Martandang, Cara ‘PDKT' Orang Batak yang Laki Banget!
Bicara soal cinta-cintaan, pernah gak kalian bayangkan bagaimana ompu-ompu na jolo melakukan pendekatan alias PDKT kepada wanita yang disukainya?
Padahal dulu belum ada mal, bioskop, handphone dan media sosial yang banyak dijadikan tempat atau alat PDKT anak-anak muda (naposo) sekarang.
Asal kalian tahu, tidak adanya sarana seperti itu justru membuat ompung-ompung dulu kita punya cara yang laki banget dalam mendekati wanita. Namanya martandang!
Gak perlu ajak ketemu mal-mal atau kebanyakan chatting di HP, datangi langsung rumah orangtuanya. Kurang gentleman apa lagi coba?
Jadi ketika pemuda Batak dulu mengunjungi rumah gadis idamannya dari huta lain dengan niat berkenalan (syukur-syukur marrokkap), itulah martandang.
Biasanya beberapa pemuda dari satu huta (kampung) pergi ke huta sebelah. Setibanya di huta yang dituju, para pemudi dari huta yang dikunjungi itu akan bersama-sama menghadapi para pemuda yang datang.
Martandang biasanya dilakukan di halaman huta si perempuan dengan pengawasan natua-tua (orang-orang tua).
Saat menemani ngobrol si cowok yang martandang ini, biasanya si cewek sambil martonun (bertenun) atau manduda eme (menumbuk padi) dan menampi beras.
Awalnya martandang memang tidak melulu soal cinta. Lalu soal apa?
Obrolan mereka awalnya cuma berkisar pada hal-hal biasa, karena masih malu-malu.
Setelah pemudanya sudah mengumpulkan cukup keberanian, barulah mereka akan berbalas pantun (undang-undang/marhuling-hulingan) yang iseng dan enaka atau malah bernyanyi bersahut-sahutan. Macam film India saja ya...
Terus kalau ito itu sudah tertawa barulah pemuda itu memberi kode-kode cinta. Masuk tuh barang...
Luar biasanya lagi para pemuda yang martandang bakal disuguhi minuman dan makanan ringan. Nah, kurang enak apalagi kan pria Batak dulu. (Kalau sekarang, ngajak nonton atau makan di mal, kau sendiri yang bayar kan..hehe)
Kalau si pemuda merasa sudah kemalaman saat martandang dan malas pulang ke huta-nya, dia dengan bermodalkan ulos akan tidur di sopo (balai pertemuan) di huta pujaan hatinya. Martandang seperti ini disebut martandang modom.
Nah, jika seiring pertemuan yang intens hingga keduanya makin akrab besar kemungkinan keduanya saling jatuh cinta.
Kalau sudah cinta lalu bagaimana?
Untuk membuktikan kalau wanita itu benar-benar menerima cintanya, si lelaki biasanya langsung marhuling-hulingan (nembak). Iya dong, bagaimana pun cinta butuh kejelasan ces…..
Tidak semua wanita memang mau menerima kedatangan si pria ke rumahnya. Apalagi, kalau sejak awal si wanita sudah tidak suka dengan pria tersebut.
Dalam Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba (1986), Vergouwen mengatakan, kalau penolakan martandang terjadi, si wanita biasanya bakal dimarahi bapak-mamaknya karena tidak membukakan pintu kepada si lelaki yang diketahui datang tanpa niat buruk.
Sebaliknya, bagi pemuda yang sudah ditolak cintanya namun tetap memaksa, dia akan diberi hukuman menebus dosa, karena bagi orang batak ‘tidak berarti tidak’. Lebih enak pahit di depan, ketimbang di belakang kan…..
Nah, begitulah cara ompu-ompu na jolo PDKT. Jadi bagi kalian Anak Ni Rajaberanilah untuk datang ke rumah Boru Ni Raja. Jangan beraninya cuma chatting atau ngajak ketemu di luar. Asal kalian tahu, ditolak itu biasa, menjadi gentlemanitu luar biasa….
Untuk Boru Ni Raja, seperti apapun si lelaki itu, terimalah kalau dia martandang. Kalau pun kalian tidak suka, tolaklah baik-baik. Jangan cuma kau gantung perasaan si lelaki itu…. :D