Dirawat 8 Hari, Dokter Tonny Lumban Tobing Akhirnya Meninggal Terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Tarutung
TAPUT - Kabar duka tenaga medis meninggal dunia akibat covid-19, datang dari Tapanuli Utara (Taput). Dokter berinisial TT (56) yang sehari-harinya bertugas di Dinas Kesehatan Pemkab Taput, meninggal dunia pada pukul 14.30 WIB, Rabu (14/10/2020).
TT meninggal setelah mendapatkan perawatan medis selama 8 hari pascaterkonfirmasi positif Covid-19 hasil tes usap di RSUD Tarutung. Dokter ini telah menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Tarutung sejak 7 Oktober 2020 lalu.
Sekretaris Penanganan Covid-19 RSUD Tarutung, Oktoberius Zebua, membenarkan dokter TT meninggal dunia akibat terpapar virus Corona.
"Seorang pasien Covid-19 berinisial TT meninggal dunia di RSUD Tarutung," ujar Oktoberius, Rabu (14/10/2020).
Ia menambahkan, korban langsung ditangani sesuai prosedur pemakaman khusus Covid-19.
Kabar duka ini juga diunggah di akun facebook Dinkes Tapanuli Utara.
Selamat jalan ke rumah Bapa di Sorga dr. Tonny Lumbantobing, M.Kes Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Tap. Utara
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Tenang dan damailah diperistirahatan yang terakhir....
Terima kasih atas pengabdian dan sumbangsih Bapak dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara, semoga menjadi amal bagi Bapak.
Kepada Keluarga Besar dan terkhusus buat ibu Hetty Girsang semoga tabah dalam menghadapi musibah ini, diberikan penghiburan oleh Tuhan Yg Maha Esa....
#dinkestaputberduka#
#selamatjalanbapakyangkamikasihi#
Kendala Tangani Covid
Sementara itu, korban terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) menunjukkan tren peningkatan.
Kadis Kesehatan Taput dr Janri Nababan menegaskan, satu faktornya karena bantuan Cartridge Sars Cov2 sesuai yang dijanjikan pemerintah pusat tak kunjung terealisasi.
"Kita jadi susah sekarang, seharusnya kita sudah bisa mengeluarkan hasil swab test berkat keberadaan alat TCM. Sekarang harus mengirim sampel ke Dinkes Sumut dari pasien yang di-swab test," ujar dr Janri di Tarutung, Rabu (14/10/2020).
Pemkab Taput, kata dia, dalam hal ini seolah termakan janji palsu oleh pemerintah pusat.
Persoalannya, Bupati Nikson Nababan sudah berulang menyampaikan keluhan ke Pemerintah Pusat.
"Pak Bupati ketika di Jakarta kemarin mengeluhkan ke salah satu anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka. Bahkan langsung menelepon Menkes, jawabannya nihil karena Cartridge itu buatan Amerika sehingga barangnya sangat terbatas," sebut dr Janri.
Ia menyebutkan, saat ini warga yang terkonfirmasi Covid-19 sudah mencapai 63 orang.
Adapun warga yang terpapar di ruang isolasi RSUD Tarutung mencapai 23 pasien dengan rincian 17 warga Taput, 1 warga Jawa Barat, 1 warga Banten, 3 warga Simalungun dan 1 warga Tebingtinggi.
Kosongnya Cartridge Sars Cov2, kata Janri, tentu menjadi masalah bagi Dinkes Taput.
Seharusnya RSUD Tarutung yang menjadi rumah sakit rujukan Covid-19 mampu mengeluarkan hasil swab test.
"Sudah sejak lama kosong, kita sangat kesulitan untuk menyimpulkan hasil swab test dari pasien yang dinyatakan reaktif hasil rapid test. Kalau sebelumnya hasilnya bisa dicek di sini, sekarang kita nunggu lagi semua hasilnya dari laboratorium yang dihunjuk Dinkes Provinsi, Saya berharap kekosongan Cartridge ini tidak selamanya," ujar dr Janri.
Diberitakan Tribun-medan.com sebelumnya, dokter di Medan yang meninggal dunia akibat covid-19 kembali bertambah.
Terakhir dokter spesialis bedah anak, dr. Mahyono, SpB, SpBA yang meninggal dunia di Rumah Sakit Royal Prima, Kamis (1/10/2020).
Dokter yang sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran USU ini sudah menjalani perawatan lebih dari satu minggu.
Kabar duka ini dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan dr. Wijaya Juwarna SpTHT-KL.
“Benar. Beliau sempat dirawat 10 hari di RS Royal Prima,” ujar Wijaya, Kamis (1/10/2020).
Dikatakannya, sampai saat ini sudah 14 Anggota IDI Medan yang gugur akibat terpapar Covid-19.
"Hingga saat ini sudah 14 orang anggota kita meninggal dunia akibat covid-19," katanya.
Dalam tahap pencegahan, Wijaya berulang kali menekankan enam hal. Pertama, ia menuturkan bahwa petugas medis wajib menggunakan Alat pelindung diri atau APD yang standar.
Kedua, Wijaya mengatakan perlu pemisahan Rumah Sakit yang menangani covid-19 dan non covid-19.
Ketiga, ia menilai perlunya menekankan pada Protap rumah sakit yang harus melakukan penjadwalan khusus bagi tenaga kesehatan.
"Saya menekankan Rumah Sakit harus melakukan penjadwalan jaga petugas kesehatan agar tidak kelelahan dan beresiko tertular," katanya.
Keempat, ia juga menyarankan agar dokter yang berusia di atas 50 tahun untuk lebih banyak beristirahat dan mengatur jadwal dalam bekerja.
"Sejawat dokter yang berusia di atas 50 tahun agar mengatur waktu polinya tidak setiap hari, sehingga masih ada waktu untuk beristirahat dan berolahraga," tuturnya.
Untuk para dokter yang memiliki penyakit penyerta, Wijaya menyarankan untuk tidak membuka praktik sepanjang bulan September dan Oktober.
"Kami juga sarankan untuk sejawat dengan penyakit penyerta puasa dulu jangan berpraktik selama bulan September dan Oktober 2020 ini," katanya.
Kelima, Wijaya mengatakan bagi para dokter yang menangani covid-19 agar bisa lebih fokus dan rotasi istirahat yang teratur dan cukup.
"Sejawat yang langsung menangani pasien covid-19 diharapkan fokus saja, hindari menangani pasien non covid-19. Ada sistem rotasi 2 minggu kerja dan 2 minggu istirahat," tambahnya.
Dan yang terakhir untuk masyarakat, Wijaya menyarankan untuk menghindari berkunjung ke rumah sakit khusus nya selama bulan September dan Oktober 2020.
"Masyarakat diharapkan jika tidak emergensi kali hindari berkunjung ke RS selama bulan September dan Oktober 2020," pungkas Wijaya.