Karnaval Ulos dan Gorga Akan Meriahkan FDT 2014
Karnaval ulos dan ukiran Gorga Batak akan digelar guna memeriahkan Festival Danau Toba (FDT) di Balige, Tobasa, sebagai tuan rumah pelaksanaan festival budaya yang direncanakan pada Juli 2014.
“Ulos Batak yang menjadi ikon pada FDT 2014, akan dirancang dan digelar dalam produk fashion,” ujar pengurus Indonesia Heritage Society Merdi Midian Sefnat Sihombing di Balige, beberapa waktu lalu.
Karnaval tersebut, kata designer dari Jakarta itu, rencananya melibatkan ribuan warga Tobasa. Tujuannya untuk memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia melalui pameran kain tradisional menjadi fashion modern printing dengan tetap menyerap konsep asli Gorga Batak.
Menurut pengurus Perhimpunan Pecinta Kain Adat Indonesia itu, ulos Batak sebagai khasanah budaya telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari orang Batak. Namun, seiring waktu, ulos ikut mengalami perubahan.
Jika dibandingkan batik Jawa atau songket Palembang, ulos Batak masih belum banyak diperkenalkan. Padahal, kain tenun ikat itu merupakan satu bagian dari budaya yang harus dilestarikan dan sangat mungkin diaplikasikan dalam bentuk fashion.
Di samping itu, kata Merdi, Gorga Batak Toba yang merupakan kesenian ukir dan umumnya hanya menggunakan cat tiga warna, yakni merah, hitam dan putih. Biasanya disebut tiga bolit, juga akan dipamerkan dalam memeriahkan festival dimaksud.
Gorga dapat juga disebut sebagai corak atau motif yang tidak hanya dipahat dan diukir, tapi juga dilukis menjadi dekorasi hiasan. “Keanekaragaman budaya Batak lewat ulos dan seni manggorga, akan dimunculkan kehadirannya dalam event FDT 2014. Sebab, dianggap telah menjadi kekayaan budaya yang sudah agak sulit ditemukan,” katanya.
Sebelumnya, pada penutupan FDT 2013 di Samosir, Sabtu (14/9), Pemkab Tobasa ditunjuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi tuan rumah pelaksanaan festival budaya yang akan diselenggarakan sekitar Juli 2014.
Bupati Tobasa Kasmin Simanjuntak menyebutkan, pihaknya mengandalkan ulos Batak menjadi ikon pada pelaksanaan pesta rakyat yang akan diselenggarakan pada Juni atau Juli, bertepatan dengan hari libur sekolah. Bahkan, menurut Kasmin, pihaknya merencanakan pembuatan ulos terpanjang yang desain dan ukuran detailnya masih dalam pengkajian.
Bagi suku Batak, ulos tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang kedudukan, lambang komunikasi dan lambang solidaritas.
Tenun ikat Batak itu memiliki fungsi simbolik yang tidak dapat dipisahkan dalam aspek kehidupan orang Batak dengan berbagai jenis serta motifnya yang menggambarkan makna tersendiri.
Kasmin mengaku, sebenarnya pihaknya belum sanggup melaksanakan event nasional berskala internasional tersebut. Tapi, karena mendapat dukungan dari sesepuh masyarakat Batak TB Silalahi, akhirnya penunjukan sebagai penyelenggara dalam FDT 2014 diterima oleh Pemkab Tobasa. “Wamenparekraf Sapta Nirwandar menunjuk Pemkab Tobasa menjadi tuan rumah pada pelaksanaan FDT 2014,” ujarnya.
Sumber sumutpos