Cari

Kasihan, Nenek Ini Merasa Ditipui PLN, Tiba-tiba Ada Tagihan Meteran Rusak Rp 6,5 Juta

Posted 02-05-2019 18:18  » Team Tobatabo
Foto Caption: Ngirim Tarigan biasa disapa Nek Ngirim (68) merasa ditipui PLN terkait tagihan mendadak senilai Rp 6,5 juta.

BINJAI - Wanita paruh baya, Ngirim Tarigan biasa disapa Nek Ngirim (68), Petani, merasa ditipui PLN terkait tagihan mendadak senilai Rp 6,5 juta lebih terkait meteran PLN yang harus diperbaiki.

Nek Ngirim yang tinggal seorang diri di rumahnya terpaksa protes didampingi anaknya, Aditia ke Kantor PLN Binjai Kota, Kamis (2/5/2019).

Selama ini, Nek Ngirim warga Jalan Danau Poso Kelurahan Sumberkarya, Binjai Timur sudah menahun tinggal sendirian di kediamannya, sejak ditinggal suaminya pada tahun 2000.

Katanya, dia selalu taat aturan, membayar bulanan listriknya dan mengumpulkan bukti pembayarannya di Bank BNI.

Namun ironinya, ada petugas PLN atas nama Ucok dan Hartono yang datang ke rumahnya mengendarai mobil putih, beralasan mengecek meteran.

Saat itu, Nek Ngirim bilang jika rusak minta diperbaiki, dan tak pernah tahu tiba-tiba ada pernyataan harus membayar Rp 6.536.364 karena meterannya dianggap rusak.

"Mamak saya bukan tinggal sama orang lain, sendiri mamak saya di rumah itu, tapi kok mahal kali listriknya, itu yaudahlah gak apa-apa. Bayarnya terus setiap bulan, ini semua ada buktinya. Tapi kok tiba-tiba ada bayar sampai 6 jutaan, dibilang meteran rusak," tukas Aditia kepada pegawai kantor PLN Binjai Kota.

Aditia membeberkan ada keganjilan yang dilakukan pihak PLN. Mereka diminta tanda tangani surat pelanggaran II (mempengaruhi pengeluaran energi) dengan tunggakan yang tiba-tiba mencapai 6 jutaan.

"Pas surat itu kami tandatangani awalnya belum ada itu tulisan tunggakan Rp 6 juta. Kenapa tiba-tiba ada ditulis pakai tangan. Syaa kan heran kenapa jadi begini," katanya.

Nek Ngirim Tarigan menceritakan kejadian bermula saat dia didatangi petugas PLN. Saat itu dikatakan meterannya maju mundur dan rusak, sehingga dia pun rela agar meteran diperbaiki olejlh pihak yang berwenang.

"Merasa ditipui lah. Selama ini nenek bayar. Nenek-nenek kek gini cemana lah mau otak-atik meteran. Tiba-tiba ada petugas PLN mengecek dibilang meteran rusak, disuruh ke kantor, ada tanda tangani surat," katanya.

Mata Nek Ngirim berkaca-kaca saat mengungkapkan perasaannya karena dianggap melakukan pencurian arus. Apalagi, selama ini dia hanya seorang diri mengurus hidup dan pergi berladang untuk menafkahi diri.

"Jujur ya anakku, jujur aku seumur-umur tak pernah sekalipun kek gini. Gak pernah saya kek gini, baru kali ini. Selama ini pun bayar. Ada pun anak saya datang ke rumah sering saya marahi kalau boros listrik," ujarnya.

Aditia dan petugad PLN, Hartono sempat berseteru. Hartono mengatakan bahwa meteran Nek Ngirim rusak dan berjalan mundur. Hartono juga berdalih hanya menjalankan tugas mengecek meteran listrik.

"Aku cuma mengecek listrik berjalan mundur. Apa salahku kak? Kalau itu (tunggakan) itu urusan kantor, gak tahu lah saya," kata Hartono.

"Pokoknya balikan itu listrikku, gak mau tahu aku. Gak ada aku kotak-katik. Kami memang cuma tamat SMA dan beladang, cuma jangan dibuat kek gini," tukas Aditia dan Nek Ngirim.

Permasalahan ini, berujung jalan musyawarah. Nek Ngirim dan Aditia diajak melakukan pertemuan di salah satu ruangan kantor PLN Binjai Kota, dan hasilnya akan dilakukan penelitian dan pengecekan jika ada kesalahan atau permainan oknum PLN di lapangan.

Manajer PLN Binjai Kota, Siti mengatakan agar permasalahan ini dibicarakan baik-baik terkait tagihan meteran rusak yang membludak. Dia pun mengarahkan warga yang bersangkutan menemui pegawai bernama Bardansyah.

"Oh Itu masalahnya jumpai aja Pak Bardansyah ya. Biar dilihat dulu. Jumpai aja dia langsung di kantor ya," ujarnya dengan ramah.

Dikutip dari Tribun Medan