibawa keluar oleh polisi.
"Kami tidak tahu kelanjutan mereka itu. Waktu dibawa keluar kampus mereka masih hidup. Orang masih bisa berjalan, tapi memang yang satu sudah tidak bisa jalan," urainya.
Lebih lanjut, soal adanya dugaan mati di hakimi massa, Surip menuturkan bahwa petugas keamanan sebenarnya sudah membantu melerai. Bahkan beberapa pegawai masuk juga untuk membantu melerai.
"Mungkin kalau ada pemukulan, karena mereka sudah kesal dan tidak bisa dibendung lagi," beber Surip.