Cari

Eddy Berutu Terhadap Pelestarian Ulos, Beberkan Masalah Petenun Ulos

Posted 19-10-2021 11:09  » Team Tobatabo
Foto Caption: Bupati Dairi, Eddy Berutu dan istrinya Romy br Simarmata berfoto bersama dengan para petenun ulos di Kecamatan Silalahi pada Hari Ulos Nasional, Minggu (17/10/2021). Eddy ]mengharapkan ada regenerasi untuk melestarikan kegiatan budaya bertenun ulos.

SIDIKALANG - Bupati Dairi, Eddy Keleng Ate Berutu mengatakan, selalu membeberkan masalah yang dialami petenun ulos tatkala ada diskusi nasional. Karena itu, ia paham kesedihan para petenun yang didominasi kaum ibu-ibu tersebut. 

"Semakin lama daya beli kain ulos khas Batak ini kian turun," ujarnya beberapa waktu lalu. 

Ia berharap para petenun ulos tetap melestarikan wastra (bahasa Sangsekerta artinya kain) budaya warisan nenek moyang dari berbagai Puak di Sumatera Utara. Seperti, Suku Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak dan Mandailing.

Baginya, melestarikan budaya merupakan karakter bangsa sehingga ia mengitu antusias dalam memperingati Hari Ulos pada 17 Oktober 2021 dengan mengikuti diskusi virtual. 

"Regenarasi menghargai karya petenun ulos yang tinggi nilai dan maknanya," katanya. 

Ia menuturkan, ulos tidak dapat dipisahkan dari siklus kehidupan orang Batak, mulai dari masih di dalam kandungan, saat kelahiran, menikah bahkan saatnya dipanggil kembali oleh Sang Maha Kuasa.

Saat memperingati Hari Ulos Nasional itu, Eddy mengunjungi para petenun ulos di Kecamatan Silalahi, Kabupaten Dairi.

"kita digugah untuk ambil bagian dalam pelestariannya bahkan pengembangannya sehingga regenerasi partonun dapat terwujud. Tanpa menghargai partonun, menaikkan harkat hidup dan kesejahteraan mereka rasanya mustahil bagi kita untuk mempertahankan budaya ulos karena generasi muda tidak akan pernah tertarik lagi untuk melanjutkan profesi yang sesungguhnya sangat tinggi nilainya bukan saja bagi Bangso Batak tapi juga bagi Bangsa Indonesia," ujarnya

Ia menjelaskan, di Silalahi Kabupaten Dairi ada sekitar 400 petenun ulos yang hampir semua adalah perempuan. Mereka sudah bertenun puluhan tahun dan mendapatkan ilmu dan keahlian ini secara turun temurun.

Namun tantangannya adalah mereka sudah semakin menua dan sangat sedikit dari anak- anak mereka yang mau melanjutkan profesi ini.

"Pemerintah bersama-sama dengan para tokoh budaya, tokoh masyarakat, para pemerhati, pemuda dan semua unsur lainnya harus bahu membahu memikirkan jalan keluar bagi keberlangsungan budaya dan karya ulos ini," ungkapnya.

"Memperingati Hari Ulos Nasional juga menggugah kita untuk ikut ambil bagian dalam pengembangannya dan bagaimana produk ini bisa digunakan secara lebih luas lagi bukan saja untuk adat tapi sampai ke produk fashion yang dapat menjadikan ulos bernilai lebih tinggi secara ekonomi namun tetap menjaga kerarifan lokal dan filosofi ulos tersebut,"tambahnya

Dikutip dari Tribun Medan